logo web

PROGRAM PRIORITAS

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama telah menetapkan program prioritas Tahun 2024 menuju peradilan agama modern berkelas dunia
PROGRAM PRIORITAS

Sistem Informasi Pengawasan

Aplikasi yang disediakan oleh Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI, untuk melaporkan suatu perbuatan berindikasi pelanggaran yang terjadi di lingkungan MA RI atau Peradilan dibawahnya.
Sistem Informasi Pengawasan
#Waspada terhadap modus penipuan yang mengatasnamakan pimpinan dan pejabat Ditjen Badilag terkait dengan janji mutasi dan promosi dengan permintaan imbalan sejumlah uang.

Banner-HariPeradilanAgama2024

index_survei.jpg

Agen perubahan2

BANER LAPORKAN BUAT WEBSITE-01

Maklumat-Pelayanan-Edit

Zona Integritas Banner web B-Recovered1

  BERITA DITJEN
Berita Ditjen Lainnya

on . Dilihat: 5398

Pak Dirjen Juga Muadzin

oleh : Asep Nursobah, S.Ag (Hakim Yustisial MA)

Kalau ditanya apakah di kantor bapak/ibu  ada mushola, dipastikan sebagian besar akan menjawab ada. Atau, apabila ditanyakan apakah pimpinan bapak/ibu suka memimpin sholat berjamaah (imam) di kantor, dipastikan banyak yang menjawab “ya”. Sebagian yang menjawab tidak, semata-mata karena Ketua atau wakilnya perempuan. Namun, apabila ditanya, apakah pimpinan-mu suka azan di mesjid kantor. Nah ini yang saya duga jawabannya tidak ada. Kalaupun ada yang mengaku, pasti yang dimaksud adalah azan magrib.

Akan tetapi jika ditanyakan kepada pegawai Ditjen Badilag, apakah Pak Dirjen suka azan di mushola kantor. Secara mutawatir akan menjawab “iya”. Benar, Pak Wahyu seringkali mengumandangkan azan di mushola Al-Hikmah, baik waktu shalat zuhur maupun ashar. Mushola Al-Hikmah adalah mushola yang berada di lantai tiga gedung Ditjen Badilag lama, di Jalan Pegangsaan Barat, Cikini, Jakarta Pusat

Meski oleh pengurus DKM tidak dijadwalkan sebagai muazin, seringkali, secara tiba-tiba terdengar alunan suara azan beliau.  Saya sendiri, yang ruangan kerjanya paling dekat dengan mushola, jujur, hingga mutasi ke Palembang  tidak pernah azan untuk sholat dzuhur dan ashar. Tapi  kalau untuk sholat magrib, sesekali pernah, itu  karena seluruh pegawai sudah pulang, dan itu pun tanpa pengeras suara.

Saya tidak menganggap “jabatan” muadzin  lebih rendah dari eselon IV  sehingga  ketika Dirjen yang eselon I  mengumandangkan azan dianggap  “nggak level”. Saya melihat dari perspektif lain, bahwa Pak Wahyu tidak saja menjadi top manajer yang menggerakkan anak buahnya untuk mencapai tujuan organisasi yang diwujudkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT), atau Renstra atau sejenisnya. Tetapi, Pak Wahyu juga menerapkan  manajemen langit “Celestial Management”, dimana Ia melalui panggilan azan menyeru anak buahnya untuk bersama-sama denganya menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pak Wahyu telah menggerser paradigma  manajemen konvensional yang bertumpu pada konsep getting things done through the people  menjadi “manajemen langit” yang bertumpu pada paradigma getting God’s will done by the people..

Memang dampak suara azan dari pak Dirjen luar biasa. Indikatornya adalah jumlah jamaah yang  membludak. Apakah membludaknya jamaah karena seruannya yang menggetarkan jiwa atau karena takut diabsen, itu bukan persoalan. Karena secara formal para pegawai melakukan sholat berjamaan.

Dengan “termobilisasinya” staff untuk sholat berjamaah melalui instrumen azan, adalah bukti bahwa Pak Dirjen tidak hanya menggerakan stafnya untuk rapat dinas, atau rapat koordinasi, tetapi juga menggerakan stafnya untuk melakukan kewajiban hakiki sebagai seorang muslim, beribadah kepada Allah.

Sekedar informasi, Pak Wahyu sangat tidak berkenan apabila “tanpa alasan yang sah” ada pegawai Badilag yang melakukan aktivitas di kala waktu shalat berjamaah. Dan…alasan yang sah itu, hanya berlaku bagi kaum hawa. Sehingga  apabila ada bukan kaum hawa yang tidak berjamaah, maka yang bersangkutan akan diduga berganti kelamin. Hi….…. tuduhan yang menyeramkan!!!.

Merespon hal tersebut, DKM Al-hikmah pun secara rutin menerbitkan statistik jumlah jamaah setiap waktu shalat dalam periode tertentu.
Kembali ke persoalan!. Tidak hanya shalat berjamaah, Pak Wahyu membuat kebijakan bahwa setiap selesai sholat berjamaah selalu diadakan ceramah. Setiap hari Senin, ceramah agama. Sedangkan hari Selasa hingga Kamis, ceramah mengenai tugas pokok masing-masing. Penceramahnya  pun dijadwal, semua mendapat giliran, baik berperan sebagai penceramah atau sebagai moderator.

Aktivitas pasca shalat berjamaah ini yang saya lihat sebagai sesuatu yang istimewa. Di forum tersebut terjadi internalisasi nilai-nilai organisasi. Sehingga “gelombang” nilai-nilai organisasi yang dirumuskan dalam cetak biru pembaruan peradilan (misalnya) akan  tune in  dengan nilai-nilai individu.  Sehingga manajemen perubahan akan dilakukan secara bersama-sama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Forum dan kesempatan penanaman nilai inilah yang tidak dimiliki oleh semua lembaga. Kebanyakan forumnya sangat terbatas di acara rapat koordinasi. Itupun pesertanya dibatasi oleh kemampuan anggaran.

Sepertinya  Pak Wahyu mengambil filosofi www.[badilag.net].  Sebuah   frasa yang sangat dekat dengan telinga warga peradilan agama. Kalau dalam konteks badilag.net, www itu akronim dari world wide web. (Meski ada juga yang memplesetkan menjadi website wahyu widiana…maaf pak!!!). Maka “www” dalam konteks  keseharian di Badilag adalah  worship,  wealth, dan warfare. Sebuah konsep yang dikembangkan oleh Riawan Amin, dalam bukunya the Celestial Management. Artinya Badilag sebagai tempat beribadah (worship), Badilag sebagai tempat berikhtiar mendapatkan kesejahteraan (wealth), dan  Badilag sebagai tempat berjuang /berkompetisi (warfare). an.

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice