logo web

Dipublikasikan oleh Hermansyah pada on . Dilihat: 2751

Pak Dirjen Itu seperti Nasi Padang

Oleh: Chrisnayeti, SH

Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Banyak yang harus dimiliki dan dikuasai juga kharisma sebagai pimpinan itu harus ada agar semua dapat berjalan sesuai dengan harapan dan keinginan.

Wahyu Widiana adalah salah satu orang yang bisa saya katakan seorang pemimpin, meski tidak memiliki semua katagori pimpinan yang ideal dan sempurna. Tentu, sebagai manusia pasti punya kekurangan dan kelebihan karena kesempurnaan hanya milik Allah.

Hampir seumur saya kerja sebagai PNS mengenal beliau, sejak beliau masih staf senior hingga jenjang demi jenjang karir beliau lalui dengan pasti dan mengubah status beliau menjadi pejabat tinggi. Tapi ada satu yang tidak berubah dari beliau, yaitu tetap menjadi orang yang merakyat dan tidak lupa pada bumi yang dipijak.

Saya masih ingat ketika beliau saya tawari untuk ikut berpartisipasi dalam setiap acara POR di lingkungan kantor sewaktu di Departemen Agama. Dengan semangat dan ceria beliau tidak menolak untuk ikut senam, gerak jalan dan bola voli. Dengan rendah hati beliau juga selalu mengikuti apa yang kita sampaikan meski saya hanya staf yang dipercaya untuk mengkoordinir para anggota cabang olah raga dan melatih senam.

Sebagai seorang pemimpin tertingi di unit kami, beliau adalah pemimpin yang tidak ingin melihat dan mendengar stafnya mengatakan tidak tahu atau tidak bisa. Ternyata ini terus tertanam sampai beliau menjadi seorang Dirjen.

Ketertarikan beliau pada teknologi informasi (TI) melebihi pimpinan-pimpinan lain. Itu juga bukan sekadar tertarik dan ingin tahu, tapi beliau jauh lebih dulu ingin bisa dan akhirnya sangat mahir. Jadi ketika beliau mendengar banyak kawan-kawan mungkin di Direktorat atau di PA mengatakan tidak bisa internetan atau tidak bisa pakai laptop, beliau sangat marah dan dengan keras mengatakan itu tidak bisa diterima dan semua harus mencoba untuk bisa.

Sebagian orang mungkin akan termotivasi untuk belajar karena memang ingin tahu dan bisa, tapi mungkin sebagian lagi bukan tidak ingin tahu, melainkan mungkin ada banyak faktor yang menjadi kendala. Namun tetap saja beliau tidak suka dengan alasan seperti itu.

Banyak terobosan yang dilakukan Pak Wahyu untuk mengedepenkan peradilan agama di lembaganya sendiri atau di luar lembaga. Bahkan dengan lembaga luar negeri juga beliau buat terobosan agar peradilan agama menjadi kebangaan dan kita menjadi bangga menjadi pegawai pada peradilan agama.

Begitu banyak yang kagum akan geliat beliau dan begitu banyak yang menyanjung akan keberhasilan beliau. Perjalanan beliau ke PTA/PA selalu diharapkan dan dielu-elukan. Karena begitu banyak masukan dan informasi hangat yang selalu beliau sampaikan pada tiap tempat yang disambangi, dan beliau akan menjadi tempat paling sejuk dan nyaman untuk menjadi tempat curahan keluhan teman-teman di daerah.

Di mana-mana, pada dasarnya beliau selalu membawa kebiasaannya yang sangat dekat dengan staf seperti keseharian beliau di kantor, yang selalu akan menyapa dengan tulus meski hanya dengan seulas senyum. Rasanya agak sulit mencari kekurangan seorang Wahyu Widiana.

Tanpa terasa waktu kami tinggal sedikit bersamanya. Perjalanan panjang kemarin rasanya hanya sekejap dibandingkan sisa waktu yang harus kami jalani bersamanya.

Begitu banyak sanjungan dan kekaguman orang kepadanya. Sebagian sanjungan dan kekaguman itu disampaikan dengan tulus penuh senyum. Tetapi pasti ada juga yang disampaikan dengan sedikit memiringkan bibir atau bahkan sanjungan yang disampaikan dengan mencibir. Saya juga yakin pasti ada yang diam-diam mengumpat dalam hati, menanti apa yang akan terjadi bila beliau sudah tidak lagi menjadi orang nomor satu di Ditjen ini.

Kami tidak ingin begitu banyaknya nilai positif dan kekaguman orang menjadikan bumerang untuk seorang Wahyu Widiana yang begitu low profile. Saya berharap tidak ada yang menjentikkan jari untuk mencari-cari kekurangan hanya karena dilandasi rasa tidak puas atau rasa tidak suka yang membuat semua jadi berubah.

Beliau harus tetap menjadi trendsetter untuk orang-orang muda yang akan menjadi penerus generasi di Badilag. Tetap harum sampai akhir tugas meski banyak waktu yang dihabiskan di meja tugas dibandingkan waktunya untuk keluarga, tapi itulah totalitas dalam sebuah pengabdian.

Sudah adakah calon pengganti yang bisa berbuat dengan sejuta semangat tapi tetap berpijak pada dasar kekeluargaan? Adakah figur yang punya sejuta inovasi tapi tidak memaksakan kehendak; yang tidak menjadi arogan ketika orang menyampaikan kegundahan dan kekesalan; yang tidak mendendam ketika orang mengatakan ketidaksukaan; atau yang akan tetap tersenyum meski orang memuntahkan ketidakpuasan? Adakah sosok yang tetap mau merangkul kita-kita staf yang di bawah dan mau mempersatukan yang cerai-berai serta mengurai permasalahan dengan arif dan bijaksana?

Tidak mudah mendapatkan apa yang ideal di mata teman-teman, karena Pak Dirjen mungkin terasa komplit meski kita tahu beliau juga suka marah kalau yang diperintahkan terasa lama atau tidak dihiraukan. Kadang beliau juga sedikit memaksakan kehendak walau pada akhirnya beliau bisa terima ketika kita bisa memberi argumentasi yang pas dan mengena.

Jadi, kalau diibaratkan makanan, Pak Dirjen adalah nasi padang, yang bisa cocok dimakan oleh orang Jawa tanpa terasa kepedasan, tapi tidak memuakan untuk orang Sumatra yang sudah terbiasa melahapnya, juga tidak bikin muntah bagi orang Jayapura yang biasa makan ubi merah.

Pak Dirjen bisa juga diibaratkan seperti teh botol. Apapun makanannya, minumnya tetap teh botol. Itulah Bapak Wahyu Widiana yang memegang jabatan tertinggi di Badan Peradilan Agama sebagai Direktur Jenderal.

Selamat, Pak Wahyu. Semoga hujan sanjungan tidak membuatmu lupa. Semoga keberhasilan dalam melaksanakan inovasi juga tidak membuat Bapak menepuk dada. Karena sekecil apapun itu pasti ada peran orang lain yang membuat segalanya menjadi nyata terlaksana.

Penulis adalah Kepala Seksi Bimbingan Wilayah I Direktorat Pembinaan Administrasi Peradilan Agama Ditjen Badilag

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice