Badilag.net Award : Membangun Komitmen Bersama
(Sebuah Catatan Atas Penilaian Tim Redaksi badilag.net)
(Bagian Kedua)*
Oleh: Rusliansyah Ibrahim
(Ketua PA Nunukan)
Hidup netizen di dunia maya
Berita artikel jadi karyanya
Mencari hidup di peradilan agama
Hidupkan badilag.net tugas kita semua
(Renafasya)
Tanpa mengecilkan arti dukungan seluruh pegawai, khususnya tim IT, keberhasilan MS Aceh dan PA Bengkalis tersebut menurut penulis lebih disebabkan, salah satunya adalah karena faktor pimpinan yang berkomitmen; punya concern dan punya interest dengan sesuatu yang ingin dicapai dalam hal informasi publik, khususnya dengan menggunakan media teknologi informasi (website).
Banyak contoh sebenarnya yang bisa ditunjukkan untuk mendukung kebenaran tesis ini. Sebut saja misalnya keberhasilan PTA Banjarmasin dan PA Pelaihari meraih penghargaan website terbaik pada puncak acara “Peringatan Milad 130 Badan Peradilan Agama” beberapa waktu lalu di Jakarta, semua itu tidak terlepas dari komitmen dan perhatian ‘berlebihan’ pimpinan masing-masing satker.
MS Aceh yang sekarang dipimpin oleh H. Idris Mahmudy, adalah contoh sosok KMS/KPTA yang punya komitmen, minat dan perhatian besar terhadap perkembangan website di wilayahnya. Hal ini pernah penulis rasakan sendiri ketika Beliau berkesempatan memimpin PTA Samarinda 2008-2010, sebelum memimpin MS Aceh saat ini.
- Artikel ini semula adalah sebuah tulisan utuh-komprehensif. Dengan berbagai alasan dan pertimbangan akhirnya dipecah-pecah menjadi beberapa bagian. Karena itu, agar pemahaman pembaca utuh dan tidak timbul salah persepsi terhadap maksud tulisan ini kiranya dapat membaca bagian tulisan sebelum dan sesudah ini. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini!
Di awal-awal masa kepemimpinannya tahun 2008 itu, Beliau turun berkeliling ke daerah-daerah di Kaltim untuk memacu semangat PA-PA di Kaltim agar dapat memiliki website sendiri sesuai kebijakan Ditjen. Badilag. waktu itu. Bahkan, jika PA-PA tersebut belum punya anggaran dana untuk membuat website sendiri, PTA Samarinda bersedia menalanginya dahulu agar website PA-PA se-Kaltim saat itu dapat segera eksis dan tampil di dunia maya memberikan informasinya.
Itulah yang dapat kita catat dari keberhasilan MS Aceh sekarang ini meraih prestasi yang membanggakan tersebut. Keberhasilan ini bukanlah sebuah kebetulan yang tidak disengaja tanpa rencana, tetapi merupakan proses panjang dari suatu rencana yang sudah terukur sejak awal 2012 lalu.
Mengambil pelajaran dari pengalaman ‘buruk’ tahun 2011, di mana MS Aceh hanya menduduki peringkat 23 dari 29 pengadilan tingkat banding, dengan kiriman hanya 9 berita ke badilag.net, maka dalam sebuah rapat khusus di awal tahun 2012 itu, untuk membahas rencana dan strategi peningkatan jumlah kiriman berita MS Aceh ke badilag.net, oleh Ketua MS Aceh ditetapkanlah target minimal 100 berita, dan idealnya 150 berita dalam setahun. Dan ternyata, dengan dukungan seluruh lini, rencana itu berhasil tercapai. Target jumlah 100 kiriman berita setahun telah terlampaui, bahkan jumlah ideal 150 kiriman berita setahun nyaris saja tercapai, dengan raihan 144 kiriman berita selama 2012.
Tidak terkecuali PA Bengkalis yang menduduki peringkat pertama kategori “Pengirim Berita Terbanyak” untuk pengadilan tingkat pertama. Peran “Sang Motivator” KPA Bengkalis, Faizal Kamil, ternyata sangat besar dalam keberhasilan ini dengan memotivasi semangat kerja tim redaksi, hakim dan seluruh pegawai untuk berlomba-lomba membuat berita yang sesuai dengan tupoksi dan mengirimkannya ke badilag.net setelah diedit tim redaksi.
Hasilnya sungguh di luar dugaan; fantastis dan luar biasa! Coba bayangkan, hanya dalam waktu 4 bulan di awal masa kepemimpinan “Sang Motivator,” PA Bengkalis telah berhasil mengirimkan 34 berita ke badilag.net. Berarti jika dirata-rata PA Bengkalis berhasil mengirimkan 8,5 berita setiap bulan.
Belajar dari pengalaman MS Aceh dan PA Bengkalis ini, maka sejatinyalah setiap satker sekarang sudah dapat merencanakan apa yang ingin dicapainya tahun depan sesuai kemampuan yang ada.
Hal ini tampaknya sudah mulai disadari bahkan direspon oleh sebagian besar satker-satker di daerah. Mereka sekarang ini terlihat sedang sibuk berbenah diri mempersiapkan strategi jitu menyambut kompetisi di dunia maya yang diselenggarakan Tim Redaksi badilag.net setiap awal tahun.
Genderang sudah ditabuh; alarm sudah dibunyikan; bendera sudah dikibarkan, tanda kompetisi itu telah dimulai. Bisa dirasakan kalau sekarang ini aroma persaingan antarsatker sudah mulai tercium menyengat di Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya. atau Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya., email alamat panitia Tim Redaksi.
Minat dan perhatian satker-satker di daerah untuk mendaftar mengikuti lomba tahunan ini terus berdatangan seolah tidak bisa dibendung oleh kekuatan apa pun. Sekalipun itu oleh seleksi dan ‘sensor’ untuk dan atas nama “kebijakan” Tim Redaksi. Bagai kiriman air bah banjir yang melanda ibukota, Jakarta, baru-baru ini, bisa diprediksi bahwa dalam tahun 2013 ini meja redaksi pun akan kebanjiran kiriman berita dari satker-satker di daerah.
Aroma persaingan antarsatker yang sudah mulai tercium itu bisa dilihat dari perbandingan jumlah berita dan artikel yang telah di-publish badilag.net untuk Januari 2012 dan Januari 2013 ini. Seperti dirilis Tim Redaksi badilag.net dalam laporan hasil penilainnya, pada Januari 2012 menu favorit “Seputar Ditjen” berhasil menayangkan 40 berita; menu “Seputar Peradilan Agama” berhasil mempublikasikan 155 berita; dan menu “Artikel” sukses menurunkan 24 tulisan.
Bandingkan dengan jumlah berita dan artikel yang telah di-publish badilag.net selama Januari 2013 ini. Dari ‘bank data’ badilag.net pertanggal 31 Januari 2013, tercatat ada 26 berita di “Seputar Ditjen;” 304 berita di “Seputar Peradilan Agama;” dan 31 tulisan untuk artikel
Di sini penulis menemukan bahwa telah terjadi penurunan jumlah signifikan hampir 40 persen atas berita yang tayang di “Seputar Ditjen” yang merupakan “kewenangan absolut’ Tim Redaksi. Prestasi ini tentu belum dapat menyamai apalagi melebihi prestasi Januari 2012. Ini wajar karena “Seputar Ditjen” memang bukan arena satker di daerah untuk berkompetisi.
Tetapi sebaliknya telah terjadi kenaikan signifikan untuk berita yang tayang di “Seputar Peradilan Agama” yang menjadi arena ‘yurisdiksi absolut’ satker di daerah untuk berkompetisi. Di sini ada kenaikan jumlah hampir 200 persen dibanding Januari 2012.
Alhamdulillah! Pertanda kompetisi itu telah dimulai; masing-masing kompetitor telah mengirimkan ‘jagoannya’ (baca: berita) bertarung meramaikan panggung kompetisi. Sungguh menggembirakan mencium aroma wangi persaingan antarsatker ini. Semoga semerbak wangi harumnya persaingan ini bisa pula menyebar menghampiri penonton di luar arena kompetisi yang selama ini hanya duduk-diam menonton pertunjukan ‘karya’ orang lain yang berbuah prestasi.
Mereka semua berkompetisi dengan tidak melupakan prinsip “fair-play” sepakbola: bermain indah dan cantik dengan satu tujuan “gol” (baca: lillahi ta’ala). Mereka semua bersaing dalam kompetisi yang sehat dan, Insya Allah, bernilai ibadah di sisi Allah Swt. Mereka berlomba-lomba ‘berkarya’ mengirimkan berita dan aktivitas keseharian tupoksinya agar dapat diketahui masyarakat luas.
Mereka semua ber-fastabiqul khairat membagi-bagi ilmu dan amal-pengalamannya kepada orang lain. ‘Ilmun yantafa’u bih menjadi prinsip hidupnya yang, Insya Allah, akan menjadi amal jariyahnya kelak; mengalir terus tak ada habisnya. Itulah ‘karya’ besar mereka di dunia alam maya; dunia tempat mereka sekarang hidup dan menanam dengan sebanyak-banyaknya pohon bernama ‘karya’ (baca: amal ibadah). Dan hanya itu pula bekal yang akan mereka bawa kelak di kala menghadap Sang Khalik ‘Sang Maha Berkarya,’ penciptanya dan pencipta alam semesta.
Apalagi kiriman berita kontributor satker di daerah itu sangat besar pengaruhnya dalam membangun dan memelihara tradisi ‘sharing-connecting’ (tukar-bagi pengalaman) antarsatker; tentang inovasi dan keberhasilan program suatu satker yang dapat menjadi ‘virus’ untuk ditularkan kepada satker lain.
Sekaligus ini juga dapat menjadi ajang silaturahim antarsatker, yang sekalipun secara geografis berjauhan letaknya, tetapi dengan perkembangan teknologi informasi sekarang dunia ini menjadi terasa semakin kecil. Dengan membaca berita di badilag.net, secara psikologis satker-satker yang berjauhan letaknya itu terasa sangat dekat, seperti kata pepatah “jauh di mata dekat di hati.” Dan ini tentu saja akan lebih mengeratkan tali silaturahim antara satu satker dengan satker lain.
Di samping itu, kiriman berita ke badilag.net tentu juga akan dibaca dan diketahui oleh lebih banyak netizien dibandingkan jika berita itu hanya dimuat di website satker bersangkutan atau hanya sampai ke pengadilan tingkat banding. Dan ini tentu saja sangat berguna untuk membangun opini publik mengenai perkembangan-perkembangan positif suatu satker.
Hal itu juga dapat menjadi media untuk menepis berita-berita miring yang menyudutkan suatu satker atau dunia peradilan umumnya. Bahkan bagi satker bersangkutan, kiriman-kiriman berita itu dapat menjadi ‘nilai-tambah’ dalam mempromosikan satker bersangkutan di dunia maya, karena akan lebih familiar di telinga “eyang-google,” mesin pencarian (search-engine) yang sering digunakan. Dan bagi Tim Redaksi badilag.net kiriman-kiriman berita itu tentu mempunyai ‘nilai-jual’ positif untuk melakukan penilaian tahun depan.
Memang ada sebagian satker yang beranggapan bahwa untuk apa lagi berita tersebut dikirimkan ke website pengadilan tingkat banding atau badilag.net, jika berita yang sama itu juga sudah pernah dimuat di website satker bersangkutan? Bukankah itu namanya mubazir dan pemborosan? Bukankah satker tersebut hanya ingin ‘cari-muka’ saja biar terkenal dan dikenal oleh satker-satker lain atau oleh atasannya di pengadilan tingkat banding atau Badilag.?
Anggapan-anggapan miring tersebut sudah barang tentu dapat dibenarkan jika saja itu diajukan di era tahun 70-80-an, pada saat perkembangan dunia teknologi informasi belum sepesat seperti sekarang ini. Tetapi untuk masa sekarang pada saat dunia teknologi sudah sedemikian rupa canggihnya, anggapan-anggapan miring itu sudah kadaluarsa; sudah tidak zamannya lagi.
Namun demikian, kalau pun masih ada yang beranggapan seperti itu, adalah hak sekaligus tanggung jawab satker bersangkutan. Karena satker-satker seperti itulah yang akan ‘terkucilkan’ dari hiruk-pikuk dan hingar-bingarnya pergaulan dunia teknologi informasi. Karena itu, daripada duduk-diam di luar sebagai penonton, mengapa tidak masuk ikut berkompetisi untuk membuat sejarah.
Untuk kategori “Penulis Artikel Terbanyak” menurut penilaian Tim Redaksi tetap dipegang oleh Abdul Rasyid As’ad, juara tahun lalu, dengan kontribusi 28 artikel. Alumni IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, yang sudah aktif menulis sejak mahasiswa, dan sekarang bertugas sebagai Hakim PA Mojokerto ini berhasil memecahkan rekor atas namanya sendiri, yang tahun lalu ‘hanya’ mendistribusikan 12 artikel ke badilag.net.
Walaupun masih lebih tinggi dibandingkan “Suara Pembaca,’ tingkat kunjungan dan keterbacaan artikel, maupun komentar dari para netizen badilag.net ini masih tergolong rendah dibandingkan berita. Ini mungkin dapat dimaklumi. Karena artikel pada umumnya ditulis agak panjang bertele-tele dengan gaya bahasa ilmiah; agak sedikit ‘njelimet ‘ menguras otak’ pembacanya sehingga bagi sebagian orang dianggap berat dan melelahkan pikiran.
Lain halnya dengan berita yang pada umumnya pendek-ringkas dan ditulis menggunakan bahasa populer dan ringan: bahasa koran dan majalah; sehingga membacanya pun bisa sambil tidur-tiduran dan rileks ‘santai.’
Itulah sebabnya bahwa artikel-artikel yang ‘laris-manis’ dibaca para netizen badilag.net adalah artikel pendek-singkat ‘berdurasi’ tidak lebih dari 4-5 halaman, dan menggunakan gaya bahasa koran.
Ini bisa kita lihat dan diwakili oleh artikel-artikel kiriman Achmad Fauzi, penulis muda berbakat pengarang buku “Pergulatan Hukum di Negeri Wani Piro,” yang sekarang ini bertugas sebagai Hakim di PA Kota Baru, Kalsel.
Seluruh artikel alumni Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, yang juga sudah aktif menulis sejak mahasiswa ini, memang semula diperuntukkan untuk konsumsi pembaca koran. Setelah laku dipasarkan di koran-koran nasional maupun lokal, baru kemudian ‘disumbangkan’ ke badilag.net untuk konsumsi warga PA. Hal seperti ini sudah biasa juga dilakukan oleh penulis-penulis artikel lainnya dalam menyebarkan ide kreatifnya agar lebih banyak diketahui publik.
Ada juga artikel-artikel badilag.net yang berasal dari makalah-makalah yang telah disempurnakan oleh penulisnya, seperti misalnya artikel-artikel Hakim Agung Habiburrahman; atau artikel-artikel WKPTA Ambon A. Mukti Arto, pengarang buku ‘best-seller’ berjudul “Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama,” yang menjadi ‘buku wajib’ para hakim peradilan agama.
Artikel-artikel seperti ini biasanya sudah pernah dipresentasikan penulisnya sebagai bahan-ajar pada suatu pelatihan atau bimtek yang diadakan Litbangkumdil MA-RI, Ditjen. Badilag., maupun MS/PTA. Juga ada artikel yang sudah pernah dipresentasikan dan didiskusikan pemakalah dalam suatu forum diskusi, seminar atau workshop yang diadakan LSM atau universitas/perguruan tinggi.
Dengan alasan “sayang” hanya tersimpan di laci-laci meja kerja atau tumpukan map, maka untuk kepentingan praktis agar dapat lebih banyak diketahui publik, dan juga untuk sharing dengan pembaca yang lebih luas mendiskusikan permasalahan yang dibahas dalam artikel tersebut, setelah disempurnakan seperlunya oleh penulisnya, artikel-artikel itu kemudian dilemparkan ke publik untuk mendapatkan tanggapannya. (bersambung)