Badilag.net Award : “Pahlawan Tanpa Tanda Bintang”
(Sebuah Catatan Atas Penilaian Tim Redaksi badilag.net)
(Bagian Keempat - Terakhir)*
Oleh: Rusliansyah Ibrahim
(Ketua PA Nunukan)
Hidup netizen di dunia maya
Berita artikel jadi karyanya
Mencari hidup di peradilan agama
Hidupkan badilag.net tugas kita semua
(Renafasya)
.
Mengomentari berita yang dibaca dengan komentar yang santun-konstruktif berupa saran, pendapat, atau bahkan kritikan sekalipun, sebenarnya punya pengaruh positif bagi pribadi atau satker yang dikomentari, walaupun sangat kecil dan sulit diukur tingkat pengaruhnya.
Hal ini bergantung kepada ‘kecerdasan’ bagaimana me-manage komentar, ‘frontal’ sekalipun, menjadi sesuatu yang indah dan berguna. Masih ingatkah bagaimana ‘pemulung’ penggiat lingkungan dapat mendaur-ulang sampah-sampah yang kotor dan menjijikkan itu menjadi sebuah lukisan yang indah, dompet dan tas yang menarik, dan sebagainya, yang bernilai ekonomis di pasaran.
Bisa dilihat ketika penulis mengomentari berita di “Seputar Ditjen” berjudul “Bertemu Jokowi, Ketua PTA Jakarta Bahas Enam Hal Penting” yang di-publish badilag.net, 7 Januari 2013, dengan isi komentar sebagai berikut: “Sebagaimana Pak Jokowi yang lagi berbenah dengan keadaan dan permasalahan Jakarta yang rutin seperti macet, banjir, kumuh, miskin dan banyak kriminalitas, maka PTA Jakarta pun coba berbenah dengan 'berguru' dan sowan ke orang nomor 1 Jakarta. Maka diharapkan ke depan PTA Jakarta dan PA-PA di Jakarta pun dapat bangkit dari ‘tidur panjang' selama ini, dengan meraih prestasi tingkat nasional dan prestise sebagai ikon PA ibukota yang dekat dengan pusat kekuasaan dan sumber perubahan. Semoga silaturahim ini membawa berkah!!!”
Bagi pribadi orang atau satker lain yang tidak dikomentari, tentu isi komentar itu tidak punya kesan; biasa-biasa saja; tidak menarik perhatian sama sekali. Tetapi lain kesannya bagi pribadi orang atau satker yang dikomentari (baca: PTA Jakarta). Baginya sungguh itu merupakan ‘pukulan telak’ yang boleh jadi memanaskan telinga, namun di balik itu mampu menyengat membangunkan alam-bawah-sadar dari keterlenaannya selama ini.
Bagi sebagian orang yang tidak biasa menerima kritikan, tentu akan marah dan membalas komentar itu dengan nada penolakan keras sembari melemparkan sumpah-serapah. Tetapi, alhamdulillah, PTA Jakarta yang ‘dipukul telak’ itu dapat berbesar hati menyadari kekurangannya; dapat me-manage komentar pedas itu menjadi “sambal lezat” penambah nikmat rasa makanan.
“Sambah lezat” itu datang beberapa hari kemudian berupa SMS dari seorang teman di PTA Jakarta, berbunyi lengkap apa adanya sebagai berikut: “Kemaren kami pta jakarta baca postingan di badilag.net oleh pak ketua nunukan heboh, Jkarta baru sadar kalau tertinggal, jd dsna jg jgan mau ktingalan.”
Ada lagi satu menu yang menurut penulis seharusnya masuk dalam penilaian Tim Redaksi badilag.net. Menu inilah sesungguhnya yang menjadi roh, jiwa dan semangat peradilan agama selama ini, yaitu menu “Hikmah Badilag,” yang telah berhasil mempublikasikan 140 artikel dan 20 doa selama kiprahnya di dunia maya.
