“ Dari Serambi Masjid ke Serambi dunia untuk Peradilan Yang Agung “
Karya Aam Hamidah
130 tahun yang lalu.................................
Engkau yang lahir di bumi belahan siniDari rahim ibu pertiwi
Dari belaian tangan-tangan penuh harapan
Dari desah nafas ruh dan jiwa-jiwa Islami
130 tahun yang lalu............sayangku..
Bukanlah masa sekejap
130 tahun yang lalu sayangku
Adalah rentang perjalanan teramat panjang
130 tahun yang lalu……………………
Bukan rengkuh waktu yang rapuh untuk engkau mengeluh meski bersimbah peluh
Engkau kini bukan lagi bayi yang merangkak dan menangis mencari air susu ibu ketika lapar
Yang hanya bisa menadahkan tangan meminta setetes air gula dari tangan penguasa
130 tahun engkau mengukir jati diri
Usiamu sudah teramat tua, tapi bukanlah renta dan papa meski kerap dikebiri penjajah
Wahai engkau....
Laksana perahu kehidupan berjalan diatas gelombang pasang
Dan angin menderu menghadang menggulung waktu
Alangkah mengerikannya suatu perjalanan, kalau saja penumpangnya tidak tahu kemana.perahu kehidupan ini akan dikayuh
Ketika tangan terus mengayuh hingga letih
Sementara kita tidak tahu apa2 tentang tujuan..
Dan kita tak tahu pula kemana perahu akan berlabuh...
Sementara peluit senja telah dibunyikan
Dan pedang waktu tak pernah ragu mengharu biru
Tidak ! tidaaaak......itu bukan engkau sayangku....
Engkau yang berdiri tegar ketika ombak dan badai mendera
Engkau yang tersenyum kala bibir –bibir mencibir
Engkau yang bocah merangkak dalam gelak
Kemudian berjalan tertatih-tatih, terhuyung-huyung, terseok-seok....
Bermimpi Dari serambi masjid
kemudian melesat bagaikan anak panah yang sulit dihadang
tak ragu memetik bintang di hamparan dunia
menuju singgasana peradilan yang agung
hingga tak terasa berdarah-darah air mata
hingga tak teraba luka menganga
berdirilah !
di angkasa lazuardi dunia
kibarkan panji-panjimu disudut-sudut buana , bersenandung direlung-relung jiwa adiluhung
menarilah dalam irama dan nada serta gerak yang sama
...jangan pernah menyerah meski satu langkah
Wahai Peradilan Agama !
Hiduplah engkau seratus, seribu, sejuta bahkan sampai kapanpun
Selama jiwa-jiwa islam bersatu dalam asa dan doa
Mungkin..jiwa-jiwa penumpangnya datang silih berganti
Boleh-boleh saja nafas terhenti dan kembali pada Ilahy
Namun putik-putik mawar akan senantiasa mengorak mekar
Tunas-tunas muda akan senantiasa ada...
Namun begitu..engkau yang lahir dari serambi masjid
Jaga pohon dari tercerabutnya akar
Tetaplah hatimu di dalam masjid
Karena dialah akar dari pohon besar yang menjulang kini
Selamat untukmu wahai peradilan agama tercinta
semoga Engkan akan selamanya ada ..selama indonesia ada..