INTEGRITAS
Oleh: Irsyadi, M.Ag
( Wakil Sekretaris PTA Palembang )
Ma’iyatullah memberikan makna Allah selalu menyertai dan bersama makhlukNya dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga, ini adalah pengawasan yang efektif untuk menjaga kontiniutas amal dan integritas imannya. Keyakinan ini akan menjauhkan seseorang dari praktek kotor dalam seluruh aspek kehidupan. Dikala ia berada pada posisi kebijakan dan kewenangan yang di waktu itu ia bisa saja megumpulkan pundi-pundi dan menjanjikan kepada orang sebuah nilai besar dengan barter jasa yang mesti diperhitungkan dengan uang tapi ia tetap tegar dan istiqamah.
Inilah mungkin zuk nya rakernas MARI di Ancol dulu tahun 2008 di Ancol ( kebetulan saya ikut sebagai peserta, karna di waktu itu menjadi Panitera/Sekretaris PA. Lubuk Basung ), dengan salah satu membawa motto” “The changes just be done by the profesional one, and will be done by the brave one, and must be won by the sincere one” bahwa Perubahan hanya bisa dilaksanakaan oleh orang-orang yang profeional dan dilakukan oleh orang orang yang berani dan dimenangkan oleh orang orang yang tulus.
Disamping itu, walaupun dihadapkan pada nilai libido manusiawi bahwa kata nabi” inna al mala huduru al ‘uyun” ( sesungguhnya kemilau harta itu membuat bola mata anda terbelalak). Kondisi demikianpun tidak bisa menggoyahkan integritasnya karena ia tahu bahwa tidak ada satupun dan sekecil serta sehalus apapun tersuruknya sesuatu itu Allah pasti tahu. Allah berfirrman dalam QS. Al-an’am : 9 yang artinya
“Dan pada sisi Allah-lah kunci kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia Allah sendiri, dan dia mengetahui apa yang didaratan dan dilautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata ( lauh Mahfudz)”
Disamping itu, sekecil apapun sesuatu perbuatan tidak ada yang tak di beri balasan oleh Allah. Sebagaiman firman Nya QS Lukman 31:16 yang artinya
( Lukman berkata) “Wahai anakku ! Sungguh, jika ada ( sesuatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau dilangit atau di bumi, niscaya Allah akan memberrinya ( balasan ). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Teliti.”
Ma’iyatullah melahirkan perasaan selalu dimonitor Allah dimanapun dia beradaia yakin Allah besertanya dan selalu ada disetiap aktifitinya baik ada orang yang melihat ataupun dalam kondisi sendirian. Inilah integritas yang sempurna.
Ada beberapa kisah yang bisa kita jadikan edukasi sebuah integritas :
Pertama: Suatu ketika Umar bin Khattab bertemu dengan seorang Pemuda yang sedang menggembalakan ratusan kambing tuannya, maka terjaddilah dialog antara Umar dengan Pemuda itu “wahai anak muda maukah engkau menjual kambingmu kepadaku?”Jangan tuan ini bukan kambingku..Aku hanya seorang pengembala. Kata Umar jual sajalah kambingmu ini..dan katakan kemajikanmu kalau kambing itu dimakan srigala, engkau dapat uang dariku aman. Sang pemuda menjawab” Bila tuan ingin kambingku ini silahkan temui majaikan saya dan beli padanya, seandainya saya berdusta pasti dia percaya pada saya tapi “ainallah..dimana Allah”. Jawaban tersebut membuat Umar terharu bahwa ternyata dizaman kekuasaannya masih ada yang punya integritas tinggi artinya melekatnya jiwa ma’iyatullah. Setelah itu Umar bin Khattab menemui majikan pemuda tersebut dan mengatakan kepada majikannya bahwa Pemuda pengembala tersebut saya merdekakan sayaa tebusi ke engkau dengan nilai kalimat “ainallah”
Kedua: Suatu malam Umar bin Khattab pergi keliling kampungdisuatu rumah Umar mendengar perrcakapan seorang putri dengan ibunya; Nak kita campur aja susu ini ( dengan air ) biar kita mendapat keuntungan yang banyak.”Sang putri menjawab,”jangan ibu, nanti khalifah tahu bagaimana?”Sang ibu menjawab,”mana ada khalifah berkeliaran tengah malam ini, enaklah dia istirahat di istananya.”Sang anak menjawab; Wahai ibu, mungkin saja khalifah Umar tidak tahu apa yang kita laakukan tapi bagaimana Allah?bagaimana Allah ? bukankah Dia juga tahu apa yang kita lakukan?” mendengar percakapan sang ibu dengan anak itu Umar tidak kuasa, langsung dia pulang. Pagi harinya dia utus seseorang untuk menjeput putri itu lalu dinikahkan dengan anaknya yang bernama ASLAM. Dari penikahan inilah lahir generasi terbaik pada abadnya, yaitu Umar bin Abdul aziz yang kelak jadi khalifah juga.
Ketiga; Didikisahkan juga dimalam yang lain Umar bin Khattab, dalam perjalanannya di malam hari dia mendenganr seorang ibu sedang membaca sebuah sajak”puisi” yang menggambarkan kerinduannya tehadap suami yang sudah empat bulan meninggalkannya untuk berjihad, sajaknya berbunyi,” Malam lama berlalu, gelap semakin pekat, aku masih terjaga tak ada kekasih yang mencumbu, demi Allah andaikata tak ada Allah yang ditakuti siksaNya, niscaya ranjang ini akan bergoyang,”
Keempat: suatu ketika Imam Syafiiy memerintahkan kepada muridnya untuk membawa sebilah pisau dan seekor ayam, mereka beranggapan akan ada penilaian tentang praktek penyemblihan hewan, setelah berkumpul semua muridnya dengan perlengkapan tadi, diperintahkanlah menyemblih hewan ditempat yang tidak bisa dilihat siapapun. Semua murid melakukan penyemblihan tersebut ditempat yang mereka yakini tidak ada yang meihat. Tapi ada seorang murid yang tidak melaaksanakan sebagaimana yang dikerjakan oleh teman-temannya sehingga untuk menyembelih ia ditanya oleh Imam syaafi’i, dengan nada optimis ia menjawab,”ketika tuan guru memeerintahkaan saya untuk menyembelih hewan ni ditempat yang tidak dilihat oleh siapapun, maka saya pergi kesebuah rumah, goa, semak-semak belukar dan kedalam hutan, tapi tak saanggup saya melakukannya karena dimanaa saja saya mau melakukannya, maka disana pula Allah ada menyaksikan sehingga gagal saya untuk menyembeelih hewan ini. Mohon maaf tuan guru.” Justru anak inilah yang mendapat pujian dan dinyatakan lulus karena rasa ma’iyahnya yang cukup dalam.
Bila karakter integritas ini mendarah gading pada diri seseorang maka ia akan menjadi filter yang menolak segala bentuk kecurangan, baik korupsi , KKN dan menyalahgunakan wewenang juga terhindar dari segala bentuk kemaksiatan yang sering disebut PIL dan WIL. Tidak menjadi hayalan tapi bila ini betul-betul dipegang BADILAG, tidak mustahil ia akan menjadi barometer empat peradilaan dibawah MARI baik propesionalismenya, integritasnya dan ketulusannya. SMOGA.