Namun sangat disayangkan menu “Hikmah Badilag” ini seolah ‘terpojokkan’ dan ‘terpinggirkan’ di template badilag.net; ditempatkan di sebuah desa pedalaman yang jauh terisolir hingga jarang dikunjungi penduduk negeri badilag.net; kalah bersaing dengan hingar-bingar dan gemerlapnya pesona kota metropolitan menu berita dan artikel.
Apabila ada suatu produk barang dagangan jarang atau tidak pernah dilirik konsumen, apatah lagi ditawar oleh pembeli, berarti ada sesuatu yang salah dengan produk tersebut. Boleh jadi kesalahan itu terletak pada pemilihan tempat yang tidak strategis dan kurang memperhatikan kecenderungan konsumen. Karena ditaroh di pojokan atau di pinggiran ruangan yang kurang pencahayaan, maka jangankan untuk dikunjungi dan dipegang, dilirik pembeli pun sangat jarang.
Itulah sebabnya produsen atau pedagang yang jeli membaca kecenderungan konsumen atau pembelinya, tentu akan menempatkan produk barang dagangannya tersebut di bagian depan toko yang mudah dilihat pembeli. Kalau perlu dalam sebuah etalase kaca yang estetik dan artistik dengan pencahayaan yang cukup. Tujuannya hanya satu: agar pembeli tertarik. Kalau sudah tertarik, tentu timbul dorongan kuat dalam dirinya untuk mendekat, melihat, memegang, menawar dan mungkin membelinya.
Tetapi sekali lagi, apabila ia hanya ditempatkan selamanya di pojokan atau di pinggiran ruangan, jadilah ia “barang berharga” yang ‘terpojokkan’ dan ‘terpinggirkan.’ Apatah artinya “barang berharga” yang tidak dapat merebut hati pengunjung calon pembelinya.
Apakah ini bukan suatu pertanda bahwa jiwa dan roh peradilan agama itu sedikit-demi-sedikit sudah mulai ditinggalkan; tergerus oleh derasnya air banjir kehidupan duniawiah yang melanda setiap sudut dan lorong peradilan agama? Apakah jiwa dan roh peradilan agama ini hanya ada di tempat-tempat pengajian, di majelis-majelis ta’lim, di pondok-pondok pesantren, di surau-surau atau di masjid-masjid? Apakah ia tidak bisa disandingkan sejajar dengan sang primadona berita dan artikel yang sedang mesra-mesranya berbulan madu di gedung-gedung indah hotel berbintang?
Sekali lagi, penempatan menu “Hikmah Badilag” yang tidak strategis jauh di ‘pinggiran’ di bawah “Informasi Umum” tersebut menjadikannya kurang dilirik para netizen badilag.net. Mau tidak mau, satu-satunya cara untuk membuat agar menu tersebut sering dikunjungi ‘wisatawan’ netizen badilag.net adalah dengan mendudukkannya sejajar dengan menu-menu papan atas badilag.net selama ini.
Apa yang sudah dilakukan Tim Redaksi dengan melakukan penilainnya atas berita, artikel, suara pembaca, maupun komentar, itu sebenarnya dapat pula dilakukan oleh --paling tidak-- pengadilan tingkat banding terhadap pengadilan-pengadilan tingkat pertama yang ada di daerahnya.
Di samping sebagai reward ‘penghargaan’ pengadilan tingkat banding atas hasil kerja satker-satker di daerahnya dalam hal keterbukaan informasi publik melalui teknologi informasi website, juga dapat menjadi sumber data primer pengadilan tingkat banding untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan dan kesiapan website suatu satker di daerahnya untuk berprestasi di tingkat nasional.
Untuk ini apresiasi patut diberikan kepada Pengadilan Tinggi Agama Banjarmasin, juara pertama website terbaik 2012 versi Ditjen. Badilag., yang telah melakukan terobosan dengan melakukan penilaian untuk reportase berita kiriman dari satker-satker di wilayahnya. Begitu pula PTA Jambi dengan Jurdilaga-nya (Jurnalis Peradilan Agama) yang dibentuk 2012 kemarin yang hasilnya dapat menghidupkan jurnalis-jurnalis muda di wilayahnya sehingga dapat berbicara di tingkat nasional.
Seterusnya ada Pengadilan Tinggi Agama Pekanbaru yang dalam rangka “Peringatan Seperempat Abad PTA Pekanbaru” akhir November 2012 lalu, telah memberikan 4 penghargaan berupa sertifikat penghargaan kepada satker yang berprestasi di wilayahnya; salah satunya adalah penghargaan bidang “Pengelolaan Website Terbaik.” Tidak ketinggalan juga PA Bangko --yang ‘manuvernya’ di Janauri 2013 ini patut diwaspadai oleh 10 besar “Pengirim Berita Terbanyak” 2012-- kabarnya juga akan memberikan reward kepada Jurdilaga-nya atas prestasi yang berhasil ditorehkan PA Bangko baru-baru ini.
Untuk jangka menengah ke depan Ditjen. Badilag, khususnya Tim Redaksi badilag.net dapat melakukan penelitian lapangan yang lebih mendalam dan terukur untuk mengetahui tentang hal-hal sebagai berikut:
- Apakah ada pengaruh keberadaan website badilag.net terhadap kinerja satker-satker di daerah; dan kalau ada seberapa besar pengaruhnya tersebut?
- Seberapa besar pengaruh menu-menu badilag.net, khususnya menu ‘hak prerogatif’ Tim Redaksi seperti menu “Pengumuman,” menu “Seputar Ditjen,” atau pun menu “Pojok Pak Dirjen?” terhadap satker-satker di daerah,
- Seberapa besar pengaruh berita-berita di “Seputar Peradilan Agama” dapat menjadi “sharing-connecting” antarsatker yang menularkan virus positif kreatif-inovatif bagi satker lain?
- Apakah box kecil berisi komentar dari netizen badilag.net mempunyai pengaruh positif bagi satker atau pribadi yang dikomentari, dan kalau ada seberapa besar pengaruhnya?
- Apakah ada korelasi antara rendahnya tingkat keterbacaan artikel dan “Hikmah Badilag” dengan keberadaan forum diskusi keilmuan (hukum) dan suasana pengamalan keagamaan di peradilan agama?
- Apakah website-website yang ada di peradilan agama yang hanya merupakan salah satu supporting aspect (faktor pendukung) itu berpengaruh terhadap peningkatan pelaksanaan tupoksi dan pelayanan publik masing-masing satker, atau malahan sebaliknya?
Dapat diprediksi bahwa tren kenaikan jumlah berita, artikel, suara pembaca maupun komentar ini akan terus terjadi setiap tahunnya. Apalagi dengan adanya laporan hasil penilaian Tim Redaksi yang dirilis selama beberapa hari berturut-turut itu, secara tidak langsung telah menjadi semacam media ajang ‘promosi’ dan ‘iklan’ gratis bagi website “plat-merah” ini dalam memasarkan ‘hasil produksi’ menunya tahun 2013.
Ini tentu saja akan berpengaruh positif menaikkan jumlah kunjungan ‘wisatawan’ badilag.net tahun 2013; memperbanyak jumlah kiriman berita kontribusi dari daerah; mendobrak nilai-nilai yang ada; sekaligus menaikkan harga ranking ‘penjualannya’ dari para netizen badilag.net. tahun depan.
Ditambah lagi kalau Tim Redaksi badilag.net atau pun Dirjen. Badilag. yang baru nanti peka terhadap ‘suara rakyat’ yang bergelora di bawah dari satker-satker di daerah, dan jeli melihat peluang melebarkan sayap ‘bisnisnya’ ke satker-satker tersebut dan kepada para nasabah netizen badilag.net di daerah,
Semua hal di atas itu sesunguhnya menyiratkan kepada kita bahwa kontribusi kiriman berita, artikel, suara pembaca, hatta komentar sepatah-dua-patah-kata sekalipun, dari para netizen badilag.net satker-satker di daerah itu ternyata sangat besar kontribusinya dalam memajukan, menghidupkan dan menumbuhsuburkan badilag.net. Karena itu sangatlah wajar dan adalah sebuah keniscayaan, bahkan menjadi ‘kewajiban moral’ bagi Tim Redaksi untuk memberikan apresiasinya kepada para kontributor dengan melakukan penilaian terhadap 12 kategori tersebut setiap tahunnya.
Ini adalah sebagai bentuk reward ‘penghargaan Tim Redaksi kepada para netizen kontributor badilag.net. di daerah sebagai wujud ungkapan dan ucapan terima kasih telah menghidupsuburkan badilag.net. selama ini.
Dan reward itu tentu akan lebih lengkap dan sempurna lagi apabila ke depan Tim Redaksi badilag.net atau pun Dirjen. Badilag. yang baru nanti, dapat menganugerahkan semacam “Badilag.net Award” kepada para jawara di dunia maya tersebut yang telah berjasa besar menghidup-hidupkan badilag.net.
Memang, para netizen tersebut tidak mengharapkan upah atau balas jasa atas ‘karyanya’ selama ini. Sungguh sangat kecil nilainya apabila ‘karya’ mereka hanya dinilai dengan dan karena mengharapkan selembar kertas penghargaan dan perhatian dari atasan.
Sesungguhnyalah mereka ‘berkarya’ hanya mengharapkan balasan penghargaan (reward) dari “Yang Maha Berkarya.” Mereka telah bekerja keras tanpa pamrih ‘membanting tulang-memeras keringat,’ dengan menjadikannya sebagai “sarapan pagi dan petang” demi menghidup-hidupkan badilag.net kesayangannya. Lalu apakah kita akan tetap terus melakukan ‘pembiaran’ dan senang melihat mereka menjadi “Pahlawan Tanpa Tanda Bintang” selamanya?
Dengan memberikan “Badilag.net Award” kepada para the best ‘pemenang’ penilaian Tim Redaksi, minimal peringkat 3 besar, berupa plakat atau sertifikat, berarti itu adalah sebuah penghargaan sekaligus kepercayaan untuk mereka; untuk peran-serta dan ‘karya’ mereka telah menghidupkan badilag.net.
Ini sekaligus juga dapat menjadi shock-therapy bagi para netizen atau satker-satker lain di daerah yang sedang tertidur lelap untuk bangun-bangkit dari mimpi indahnya selama ini, dan siap tertular virus positif meneladani keberhasilan seseorang atau suatu satker.
Maka dapat dipastikan setiap warga peradilan agama dan satker-satker di daerah akan berlomba-lomba mengikuti dan memeriahkan ‘musabaqah’ pesta tahunan ini, dengan menorehkan sejarah ‘tinta-emas’ mengukir prestasinya dalam kancah pergaulan dan pergulatan dunia maya yang penuh ketidakpastian.
Apabila semua ini sudah berjalan bersinergi dan berkesinambungan mewujudkan tujuan dan cita-cita bersama, maka yakinlah bahwa suatu saat badilag.net, website kebanggaan warga peradilan agama itu, akhirnya dapat ‘membusungkan dada’ dan berhak memproklamirkan diri sebagai website “plat-merah” number one di negeri ini. Semoga! (Habis)
- Artikel ini semula adalah sebuah tulisan utuh-komprehensif. Dengan berbagai alasan dan pertimbangan akhirnya dipecah-pecah menjadi beberapa bagian. Karena itu, agar pemahaman pembaca utuh dan tidak timbul salah persepsi terhadap maksud tulisan ini kiranya dapat membaca bagian tulisan sebelum ini. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini!