Mungkin Kita Lupa Sedia Payung Sebelum Hujan
Oleh : Hj. Chrisnayeti, SH
(Kasi Evaluasi dan Pengendalian pada Subdit Syariah Direktorat Pranata dan Tatalaksana Perkara Perdata Agama Ditjen Badilag)
Rasanya tidak seperti hari-hari kemarin. Keceriaan dan semangat yang selalu hadir untuk bisa melahirkan karya-karya indah, kini terasa berbeda. Yang ada dan terasa adalah hening dan suram. Greget yang selalu bisa ditunjukan pada semua seperti sirna.
Perjalanan waktu yang selalu penuh kehangatan dalam mewujudkan karya, belakangan ini jadi seperti beku. Semua memang tetap berjalan, tetapi seperti hidup segan matipun tak mau. Semangat yang dulu seperti ingin ditunjukan kepada lapisan lain seperti tidak lagi terasa bahkan mungkin memang tidak lagi ada. Semua berjalan hanya pada kakinya sendiri dan untuk kepentingan dirinya sendiri.
Bila kita mau melihat ke belakang, begitu banyak keberhasilan yang lahir dari pimpinan kita. Karena gebrakannya yang selalu membangkitkan semangat orang-orang yang kadang masih diam menunggu atau masih bermimpi dalam tidur. Tapi jujur itu memang membawa manfaat untuk kita bisa berkarya, terlepas dari suka tau tidak.
Tapi kita juga harus jujur mengakui kemarin sepertinya ada yang terlupa. Dari semua keberhasilan yang ada, kita mungkin lupa untuk menyediakan payung bila hujan tiba. Barangkali kita lupa mempersiapkan generasi yang harus disiapkan sebagi pengganti untuk jadi penggerak bila semua usai.
Mendengar bisikan angin yang membawa berita segar bahwa insya Allah dalam waktu dekat ini akan ada pengganti yang akan dilantik menjadi orang nomor satu di Badilag, hati ini menjadi sedikit terobati dan berbunga, terlepas siapapun orangnya. Mendapat pimpinan yang bijak, kebapaan serta penuh semangat, merupakan dambaan.
Berharap banyak itu sangat manusiawi, tapi ada satu harapan yang begitu ingin dititipkan pada pimpinan yang nanti menjadi pengganti, agar pada setiap kebijakan yang nanti lahir pada perjalanan waktu selalu ada generasi yang dipersiapkan untuk bisa melanjutkan biduk agar bisa tetap berlayar. Jadi meski nanti perahu tak bernahkoda masih tetap bisa berlayar untuk lanjutkan perjalanan. Dan yang pasti bukan generasi yang ingin berjalan sendiri dan mementingkan dirinya sendiri.
Hari esok masih panjang membentang, meski kita tidak tahu apa kita masih berjalan pada bentangannya untuk bisa mengisinya agar punya beribu makna. Tapi berjuta harapan yang tidak pernah sirna, begitu berharap agar kita tetap jaya dan tetap punya makna di hadapan warga peradilan lainnya.
Apakah harapan itu akan terwujud? Waktu jualah yang akan menjawabnya.