logo web

Dipublikasikan oleh Hermansyah pada on . Dilihat: 2102

 

MENGENANG PAK TAUFIQ

TOKOH HANDAP ASOR DAN INOVATIF

Oleh: Wahyu Widiana

 *

Drs. H. Taufiq Basuni, SH, MH, mantan Wakil Ketua Mahkamah Agung dan Mantan Ketua Umum BP4 Pusat telah dipanggil Alloh SWT pada hari Jumat, 17 Muharram 1437 H/30 Oktober 2015 pukul 05.30 WIB di Jakarta.  Beliau adalah pimpinan yang patut diteladani dan banyak berbuat untuk kepentingan umat. Oleh karena itu, banyak orang dari berbagai kalangan yang merasa kehilangan dengan wafatnya beliau.

Sebagai salah satu staf yang banyak mendapat bimbingan, arahan dan dorongan dari beliau, saya merasa bahwa beliau adalah salah satu figur yang banyak mempengaruhi perjalanan hidup saya. Di bawah ini adalah tulisan singkat tentang sebagian kesan dan kekaguman saya kepada beliau.

 **

Ketika saya mulai menjadi pegawai negeri di Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam tahun 1978, Pak Taufiq sudah menjadi Ketua PTA Surabaya. Saya sering mendengar tentang gaya kepemimpinannya. Pak Taufiq dikenal sebagai pemimpin yang handap asor, inovatif, gemar silaturahmi, senang belajar, pengembang dan pencetak kader.

Setidaknya, itulah kesan kawan-kawan tentang sifat-sifat yang dimiliki Pak Taufiq. Kesan itu semakin terasa kebenarannya setelah saya banyak “bergaul” dan jumpa dengan beliau, baik ketika beliau sedang menjadi KPTA Surabaya, lebih-lebih lagi setelah beliau berada di Jakarta sebagai Ketua PTA, Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Sekretaris Ditjen Bimas Islam & Urusan Haji, Hakim Agung, Tuada Uldilag, bahkan sampai menjadi Wakil  Ketua Mahkamah Agung. Saya, dan juga kawan-kawan, merasakan betapa sifat-sifat Pak Taufiq itu tidak berubah, sekalipun beliau telah menduduki jabatan yang “wah” dan “bukan main”. 

Saya yakin, antara lain karena sifat-sifat itulah, karir beliau terus menanjak sampai puncaknya, yang bukan saja membawa kebaikan kepada diri beliau sendiri, namun juga lebih dari itu, membawa “berkah” untuk lembaga peradilan agama dan segenap keluarga besarnya.

Saya menjadi bawahan langsung Pak Taufiq sekitar 2 tahun, ketika beliau menjadi Direktur dan saya merupakan salah satu Kepala Subditnya. Saya diangkat sebagai  Kepala Subdit Pertimbangan Hukum Syara’ dan Hisab Rukyat, pada tahun 1991, waktu beliau baru beberapa bulan sebagai Direktur, dan saya berhenti menjadi bawahan langsung, ketika beliau pindah tugas menjadi Sekretaris Ditjen Bimas Islam & Urusan Haji tahun 1993. Walaupun tidak lagi menjadi bawahan langsung Pak Taufiq, saya sejak itupun, bahkan sampai akhir hayatnya, tidak pernah putus “bergaul” dengan beliau, baik dalam kaitannya dengan pengembangan hisab rukyat maupun pembinaan peradilan agama dan BP4.

***

Banyak pelajaran berharga yang saya peroleh dari sifat-sifat dan gaya kepemimpinan beliau. Bahkan saya merasa, dari pelajaran itulah dan dari peran Pak Taufiqlah, antara lain melalui kegiatan-kegiatan SOM-MABIMS, saya dikenal dan selanjutnya dijadikan Sekretaris Menteri oleh Pak Tarmizi Taher. Pelajaran-pelajaran dari Pak Taufiq banyak membawa “berkah” bagi saya, sehingga setelah Pak Tarmizi Taher berhenti dari Menteri Agama, saya terus dijadikan Sekretaris Menteri pula oleh 3 Menteri Agama berikutnya, yaitu Pak Quraisy Shihab, Pak Malik Fajar dan Pak Tolhah Hasan, kemudian saya dipercaya untuk memimpin Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, lalu Dirjen Badilag.

Seperti saya sampaikan di atas, di antara sifat yang menonjol dari Pak Taufiq adalah sifat handap asor atau low profile. Kehidupan pesantrenlah yang nampaknya menjadikan sifat ini melekat kuat pada diri Pak Taufiq. Para kiayi selalu mengajarkan dan mengamalkan sifat tawadhu, ramah dan tidak sombong. Sifat-sifat itu terus dipegang dan dipraktekkan oleh Pak Taufiq dalam kehidupan sehari-harinya, baik di rumah, di tengah masyarakat maupun di lingkungan kantor. Jenis dan tingkat jabatan tidak menghalangi beliau dalam mengamalkan sifat-sifat tersebut. Sifat low profile dan ramah-tamah tidak mengurangi kewibawaan dan ketegasan beliau dalam memimpin Direktorat dan Mahkamah Agung. Kawan-kawan di Direktorat dan Mahkamah Agung, dari pejabat sampai staf, merasakan semua itu. 

Pernah suatu ketika, Pak Taufiq sebagai Direktur memerlukan data hisab rukyat dari seorang staf. Kebetulan sang staf ini sedang tidur pulas di kursinya. Saya, sebagai Kepala Seksinya akan membangunkan sang staf, namun dilarang oleh belaiu. Beliau malah dengan hati-hati -agar tidak mengganggu- menunggu dengan tenang di depan meja sang staf, sambil memandangnya  dan bergumam, “…kasihan, kecapaian....”.  Tidak lama sang stafpun bangun dari tidur pulasnya, dan dengan sedikit malu, lalu menyalami sang Direktur. Setelah berbasa-basi sejenak, sang Direktur baru menyampaikan keperluannya untuk mendapatkan data. Sejak itu sang staf tidak pernah lagi tidur di meja kerjanya. Bagi yang bersangkutan dan bagi karyawan lainnya banyak pelajaran dari peristiwa sederhana itu.

Pak Taufiq juga dikenal sebagai pemimpin yang inovatif. Selama beliau bertugas sejak awal sampai menjadi Wakil Ketua Mahkamah Agung, banyak hal baru dilakukannya, baik di bidang organisasi, administrasi maupun keuangan, dan juga di bidang hukum.

Di bidang hisab-rukyat juga demikian. Misalnya, penyusunan Buku Ephemeris Hisab Rukyat,  yang berisi data astronomis dan diterbitkan setiap tahun sampai sekarang, oleh Badilag dan Ditjen Bimas Islam, merupakan ide dan karya monumental beliau yang berdampak luas terhadap pengembangan hisab rukyat di Indonesia.

Dampak itu terasa bukan saja di lingkungan peradilan agama dan kementerian agama, tetapi lebih jauh dari itu juga berpengaruh luas di kalangan pesantren dan masyarakat. Semula, masyarakat pencinta hisab rukyat, untuk memperoleh data yang akurat, harus menunggu diterbitkannya Almanak Nautika oleh Dinas Hidro Oseanografi TNI AL sebagai terjemahan dari The Nautical Almanac yang diterbitkan oleh  Greenwich Observatory Inggris, yang datangnya sangat terlambat,  atau  harus mencari Buku The American Ephemeris yang diterbitkan oleh US Naval Observatory, yang tidak dijual bebas di pasar. Kini, sejak zaman Pak Taufiq, data astronomis yang akurat itu sudah dengan mudah diperoleh dan disebarkan kepada para pencinta hisab rukyat, bahkan jauh sebelum tahun yang bersangkutan. Jadi, tidak lagi harus menunggu data yang datangnya sangat terlambat dan sulit diperoleh, sebab Direktorat sendiri telah mempunyai program astronomis yang diproses secara komputerais.

Gemar silaturahmi juga merupakan sifat yang menonjol lainnya dari diri Pak Taufiq. Beliau sangat menghargai bawahan,  menghormati sesama dan atasan serta memuliakan orang tua dan ulama.  Beliau sering kali keliling mengunjungi pesantren dan kediaman para ulama dalam rangka silaturahmi. Dalam beberapa kesempatan, saya pernah pula diajaknya. Kalangan pergaulan beliau sangat luas. Selain dengan ulama, beliau juga bergaul dengan kalangan birokrat, politisi, akademisi, praktisi hukum dan lain-lain. Semua ini nampaknya sangat membantu keberhasilan beliau  dalam menjalankan rolenya, baik sebagai diri  pribadi maupun representasi dari kalangan peradilan agama dan Mahkamah Agung. 

Banyak lagi sifat-sifat lain yang sangat positif, yang saya lihat, dimiliki oleh beliau, seperti dalam membimbing staf, mencetak kader, mendorong studi dan lain-lainnya yang tidak  dapat dirinci satu persatu di sini. Yang jelas apa yang telah ditempuh oleh Pak Taufiq sangat dirasakan manfaatnya, bukan saja oleh diri beliau sendiri, tapi lebih luas dari itu, juga dirasakan oleh para kadernya, bahkan oleh keluarga besar peradilan agama se Indonesia. Nampaknya, juga tidak berlebihan, jika dikatakan bahwa apa yang telah difikirkan, dilakukan dan diperjuangkan oleh Pak Taufiq memberikan dampak positif dan andil yang besar dalam pelaksanaan Syari’at Islam di Indonesia.

****

Sebagai orang yang lama menjadi staf Pak Taufiq dan orang yang langsung mendapat manfaat dari bimbingan, dukungan dan pelajaran dari Pak Taufiq, saya sangat bersyukur kepada Alloh SWT dan berdo’a, semoga semua ini menjadi amal sholeh Pak Taufiq yang dapat membawa beliau kepada kebahagiaan, baik di alam kubur maupun akhirat kelak. Saya yakin, beliau telah banyak melakukan kebaikan dan keteladanan bagi banyak orang. Beliau betul-betul telah melaksanakan sabda Rosul “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”.

Semoga Alloh SWT mengampuni segala dosanya dan menerima segala kebaikannya. Semoga pula keluarga yang ditinggal diberikan kesabaran, dan kita semua mendapatkan ibrah hasanah dari kehidupan dan keteladanan beliau. “Allohummaghfir lahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu. Alluhumma la tahrimna ajrohu wala taftinna ba’dahu, waghfirlana wa lahu.”

Penulis adalah Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI tahun 2006-2012. Saat ini Kepala BP4 Pusat.


Download versi PDF DISINI


 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice