logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on . Dilihat: 2446

Budaya Chaos dalam Ritual Perkawinan1

Oleh : Hidayat, S.H.I, S.H[1]

Dalam masyarakat Indonesia budayat (cultur ) masih menjadi pegangan yang cukup mengakar makanya wajar dalam setiap sisi prilaku masyarakat budaya (cultur) mendapatkan perhatian lebih dalam menilai apakah perbuatan suatu acara mendapat predikat baik atau buruk, walaupun hal tersebut bertentangan dengan nilai kerelijiusan yang berlaku dalam syari’at. Hantaran dan biaya pernikahan sudah ,menjadi isu fundamental yang berlaku sebagai akibat masih kuatnya pengaruh tradisi (non Islamis) yang berlaku di masyarakat. Bermacam-macam suku yang ada ditanah air ini mempunyai standar masing-masing dalam menentukan biaya pernikahan hal ini diperburuk lagi dengan masuknya budaya Hedonisme (aliran yang menilai segalanya dari sisi materi) dikalangan masyarakat yang beranggapan bahwa pernikahan adalah salah satu cara untuk menentukan perbedaan kasta sosial dalam masyarakat, semakin tinggi dan besar biaya sebuah pernikahan semakin tinggi pula kasta sosialnya dalam masyarakat.


 

Selengkpnya KLIK DISINI



[1] Jurusita Pengganti dan calon Panitera Pengganti pada Pengadilan Agama Putussibau.

  1. Pernah di muat dalam Koran Equator Kalimantan Barat 1 Desember 2011
.
Comments  
# Al Fitri - PA Manna 2013-01-18 15:52
demikian budaya Indonesia begitu banyaknya..
Reply | Reply with quote | Quote
# aziz - Sambas 2013-01-19 13:44
lebih enak dibaca jika paragrafnya tidak terlalu panjang
Reply | Reply with quote | Quote
# kerupuk basah - Putussibau 2013-01-21 08:56
Sebaiknya anda membacanya sampai selesai dulu, baru anda berkomentar demikian. Itu lebih bijaksana. :-)
Reply | Reply with quote | Quote
# Erfani 2013-01-21 08:48
Pojok Nusantara bukan halangan, menebar karya. Dengan IT ini yg jauh seolah dekat, meski dekat hakiki adalah dambaan...
congrotulation!
Reply | Reply with quote | Quote
# # Maghfiroh-Lampung 2013-01-21 10:07
Bang Day....aku setuju banget atas apa yang ditulis,,,,sema ngat menulisnya belum luntur ya,,,salut!!!!
Reply | Reply with quote | Quote
# hidayat 2013-01-22 09:44
insya allah sll u menulis buat jg2 idealis intelektual,he. ..
Reply | Reply with quote | Quote
# Ahmad. AS. PA Serui 2013-01-22 06:54
tidak semua kebiasaan atau karakter sosial dimasyarakat harus dinobatkan sebagai budaya. mengapa demikian, karena secara filosofis, budaya itu sendiri meniscayakan nilai-nilai yang bernuasa baik untuk masyarakat, bkn sebaliknya, jadi saya lebih sepakat klu pras "budaya" dalam topik ini diganti dengan "Realita"....
Reply | Reply with quote | Quote
# abdurrahman_pa_dompu 2013-01-22 07:00
ass,,
Gambaran pernikahan yang dipaparkan dan dinilai telah menjadi budaya tersebut, merupaka rembesan dari budaya timur tengah yang menjadikan pernikahan momok bagi pemuda miskin yang ingin menikah, pasalnya di negara timur tengah sendiri sempat adanya pembatasan nilai tertinggi mahar karena nilai mahar yang terus melambung mengikuti ego dan pretise sebagian masyarakat di sana,,menurut saya, ini juga kritik bagi para tokoh agama yang bida dikatakan gagal memberikan pendidikan bab nikah pada masyarakat karena selama ini pendidikan agama hanya terhenti pada bab toharoh dan ibadah
Reply | Reply with quote | Quote
Add comment

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice