logo web

on . Dilihat: 20798

Mutasi - Promosi Dekatkan Istri dengan Suami

Oleh : Hj. Chrisnayeti, SH


Seorang perempuan yang sudah menikah punya kewajiban untuk selalu ikut mendampingi suaminya dalam susah dan senang. Tapi musim sudah berubah, prediksi para ahli tak lagi bisa diterapkan pada kenyataan sehari-hari yang ada di masyarakat.

Dengan alasan karier pada suatu pekerjaan yang terbayangkan adalah cerah di depan menanti dan akhirnya lupa pada akibat yang akan diderita nanti. Terang yang terbayang tapi kegelapan yang disandang.

Ambisi tuk dapatkan posisi yang sesuai terkadang juga datang dari pasangan hidup. Mulanya istri atau suami tenang jalani pekerjaan pada posisi yang ada tanpa bayangkan tuk dapatkan yang lebih dari yang dienyam saat ini. Tapi adanya kesempatan dan rayuan pasangan agar terus mengejar jenjang karier membuat mata hati lupa akan apa yang akan terjadi esok bila semuanya sudah ada didepan mata.

Seorang perempuan seharusnya bekerja hanya untuk membantu kebutuhan keluarga dari apa yang didapat suaminya. Lain dari seorang laki-laki yang bertanggung jawab penuh pada kebutuhan keluarganya lahir dan bathin.

Bila seorang perempuan yang jelas-jelas sudah mendapat izin dan restu suaminya untuk bekerja membantu suami dalam menanggulangi kebutuhan keluarga, tetap saja kita harus ingat kodrat yang ada yaitu harus selalu ada dekat dalam rengkuhan pasangannya. Itu sebabnya mengapa pemerintah mempermudah proses penempatan untuk seorang perempuan yang bisa ikut dengan suaminya, tapi sangat sulit untuk fihak suami yang ingin ikut istri mutasi.

Sebuah dilema yang ada di depan mata rakyat peradilan agama saat ini adalah dimana suami dan istri sama-sama warga peradilan agama, bahkan tak jarang suami istri sama-sama seorang hakim. Pasti permasalahan akan banyak yang ditimbulkan dari keadaan ini, yang pasti untuk suami istri yang sama-sama hakim atau warga pengadilan agama tidak boleh bekerja dalam satu pengadilan agama.

Dapur memang akan tetap berasap meski suami tidak tinggal satu rumah, karena istri yang memang jelas-jelas adalah seorang ibu dari anak-anaknya akan tetap menjerangkan nasi di atas tungku untuk buah hatinya. Jadi perannya sebagi ibu rumah tangga tetap terlaksana dengan penuh tanggung jawab meski peluh masih penuh di kening dan lelah mendera tubuhnya.

Tapi bagi seorang suami yang terpisah dari istri dan anak-anaknya tidak akan mungkin memaksakan menanak nasi ketika peluh masih mengalir dan penat menusuk setiap ototnya. Bagi seorang laki-laki akan mencoba mengambil cara termudah dan dianggap lebih efisien yaitu dengan membeli matang makanan pengisi perut ketika terasa lapar, atau sebelum sampai di rumah menyempatkan untuk singgah disebuah rumah makan sehingga ketika tiba di rumah bisa langsung meluruskan kaki untuk hilangkan rasa lelah.

Bila kita jujur pada kenyataan tentang permasalahan yang ada saat ini untuk warga peradilan di seluruh Indonesia bukanlah tentang banyaknya penyelewengan keuangan perkara, keuangan kegiatan atau permasalahan perkantoran dan administrasi lainnya. Tapi coba kita lebih cermat membaca dan menedengarkan cerita tentang seputar permasalahan yang ada di peradilan agama adalah tentang penyelewengan aparat kita dari pasangannya.

Ketika kita cari permasalahannya adalah begitu sulitnya pasangan pegawai pengadilan agama dalam mencari tempat tugas yang tidak berjauhan satu sama lain, sehingga komunikasi fisik lebih bisa mudah tercapai. Seperti yang kita ketahui pada umumnya perempuan lebih kuat dan jarang mengalami “sakit kepala”, sedangkan untuk kaum laki-laki namanya “sakit kepala” minimal 1 kali dalam satu minggu pasti penyakit itu akan menyerang dan agak susah dibendung dan diobati terkecuali segera menyalurkannya.

Hal seperti sakit kepala dan tidak dapatnya mencari pengobatan yang tepat untuk para laki-laki yang terserang awalnya mungkin belum menjadi masalah besar, apa lagi iman yang ada begitu baik terasah. Cara yang paling jitu adalah dengan mencoba untuk bisa sisihkan sebagian pendapatan untuk dapat berobat ke pangkuan ibu pertiwi sekali atau dua kali sebulan.

Tapi ketika kebutuhan terasa semakin berat dengan dua buah dapur yang harus berasap bahkan terkadang tiga tungku harus tetap menyala, pengeluaran yang direncanakan untuk bisa mengunjungi isteri dan keluarga bisa jadi terasa sangat memberatkan. Tumpukan perasaan dari berbagai masalah dari mulai masalah kantor dan masalah makanan beli yang terasa menjemukan akan menjadikan gunung api yang siap meletus dan harus dicarikan solusi yang tepat agar tumpahan lava tidak merusak yang lain.

Seandainya terapi yang dilaksanakan memang telah difikirkan matang-matang pasti yang diputuskan adalah jalan yang benar. Tapi ketika yang terbersit adalah jalan yang asal melaju dan lancar karena lebih banyak jalan menurun sehingga terasa mudah tapi semua itu sebenarnya salah bahkan sangat fatal.
Mencari solusi dengan mencari pasangan baru tanpa setahu orang yang sedang menunggu dengan penuh harap dan doa sungguh suatu perbuatan yang sangat menyiksa jiwa istri tercinta juga buah hati yang tidak tau apa-apa.

Puaskah ketika dapatkan perempuan yang hanya bisa temani ketika malam tapi hati penuh gemuruh rasa tak tenang, karena takut orang lain tau dan melaporkan simpanan kekantor tempat kita mencari nafkah? Kegelisahan akan segera terpancar pada setiap gerak dalam jalani tugas. Kegelisahan juga pasti tergambar pada setiap kepulangan kerumah. Ketenangan tak ada lagi, kecurigaan demi kecurigaan istri akan jadi bumerang pada karier yang telah dibangun dengan meniti anak tangga demi anak tangga.

Ketika semuanya pecah yang pasti semua hancur sudah. Istri tercinta tak lagi punya cinta, anak tersayang pasti tak lagi punya sayang dan rasa hormat kepada ayahnya. Kepercayaan kantor yang dibangun dengan peluh dan segenap fikiran tak lagi menaruh simpati. Semua akan membuang muka dan mencibir bahwa kau tak pantas jadi panutan yang coba putuskan perkara orang.

Inilah karier yang dikejar selama ini dengan penuh pengorbanan ternyata kini tidak punya arti lagi. Harta yang kemarin dicoba untuk dikumpul agar menjadikan keluarga bahagia karena merasakan kecukupan, kini hancur berkeping harus dibagi sebagi harta gono gini karena istri minta segera dicerai dan tidak tahan lagi.

Peradilan agama yang punya nama harum karena begitu banyaknya kelebihan dalam inofasi-inofasinya memajukan lembaga,  ternyata juga punya kelebihan dalam masalah kesetiaan dengan pasangan hanya karena penempatan tugas yang memungkinkan pasangan tidak dapat sering bertemu fisik sehingga mencari pasangan baru yang mudah dikunjungi.

Peradilan agama sekarang harus bisa lebih jeli dalam hal promosi-mutasi dimana untuk para hakim atau pejabat struktural lainnya yang keduanya adalah PNS untuk bisa dimungkinkan mendapatkan keistimewaan dalam hal penempatan yang tidak begitu berjauahan, yang bisa bisa ditempuh dalam waktu tertentu sehingga minimal sekali minggu bisa berkumpul.

Diharapkan dengan penempatan yang diatur untuk bisa mendekatkan pasangan akan mengurangi permasalahan yang ada, terutama masalah pegawai kawin lagi atau hancurnya rumah tangga pegawai peradilan agama. Karena pada dasarnya suami isteri harus selalu berdekatan agar dapat saling berbagi cerita, berbagi suka dan duka, juga untuk menghindari permasalahan tersebut.

Semoga dengan banyaknya permasalahan yang semakin menjadi sorotan untuk pegawai peradilan agama yang melakukan kesalahan karena mempunyai simpanan, kawin lagi atau cerai karena adanya perselingkuhan maka Direktorat Tenaga Teknis akan semakin arif dan bijaksana dalam mengatur hal promosi dan mutasi untuk aparatnya. Kesalahan yang ada memang bukan hanya karena penempatan yang tidak sesuai tapi bisa saja memang karena faktor oknum yang bersangkutan, tapi setidaknya upaya sekecil apapun pasti ada manfaatnya.


Meraih mimpi kadang bagai fatamorgana di siang hari
Dahaga yang mencekik membuat mata tak berkedip
Di depan mata padang tandus, yang terlihat sungai dingin dan bening
Berharap bisa lepaskan dahaga malah membuat sakit dada
Istri tercinta yang dulu selalu temani dengan setia dalam segala suka dan duka
Kini bagai tak ingin mendekat karena hatinya penuh luka
Mimpi yang dulu juga pernah dirajut berdua kini bagai tak punya sisa
Semuanya rusak dan binasa hanya karena tak mampu kuredam rasa sepi yang menyiksa
Sesal yang ada kini tak lagi mampu merubah kehancuran yang ada
Yang aku tau, kini tinggal sendiri kumpulkan sisa puing tuk aku bangun kembali
Meski aku tau susah tuk bisa berdiri kembali karena semua orang sudah tidak percaya lagi.

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice