Bayi di Makassar Itu Bernama Wahyu Widiana
(oleh Asep Nursobah, Hakim Yustisial MARI)
Sudah sejak lama yang berniat membagi tulisan ini, namun ketidakmampuan saya mengelola waktu tulisan ini baru bisa dimuat sekarang. Menyesal sekali salah seorang tokoh yang dikisahkan dalam tulisan ini sudah menghadap Sang Kholik. Ia adalah Ilham, hakim PA Kolaka. Sebelumnya Almarhum Ilham adalah PNS/Cakim di PTA Makassar.
Kisah ini bermula di hari pertama pendidikan Calon Hakim Angkatan III di Pusdiklat Pertanian Ciawi, Bogor. Ketika itu Ciawi masih gelap. Baru saja peserta diklat selesai berjamaah subuh. Kamar saya berdampingan dengan kamar Almarhum Ilham. Perhatian saya pagi itu tertuju pada pembicaraan ALm. Ilham lewat ponselnya yang menyebut-nyebut Wahyu Widiana. Semula saya menduga, Almarhum sedang berbincang dengan temannya di Makassar dan isi pembicaraannya menyangkut Dirjen Badilag, Wahyu Widiana. Namun ada yang tidak wajar dalam perbincangan tersebut. Pertama, Almarhum Ilham tidak menggunakan sapaan Bapak atau Pak terhadap Wahyu Widiana sebagaimana kita biasa menyebutnya. Ia langsung menyebut Wahyu Widiana, bukan Pak Wahyu Widiana. Kedua, Almarhum menyapa Wahyu Widiana dengan nada sapaan yang manja. “Hallo Wahyu Widiana..sedang apa disana?, sudah makan belum?”, kurang lebih seperti itu Almarhum menyapa sosok “Wahyu Widiana” yang ada diujung telpon sana.
Karena penasaran, saya pun keluar kamar. Di luar terlihat Alm. Ilham sedang menelpon. Dari ekspresinya, Almarhum sedang bercengkrama dengan orang yang sangat dekat. Dari pembicaraannya saya menduga bahwa Ilham sedang berbicara dengan Istrinya di Makassar. Lalu siapa Wahyu Widiana yang ada di pembicaraannya tadi?. Saya benar-benar penasaran.
Almarhum Ilham sepertinya membaca isi kepala saya. Mungkin karena saya orang Badilag jadi akan tertarik ketika mendengar pembicaraan “Wahyu Widiana”. Akhirnya ia membuka tabir “misteri” tersebut. Ia berkata , “Wahyu Widiana itu nama anak saya”.
Kata-kata Alm. Ilham mulai menjawab dua keganjilan saya tadi. “Pantesan Wahyu Widiana tidak dipanggil Bapak karena memang anaknya, dan pantesan juga dia memanggil dengan manja, karena ia masih balita”, demikian hati saya berkata.
Almarhum Ilham meneruskan cerita kenapa anaknya dinamai Wahyu Widiana. Menurutnya, anak tersebut lahir pada saat Badilag.net mengumumkan kelulusan akhir calon hakim peradilan agama. Karena ada dua momentum yang membahagiakan, yaitu kelulusan dirinya menjadi calon hakim dan kelahiran anaknya. Maka Alm. Ilham memberikan nama buah hatinya dengan nama Wahyu Widiana. Ia pun berharap, anaknya nanti bisa sesukses dan se-sholeh Pak Wahyu Widiana.
Alm. Ilham tidak berada dekat dengan Pak Wahyu di Jakarta. Tapi di Makassar yang jauh dari kantor Dirjen Badilag. Namun Ia dapat merasakan kepemimpinan dan kewibawaan Pak Dirjen. Sehingga bagi Alm. Ilham, memberi nama anaknya dengan Wahyu Widiana, merepresentasikan harapan seorang ayah terhadap sang bayi.
Setahun berikutnya, ketika Ditjen Badilag menyelenggarakan kegiatan orientasi bagi pengelola website tingkat nasional di Makassar. Saya bertemu dengan Alm. Ilham di Makassar. Oleh Almarhum, saya bersama-sama dengan tim redaksi badilag.net diajak ke rumahnya. Kalau tidak salah, kami ke rumahnya sekitar jam 11-an (malam hari), sesudah selesai acara.
Ternyata Alm. Ilham adalah tokoh agama di kampungnya. Orang-orang yang dijumpai terlihat sangat menaruh hormat pada Ilham. Kami diajak ke ruangan tamu. Hal yang pertama kali ditunjukan almarhum kepada saya adalah sebuah foto yang berada di dinding. " Pak Asep tuh..foto Wahyu Widiana”, kata Ilham. Saya tersenyum tetapi temen-temen saya bingung, persis seperti kebingungan yang saya alami di Ciawi dulu. Akhirnya, Alm. Ilham sedikit bercerita tentang sejarah penamaan anaknya. Dan teman-taman redaksi badilag.net pun tertawa. Sayang sekali ketika itu, karena kami bertamu sudah larut malam “Wahyu Widiana" tidak bisa menemui kami.
Almarhum Ilham menamakan nama anaknya Wahyu Widiana, bukan karena ia kehabisan stok nama. Ilham pasti punya alasan dan harapan dengan nama tersebut. Bagi orang tua manapun, memberi nama adalah melekatkan doa bagi anak tersebut. Pak Wahyu Widiana telah menunjukkan sebuah kerja keras, semangat, kejujuran, kedisiplinan, kesahajaan, kecintaan, bagi kehormatan peradilan agama. Almarhum Ilham ingin mewujudkan sifat-sifat baik itu mewujud bagi anaknya kelak. Amiin.