logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on . Dilihat: 3702

MENGINTIP ORANG MISKIN DI NEGERI KAYA

(Tinjauan Politik Hukum Ekonomi)

Oeh: Alimuddin,. SHI,.MH.[1]

 

PROLOG

Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state, sejarah sebuah negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Kita selalu dibuat tertegun, prihatin, dan mengelus dada, saat membaca atau mendengar berita di berbagai media massa tentang kemiskinan di Indonesia.

Bagaimana tidak, setiap tahunnya angka kemiskinan selalu menjadi kenyataan pahit yang menyedihkan. Kemiskinan kemudian lebih sering digunakan untuk sekadar untuk mendongkrak popularitas. Data kemiskinan dipolitisir dan “diplintir” untuk menaikkan pamor menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres), sementara rakyat yang berkubang dalam lumpur kemiskinan tetap saja sebagai penderita atau korban. Rakyat persis sama dengan apa yang diutarakan oleh tokoh bangsa terkenal, Sutan Sjahrir. “Aku cinta negeri ini dan orang-orangnya....Terutama barangkali karena mereka selalu kukenal sebagai penderita, sebagai orang yang kalah. Jadi biasa saja, simpati kepada underdogs, orang-orang yang ditindas.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 36,1 juta orang atau setara dengan 16,66 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah itu, Provinsi Jawa Timur menduduki posisi puncak dalam daftar penduduk miskin di tanah air. Di provinsi ini, jumlah penduduk miskin sekitar 7,3 juta atau sama dengan 23 persen dari jumlah penduduk miskin di Indonesia. Daerah lain di luar Pulau Jawa yang memiliki angka kemiskinan tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Papua, dan Sumatera Utara. Dari angka ini dapat dipastikan masih ada sekitar 30 persen masyarakat miskin yang akan semakin miskin.[2]


[1] Hakim Pengadilan Agama Pandan/Redaktur Majalah Digital Peradilan Agama (Badilag)

[2] Lihat Liputan 6 SCTV, “Benang Kusut Kemiskinan Indonesia”, 3 Oktober 2013.


selengkapnya KLIK DISINI


 

Comments  
# din.pa.weeno 2013-11-04 09:22
Ironi memang, negara Indonesia kaya raya gemah ripah loh jinawi jamrud katulistiwa tp penduduknya miskin dan papa bahkan bagai ayam mati di lumbung padi, shg banyak yg pergi meninggalkan negeri sendiri demi mengkais sesuap nasi di negeri seberang meski dg resiko tinggi, "ITULAH INDONESIA" saya brkeyakinan ini adalah salah urus, sadarilah para elit negeri dan renungilah bahwa sistem kapitalis dan sejenisnya yg selama ini bercokol di negeri ini langsung atau tidak langsung trbukti tidak membuat keadilan dan kemakmuran yg merata bagi rakyat semua. Mari kita lihat sejenak sistem kekhilafahan yg pernah berjaya, tidak ada salahnya jika kita mencontohnya yg insya Allah akan mmbuat negeri ini mjd negeri yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofur, atas ridhoNya. Amin
Reply | Reply with quote | Quote
# rokiah mustaring PA Luwuk 2013-11-11 09:38
dampak yg paling mengenaskan dari kemiskinan dirasakan oleh anak-anak kita. kemiskinan mendorong orangtua memaksa anak-anaknya bekerja dan menjadi pekerja anak sehingga anak-anak tidak terpenui hak-haknya utk tumbuh berkembang mendapatkan makanan bergizi, pendidikan yg layak. padahal anak-anak adalah aset bangsa yg harus dilindungi hak-haknya agar kelak mereka menjadai manusia yg berkualitas.
Reply | Reply with quote | Quote
Add comment

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice