Ambisi yang Memabukkan
oleh: Hj. Chrisnayeti, SH
Usia semakin senja dan masa pensiun juga sudah di depan mata, karier yang ada terasa masih belum juga memuaskan dada. Mengabdi rasanya sudah cukup lama dan kursi jabatan yang lebih atas jenjangnya sekarang juga masih belum ada yang menduduki. Wajar bila hayalan dan harapan menari-nari di kepala, ambisi semakin menjadi-jadi hingga tampa sadar kasak kesana kusuk kesini, semua celah coba dijalani dan dimasuki sampai lupa apa diri benar-benar patut untuk isi formasi.
Harapan yang terlalu tinggi kadang membuat lupa diri, bahwa hayal tak semua bisa jadi nyata. Jabatan bukan untuk dikejar, jabatan adalah amanah yang harus ditunjukkan dengan berbagai kemampuan dan ketrampilan, karena terlalu ambisi bisa butakan rasa dan mata.
Mata tak lagi bisa melihat siapa yang ada disekitar dan bahkan mereka lebih punya kemampuan dan pintar, hati juga tak lagi bisa merasakan bahwa diri tak punya banyak kemampuan dan menganggap yang lain tak bisa apa-apa.
Ambisi yang memuncak juga membuat hati nurani tak bekerja, malu juga tidak punya bahkan harga diri dipijak sendiri. Teman sejawat yang jadi rifal dibuli didepan atasan untuk dapat simpatisan. Untuk wujudkan keinginan rela rendahkan diri merayu untuk dapatkan jabatan. Bahkan mempermalukan teman juga jadi menu harian.
Ambisi benar-benar membawa petaka untuk orang yang tidak bisa mengendalikan rasa dan perasaan. Yang seharusnya lebih dulu dikerjakan semua malah dikesampingkan, bila diingatkan merasa yakin akan jadi sesuai dengan harapan. Mensyukuri nikmat sudah tak lagi ada, yang terasa aku belum dapatkan apa-apa dan pasti ada yang akan membantu saya tuk dapatkan apa yang aku minta.
Waktu kerja tinggal sedikit, waktu berkarya hanpir usai. Berkarya mungkin juga bisa tak akan selesai, mengapa tak lagi diisi dengan kerja dan berkarya....tinggalkan kenangan indah buat anak buah bahwa sebagai pimpinan aku pernah buat sesuatu yang bermakna untuk orang banyak. Jangan isi sisa waktu yang tinggal sedikit hanya untuk kejar-kejaran dengan ambisi.
Meski tak dapat jadi hakim tinggi, meski tak jadi dapat jabatan struktural atau tak jadi yang lainnya kenapa kerja kemarin tak dilanjutkan, kerja kemarin belum usai masih harus terus dikerjakan agar semua tau bahwa kita bekerja bukan untuk kejar jabatan tapi karena tanggung jawab dari hak yang sudah kita terima setiap bulan. Dan.....bila memang pimpinan berkenan, kita layak untuk dipertimbangkan bisa naik jabatan atau apa saja yang dianggap pantas, semua pasti akan kita terima dengan nikmat dan bangga. Karena jabatan yang disandarkan dipundak kita didapat bukan dari kasak kusuk dan minta-minta, tapi karena kerja keras dan ketrampilan yang kita punya.