Wahyu Widiana yang Saya Kenal
Oleh :
H. Muh. Hasan H. Muhammad
(KPTA MAKASAR)
1. Pendahuluan
Tahun 1981 pertama kali saya kenal Pak Wahyu, beliau mendampingi Pak Muchtar Zarkasyi, S.H. ke Ujung Pandang (Makassar sekarang) untuk membuka dan memberikan materi pelajaran Hisab Rukyat yang dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi Agama Makassar. Pak Muchtar Zarkasyi, S.H. selaku Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam pada Dirjen BINBAGAIS membuka acara pelatihan serta memberikan materi kebijaksanaan DIRBINBAPERAIS sedang Pak Wahyu memberikan pelajaran pokok yakni materi Hisab Rukyat yang meliputi :
a. Menghitung awal bulan Qamariah;
b. Menghitung/ mengukur arah Qiblat;
c. Menghitung jadwal waktu Shalat.
Saya bersama Pak Andi Syamsu Alam (TUADA ULDILAG sekarang) Pak Rum Nessa (mantan Sekretaris MARI) dan Pak Zaenal Imamah (KPTA Bandung) sebagai peserta pelatihan bersama para Ketua Pengadilan Agama seluruh Indonesia Timur. Ketika itu PTA Ujung Pandang masih mewilayahi 10 (sepuluh) Propinsi yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara (Gorontalo dan Sulawesi Barat belum terbentuk saat itu), Maluku (Maluku Utara belum terbentuk), Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur (saat itu masih wilayah NKRI), dan Irian Jaya(Papua sekarang).
Keahlian Pak Wahyu sebagai ahli Falak benar-benar nampak saat itu.Tiga mata pelajaran diatas diajarkan dengan sangat jelas. Menurut perhitungan usia rata-rata kami para Ketua PA yang ikut pelatihan jauh lebih dulu belajar Ilmu Falak dari IAIN (Fakultas Syariah), tetapi ternyata pengetahuan Falak kami tidak sampai 50% pengetahuan Falak Pak Wahyu.
Dengan penuh kesungguhan Pak Wahyu mengajar Ilmu Falak.Tidak tanggung tanggung, saat mengajarkan mata pelajaran : “menghitung waktu shalat” dengan 15(lima belas) rumus saat itu, beliau keliling membimbing para peserta cara membuka daftar logaritma.Pak Andi Syamsu Alam sebagai peserta teraktif diberi gelar oleh Pak Wahyu dengan ‘Mr. Cotangens’ sedang Pak Rum peserta teraktif kedua diberi gelar ‘Mr. Cost.’ ”.
Pada akhir pelatihan, Pak Wahyu mengajar kita membuat “Gawang Lokasi” untuk mempermudah mengintip awal bulan Qamariah.Dengan gawang lokasi tersebut mata kita tidak melihat kiri dan kanan lagi sebab pasti bulan berada dalam gawang.
2. Menghadapi peringatan Seabad Pengadilan Agama
Peringatan 100 tahun Pengadilan Agama nampaknya akan dilakukan secara besar besaran, kegiatannya antara lain pemilihan Pengadilan Agama terbaik 1,2,3 dan harapan 1,2 dan 3. Pak Wahyu selaku salah seorang diantara anggota Tim penilai bertugas meninjau Pengadilan Agama Parepare (yang ditunjuk PTA Ujung Pandang mewakili) tempat saya bertugas sebagai Ketua PA. Beliau datangsecara tiba tiba, memeriksa setiap ruangan, halaman keliling kantor dan difoto, sampai kamar kecil pun tidak luput dari pengamatan dan pemeriksaannya.
Selesai memeriksa pak Wahyu minta pamit bersama pendampingnya dari PTA Ujung Pandang, saya melapor kepada beliau bahwa sesuai saran yang disampaikan ketika pelatihan Hisab rukyat agar dicari lokasi untuk mendirikan gedung Rukhyatul Hilal seperti di Pelabuhan Ratu. Saya sampaikan bahwa di Parepare ada tiga tempat yang kami mohon beliau tinjau.
Perhatian beliau terhadap Hisab Rukyat benar benar ditunjukkan saat itu, walaupun tidak ada tugas untuk itu, beliau siap menunda kepulangannya dan bersedia meninjau 3(tiga) lokasi tersebut. Saat itu Pengadilan Agama hanya memiliki motor Suzuki A 100 kiriman DIRBIN BAPERAIS. Pak Wahyu tanpa rasa segan dibonceng dengan motor, naik gunung turun gunung kemudian menunjuk sebuah bukit ditengah kota Parepare sebagai tempat yang paling tepat.
Dengan petunjuk Pak Wahyu tersebut kami mengajukan surat ke Walikota Parepare untuk minta lokasi bukit tersebut. Jawaban Walikota bahwa tanah itu akan diberikan kepada Pengadilan Agama apabila ada dukungan Departemen Agama. Surat Direktur BINBAPERAIS bahwa salah satu perencanaan Departemen Agama ialah membangun Gedung Rukyatul Hilal di beberapa tempat antara lain Parepare maka Walikota Parepare menyetujui permohonan kami. Tapi karena pembangunannya tidak terlaksana maka pemerintah Kota mengizinkan lembaga lain membangun di lokasi tersebut.
3. Pak Wahyu pengawas Ujian Hakim
Penyaringan calon Hakim mulai ketat karena sarjana Syariah sudah banyak.Saat Pak Andi Syamsu Alam ikuti ujian Hakim, jatah Hakim 12 (dua belas) orang sedang sarjana Syariah hanya 7 (tujuh) orang jadi lulus semua.
Ketika Pak Wahyu datang ke Ujung Pandang sebagai pengawas ujian Hakim pendaftar banyak sedangkan jatah sedikit. Pak Wahyu pertama kali bertemu dengan semua anggota panitia, menghitung jumlah anggota panitia dan berkenalan satu peserta.
Saat ujian sudah berlangsung, Pak Wahyu kembali menghitung jumlah kertas ujian dan jumlah panitia ternyata kurang dua rangkap dan panitia kurang dua orang.Pak Wahyu segera perintahkan Ketua Panitia mengembalikan kertas ujian yang diambil panitia. Setelah ditunggu kurang lebih ¼ jam baru kertas ujian dikembalikan. Selanjutnya Pak Wahyu keliling mencari anggota panitia yang tidak ada. Terakhir beliau berhenti di depan kamar kecil beliau ketuk pintu, setelah diketuk 3 kali baru terbuka dan ternyata wanita yang menjadi anggota panitia muncul dari balik pintu. Pak Wahyu bertanya “kenapa sembunyi dikamar kecil” ybs.Menjawab “buang air kecil Pak”, Pak Wahyu jawab “terima kasih tapi tolong kertas dan buku yang ada dalam kamar kecil saya pinjam sampai selesai ujian”.
Selanjutnya Pak Wahyu minta Ketua Panitia menghadirkan anggota panitia yang belum ada.Setelah anggota tersebut muncul, langsung dikasi tugas mengerjakan seluruh administrasi pelaksanaan ujian dan tidak diizinkan masuk keruang ujian yang sedang berlangsung.
Semua anggota panitia sampai K.H. Muh. Saleh Thaha, Ketua PTA Ujung Pandang saat itu, kagum melihat ketelitian, kecerdasan dan ketegasan Pak Wahyu sebagai pengawas ujian.
4. Studi S2 di Amerika
Ketika beliau menjabat Kasubdit Hisab Rukyat Direktorat BINBAPERAIS, beliau mendapat panggilan untuk studi S2 di Amerika. Karena harus meninggalkan tugas yang cukup lama maka beliau mengundurkan diri dari jabatan yang dipangkunya, selanjutnya beliau mengurus surat surat yang diperlukan untuk pendidikan S2.
Tiga bulan kemudian saya bertemu dengan beliau di Balai Diklat Dep. Agama Ciputat. Saya tanya beliau apakah ada cuti/ libur sekolah sehingga beliau kembali dari Amerika, beliau menjawab : “inilah masalahnya Pak Hasan, saya sudah mengundurkan diri dari Subdit Hisab Rukyat supaya lancer keberangkatan saya ke Amerika. Tetapi ternyata sampai sekarang surat panggilan dari Amerika belum saya terima. Saya jawab :“Insya Allah mungkin tidak lama lagi panggilan Bapak datang”.
Delapan tahun kemudian saya bertemu beliau di Biak ketika mendampingi Menteri Agama dr. H. Tarmidzi Thahir yang melakukan kunjungan kerja ke daerah dengan pesawat khusus Hercules.Beliau menceritakan keistimewaan kunjungan kerja ini, dimana waktu istirahat hanya di pesawat. Tidak bermalam di Biak sebab selesai melihat rumah ibadah di Biak yang hancur karena Gempa tektonik Pak Menteri akan melanjutkan perjalanan ke Kupang. Ketika saya tanya Pak Wahyu tentang studi beliau ke Amerika beliau menjelaskan“. Setelah menunggu cukup lama akhirnya saya dapat informasi dari orang Bugis teman kuliah saya di Yogyakarta yakni Drs. Rafi Yunus (sekarang Prof. Dr.H. Rafi Yunus pimpinan Pondok Pesantren As’adiah Sengkang).Dengan bantuan Pak Rafi Yunus akhirnya panggilan saya terima dan selesailah S2 saya (M.A. di Amerika) Alhamdulillah. Setelah Pak Menteri selesai meninjau Masjid Raya Biak yang hancur dan beberapa Gereja, Pak Wahyu segera naik ke Pesawat Hercules terbang ke Kupang.
5. Menjadi Direktur
Menteri Agama Drs. K.H. Tholhah Hasan berkunjung ke Kupang meninjau kerusakan Masjid, Asrama Haji, Gedung Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama yang rusak akibat amukan massa. Pak Wahyu mendampingi Pak Menteri dalam kunjungan tersebut. Saat itu sudah sunter informasi bahwa Pak Menteri akan mengganti beberapa pejabat Dep. Agama. Pak Menteri berpendapat saat ini Kantor Dep. Agama di lapangan Benteng bagaikan pasar.
Di Bandara saat melepas Pak Wahyu dan Pak Menteri ditangga pesawat saya berbisik kepada Pak Wahyu “Semoga Bapak terpilih oleh Pak Menteri menjadi Direktur”.Entah beliau dengar atau tidak, kami semua pengantar melambaikan tangan melepas para tamu kembali ke Jakarta.
Setelah beliau dilantik sebagai Direktur Peradilan Agama saya ke Jakarta. Di lift saya bertemu Pak Wahyu.Tiba-tiba seorang penumpang di lift berkata :“Eh! Pak Direktur. Selamat Bos atas pelantikannya”.Pak Wahyu menjawab :“Terima kasih, semoga tidak menjadi tempe bosso”. Penumpang lift lainnya berkata : “Insya Allah ditangan Pak Wahyu Peradilan Agama pasti akan maju dan berkembang”.Kami semua dalam lift secara bersama mengucapkan “Amin”.
Alhamdulillah rupanya do’a penumpang lift itu terkabul, Badilag berkembang dan maju terus di berbagai bidang. Bahkan ditangan Pak Wahyu berkembang menjadi DIRJEN yang Nahkoda pertamanya juga Pak Wahyu.
6. Menumpang 3 macam Kendaraan
Usul pembentukan PA Lewoleba diproses dengan cepat sehingga Kepres pembentukannya terbit.Saya selaku Ketua PTA Kupang mengundang Pak Direktur (Pak Wahyu) meresmikannya.Penerbangan dari Jakarta via Denpasar dan Labuan Bajo tujuan Maumere. Perkiraan tiba di Maumere jam 12.00 Kira kira jam 10.30 saya dapat telepon dari Pak Hanif KPA Denpasar bahwa Bapak Direktur sudah ada di pesawat. Tapi 15 menit kemudian saya dapat telpon dari Pak Wahyu bahwa saya tidak jadi berangkat karena pesawat ada gangguan.Supaya Pak Hasan saja mewakili Direktur Peradilan meresmikan PA Lewoleba.
Tentunya kami semua para Ketua PA Se-NTT, kecewa dengan informasi itu. Tapi kurang lebih 30 menit kemudian Pak Wahyu telepon lagi : “Pak Hasan, saya tidak jadi pulang karena pengantar semua sudah kembali ke Denpasar, saya sendirian di bandara dan nampaknya pesawat sudah baik dan siap mengudara menuju Labuan Bajo. Kami semua di Bandara Maumere berdo’a agar perjalanan beliau selamat.Alhamdulillah tepat jam 14.00 pesawat Pak Wahyu mendarat di Bandara Maumere.Setelah makan siang dengan mengendarai mobil Dinas Bupati Larantuka kami tinggalkan Maumere menuju Larantuka.Melihat sopirnya sudah tua Pak Wahyu bertanya “sudah lama jadi Sopir PTA”. Pak Noto (sopir) menjawab “Saya ini Pak Direktur hanya sopir tembak. Tapi ketika Pak Kamil masih KPTA Kupang setiap perjalanan jauh hanya saya yang boleh membawa mobilnya walaupun saya sebenanya sudah berumur 70 tahun”.
Malam harinya kita dijamu makan malam oleh Bupati Larantuka.Isteri Pak Bupati berbahasa Sunda dengan Pak Direktur dan muslimah. Pak Bupati menurut Isterinya muslim dan anak anaknya juga muslim tapi sebagai Bupati didaerah Kristen harus beragama Kristen.
Keesokan harinya kami berlayar ke Pulau Lembata untuk meresmikan PA Lewoleba Kabupaten Lembata.Kapal berlayar di sela-sela pulau Kepulauan Alor yang terdiri atas puluhan pulau kecil dan besar.Melihat pemandangan laut yang begitu indah dan laut yang tenang Pak Wahyu merasa menyesal tidak membawa Isteri. Sambil berdiri diujung depan kapal beliau berkata “Pemandangan yang begini indah, perjalanan dan pelayaran yang sangat nyaman, dalam dua hari menaiki 3 macam kendaraan darat, udara dan laut. Sungguh sayang kalau tidak dinikmati bersama Isteri, sayang sungguh sayang”.Pak Wahyu rupanya seorang Suami yang sangat mencintai Isterinya, beliau baru puas merasakan kenikmatan yang diperoleh apabila dirasakan bersama Isteri tercinta.
Tiba di Kota Lewoleba kurang lebih jam 10.00, kita disambut oleh Bupati, Sekda dan Pejabat Pejabat setempat. Acara dimulai dengan penyerahan sebagian wilayah PA Larantuka kepada Ketua PA Lewoleba dilanjutkan dengan peresmian pembentukannya oleh Pak Wahyu selaku Direktur Peradilan Agama.
Ketika Saya menjabat Ketua Pengadilan Tinggi Agama Palangkaraya, Pak Wahyu saya undang membuka suatu acara.Beliau datang bersama Isteri dan bermain tennis pasangan melawan Drs. Damsir SH., MH.Ketua PA Rantau yang juga pasangan dengan Isterinya.Sungguh bahagia nampaknya Pak Wahyu bermain berpasangan dengan Isteri.
7. Nakoda Pertama Dirjen Badilag
Saya menghadiri pelantikan Pak Wahyu sebagai Dirjen, Pak Rum sebagai Sekretaris dan Pak Bagio sebagai Kepala BUA, acaranya sangat ramai.Bapak Dr. Abd. Gani Abdullah (Hakim Agung) yang sama-sama Pak Wahyu menjabat pada Direktorat Peradilan Agama berkata “nanti Pak Wahyu boleh pasang papan nama didepan kamarnya lantai V Departemen Agama ‘Dirjen Badilag MA RI’ ”. Pak Wahyu menjawab :“cukup diketahui saja”.
Pada saat peringatan Hari Amal Bakti Dep. Agama tanggal 3 Januari, Pak Wahyu berdiri pada jajaran eselon II. Dengan serta merta Panitia menjemput beliau untuk diantar ke jajaran eselon I Dep. Agama.
Dari peristiwa ini nampak sekali pembawaan beliau yang tidak mau menonjolkan diri, sifat rendah hati dan santun.
Beliau pernah menasihati saya : “Pak Hasan saya lihat banyak laporan yang masuk tentang diri Pak Hasan. Dalam memimpin hendaknya jangan terlalu menonjolkan diri.Bijaksana terhadap bawahan sangat diperlukan, agar bawahan merasa diayomi.Pasti diantara mereka ada yang membuat macam-macam laporan tapi tidak perlu ditanggapi”. Saya jawab : “Terima kasih Pak Dirjen saya akan laksanakan dengan baik petunjuk-petunjuk Pak Dirjen”.
8. Tips Untuk Sopir
Suatu kebiasaan yang sangat patut dicontoh ialah semua sopir-sopir yang menjemput, mengantar beliau semuanya diberikan uang tips dan salaman jika turun dari mobil di Bandara.
Peristiwa ini selalu saya saksikan langsung jika mendampingi beliau.Sejak saya menjabat Ketua PTA di Ambon, Irian Jaya, Kupang, Palangkaraya, Banjarmasin, Yogyakarta dan Makassar.
Pernah saya coba mencuri lihat uang yang Pak Wahyu keluarkan dari dompetnya, rupanya tidak tanggung-tanggung, uang merah seratus ribu rupiah, padahal Saya tidak pernah berikan uang tips kepada sopir saya lebih dari Rp. 50.000 bahkan kadang-kadang hanya Rp. 20.000 , kecuali pakai SPPD barulah sopir dapat Rp. 300.000, itupun diserahkan oleh Bendahara.