logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on . Dilihat: 2498

HIDUPKANLAH KEADILAN JANGAN CARI HIDUP DARI PENGADILAN

(Refleksi atas etos kerja dan motivasi Pegawai Peradilan)

Oleh : Hidayat, S.H.I, S.H

(Jurusita Pengganti Pengadilan Agama Putussibau)

“…Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.”( QS 62: 10)

Sudah menjadi hukum alam dan kodrat manusia bahwa hidup ini tidak terpisahkan dari yang namanya bekerja dan keinginan akan kesejahteraan, hal ini tergambar dari kesibukan dan rotasi aktifitas manusia yang padat dkarenakan semua elemen kehidupan bergerak sehingga untuk daerah perkotaan muncul istilah kota tidak pernah mati atau istilah yang menggambarkan kota dengan kesibukannya yang luar biasa. Bekerja merupakan konsekuensi manusia yang berkinginan sukses dan sejahtera baik dunia maupun akhirat, makanya bekerja memiliki peran nilai yang tinggi di sisi Allah SWT karena kemuliaan seorang manusia itu tergantung dari apa yang dilakukannya.

Islam sendiri memberikan definisi yang sangat akurat antara hubungan manusia dan bekerja, bekerja adalah suatu sistim pola hidup manusia yang menggabungkan segala bentuk amalan (pekerjaan) yang memiliki unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri pribadi, keluarga dan masyarakat serta Negara, dengan kata lain orang yang bekerja adalah mereka yang menyumbangkan segala bentuk pikiran, tenaga serta jiwa dan raganya dalam sebuah keikhlasan sehingga tidak akan merugikan pihak lain. Oleh karenanya kategori penghuni surga seperti yang dijanjikan Allah SWT bukan mereka yang menjadi pejabat tinggi dengan segala fasilitasnya, melainkan mereka yang mampu bertaqwa serta amanah dalam mengemban tanggung jawab sosial. Sebagamana Islam memberikan dasar hukumnya yang jelas dalam Al-qur’an Surah At-taubah ayat 105 “Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNYA serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghoib dan yang nyata, lalu diberitakanNYA kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.

Tanggungjawab sosial dalam definisinya bukanlah sebuah istilah yang hanya dapat dijelaskan untuk kehidupan masyarakat saja melainkan masuk juga dalam tatanan kehidupan keluarga yang kita miliki, sehingga wajar saja Islam menekankan kepada kita untuk selalu berhati-hati dalam memberikan rejeki kepada  anak dan isteri kita. Jika bekerja saja sudah sebegitu detilnya dijelaskan dalam islam, sehingga wajar saja antara bekerja dan ibadah bagaikan dua sisi yang saling berkaitan, kaitan yang dimaksud adalah nilai yang terkandung dalam hubungan antara manusia dan Rabb nya (hablumminallah) dan hubungan manusia dan alam sosialnya (hablumminannas), disinilah letak nilai bekerja selalu berada diantaranya, karena semua aktifitas yang selalu diawali dengan bismillah (nama rabb nya yang maha agung), rakhman dan rakhim (maha kasih dan maha penyayang) memiliki nilai ibadah yang tinggi dan mengundang rahmatNYA. Bahkan dalam lingkup yang besar atau yang lebih dikenal dengan alam semesta digambarkan semua elemen bekerja dalam fitrahnya, hal ini pernah dijelaskan oleh seorang ulama dan juga ilmuan iran bahwa 10% dari ayat-ayat Al-Quran Semua berpusat pada ketundukan, tasbih dan sujud jagad raya pada Tuhannya Salah satu di antaranya, “Bertasbihlah kepada Allah semua yang ada di langit dan di bumi, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(QS 61:1)

Ketika bekerja sudah menjadi sisi yang sangat penting dalam hidup manusia maka sudah seharusnya bekerja itu sendiri kita reflaksikan agar memiliki nilai ibadah, hal ini ysng ingin di ungkapkan oleh seorang penyair terkenal Kahlil Gibran dalam “Sang Nabi”mendeskripsikan kerja  dalam syairnya yang indah

Kau bekerja, supaya langkahmu seiring irama bumi
Serta perjalanan roh jagad ini
Berpangku tangan menjadikanmu orang asing bagi musim,
Serta keluar dari kehidupan itu sendiri
Yang menderap perkasa, megah dalam ketaatannya
Menuju keabadian masa

Dengan bekerja sebagai motivasi yang bernilai ibadah memberikan kita dorongan ketika bekerja untuk mengeluarkan segala kemampuan kita yang terbaik bukan seadanya itulah yang dikenal dengan ihsan (berbuat baik) dan itqan (produk yang baik) pula. Niat juga memiliki peran yang tidak kalah pentingnya pula, ketika seseorang bekerja hanya karena imingan naik jabatan dan limpahan bonus materi yang banyak maka produk yang dihasilkan akan jauh dari baik (ihsan) karena mereka bekerja selalu berdasarkan alasan materi sehingga wajar saja jarang kita temukan di Negara ini sebuah aktifitas kecil yang dapat menghasilkan karya yang besar. Jika sudah seperti ini mungkin saja imbas sekulerisme sudah menjadi darah daging yang sulit untuk terpisahkan dalam kehidupan manusia. Padahal sistim bekerja yang ideal memiliki unsur ibadah yang memiliki nilai sosial pula.

Sedikit mengutip motto sebuah lembaga kemasyarakatan Muhammadiyah :“hidup-hidupilah Muhammadiyah tapi jangan mencari hidup dari Muhammadiyah” maka saya ingin mengadopsinya dalam konteks kelembagaan kita lembaga Peradilan “HIDUP-HIDUPILAH KEADILAN TETAPI JANGAN MENCARI HIDUP DARI PENGADILAN”. Lembaga peradilan adalah lembaga yang independen dan sangat terkait erat dan berdampingan dengan kehidupan masyarakat pencari keadilan dimana di lembaga inilah tempat pelampiasan setiap individu di Negeri ini mendapatkan status penyetaraan yang sama di mata hukum. Jika sudah sebegini pentingnya lembaga ini maka sudah selayaknya kita yang bekerja dilembaga ini dapat merefleksikan ibadah dalam menegakan keadilan mulai dari pejabat fungsional dan strukturalnya, semua bekerja dengan kemampuan dan keikhlasan yang terbaik, jika menjadi Hakim maka menjadilah hakim yang terbaik, jika menjadi pegawai maka jadilah pegawai yang jujur dan etos kerja yang tinggi. Sebagaimana yang penuliskan ungkapkan diatas bahwa budaya sekulerisme dalam bekerja sudah menodai kita hal ini dapat dilihat dari budaya kerja kita yang masih minim, mau bekerja dengan semangat jika mendapatkan bonus materi, padahal nilai materi sudah kita dapatkan jika kita mampu memahami filosofis “bekerja dan imbalan” yang kita dapatkan bahwa sudah pasti setiap orang yang berjalan dimuka bumi ini jika mau bekerja dengan rajin dan bersemangat serta bernilai ibadah pasti akan mendapatkan imbalan berupa kemurahan rejeki dan bernilai pahala, namun jika etos kerja kita selalu berlandaskan imbalan dan bonus (riya dalam kerja) maka yang didapat hanyalah materi dan dunia bahkan kinerja terkesan asal bos senang.

Lembaga peradilan bukan suatu wadah untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya sebagaimana lembaga swasta, namun selama ini ada sebagian yang berasumsi sedemikian. Untuk dapat menegak sebuah nilai keadilan dan kebijaksaan dalam lembaga peradilan harus menegakan beberapa faktor, diantaranya:

Kedisiplinan, Semua orang besar yang pernah menikmati suksesnya sekarang pasti selalu ditempa dengan kerasnya dunia kerja, kunci utamanya adalah disiplin. Begitu pula dengan lembaga peradilan, dalam meningkatkan upaya pelayanan kepada pencari keadilan, disiplin sudah menjadi harga mati yang tidak dapat ditoleransi. Pelayanan adalah sebuah istilah bahwa semua elemen peradilan mampu semaksimal mungkin melayani dengan sebaik-baiknya terhadap mereka yang mencari keadilan, dalam hal ini pelayanan sangat terkait dengan aktifitas kerja mulai dari kehadiran dan pulangnya pegawai yang tepat waktu.

Konsisten Dalam Kebijakan, lemahnya sebuah lembaga peradilan tentu karena pegawainya lemah juga  dalam tataran idealisme, padahal setiap kebijakan tanpa didukung konsistensi yang kuat maka hanya akan menjadi wacana positif sesaat, bagaimana mungkin lembaga peradilan yang mempunyai beban kerja yang begitu berat dapat berjalan tanpa didukung konsisten pegawainya. Bahkan konsisten ini yang menjadi faktor penentu berhasil atau tidak program kerja yang dibuat, untuk itulah idealisme pegawai sangat berperan penting terhadap penilaian motivasi kerja pegawai yang bersangkutan.

Kerja sama, dalam memecahkan permasalahan suatu pekerjaan tentu memerlukan tim yang bekerja secara bersama dalam rangka bertukar pikiran, untuk itu kesediaan antara atasan dan pegawai dalam berkomunikasi sangat penting. Keharmonisan tentu menjadi hal sangat penting agar kerja sama ini dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, atasan yang memperlakukan pegawainya dengan manusiawi dan segala hormatnya dan demikian pula pegawai terjadap atasanya, saling memberi dan menerima masukan yang positif tentu akan meningkatkan semangat kerja sama yang baik pula.

Banyak hal yang mampu mempengaruhi besarnya nama sebuah lembaga peradilan, tentunya itu dapat kita temukan dengan bertanya kepada pribadi masing-masing, tulisan ini hanya sebagai motivasi kecil bahwa bekerja dilembaga peradilan dengan semua fasilitasnya tentu akan menimbulkan banyak kesenangan namun jika motivasi itu hanya karena ingin mengeruk sebanyak-banyaknya materi tentu kesenangan yang kita rasakan akan menjadi pertanggungjawaban yang besar dihadapan Allah SWT, semoga kita mampu menjadi sosok yang terhindar dari yang sedemikian.

 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice