Wakil Ketua PTA Bengkulu Beri Pembinaan Mental
Bengkulu | www.pta-bengkulu.net
Meskipun masjid “Al Mahkamah” belum diresmikan, Kamis (20/2/2013) warga PTA Bengkulu mengikuti acara pembinaan mental yang disampaikan oleh Wakil Ketua PTA Bengkulu Drs. H. Ruslan Harunar Rasyid, S.H., M.H.
Beliau dalam ceramahnya menguraikan sekitar makna kejadian manusia yang memiliki bentuk yang sempurna sebagaimana di dalam al-Quran berbunyi; “Laqad Khalaqnal Insaan Fi Ahsani Taqwim”, yang artinya “Sungguh Aku ciptakan manusia itu dalam keadaan bentuk yang sempurna”.
Beliau mengatakan, bahwa ada tiga alasan manusia dikatakan memiliki bentuk yang sempurna, yaitu ;
1. Secara fungsional, manusia dijadikan khalifah di muka bumi ini. Secara logika dan empiris, tidak mungkin manusia itu diangkat sebagai khalifah di muka bumi, kalau ia tidak memiliki sesuatu yang terbaik pada dirinya.
2. Secara visual manusia itu memiliki komponen panca indera yang paling baik dan sempurna. Oleh karena itu sejelek-jelek wajah manusia di dunia ini, yakinlah bahwa monyet atau orang utang itu jauh lebih jelek. Sebaliknya secantik-cantiknya seekor kucing atau seekor anjing, jauh lebih cantik yang namanya manusia, karena seekor kucing atau seekor anjing tidak jelas mana kakinya dan mana tangannya. Namun kita akui bahwa manusia itu terkadang sama dengan perilaku binatang atau bahkan lebih jelek dan lebih jahat dari binatang. Contoh ; Ada orang yang menghamili anak kandungnya sendiri, itu sama dengan kucing atau anjing. Karena tidak mengenal anak, ibu atau saudara kandung. Semuanya sama saja boleh berhubungan sex. Ada pula orang yang membunuh orang tuanya sendiri, atau membunuh anaknya sendiri, itu lebih jelek dan lebih jahat dari seekor binatang. Bagaimana pun buasnya seekor macan tutul atau seekor singa belum pernah ada yang kedengaran ia membunuh anaknya. Tetapi manusia terjadi seperti itu.
3. Secara struktur fisik, manusia memiliki akal. Akal itu sifatnya abstrak, ia berwujud karena adanya fungsi dan peran antara otak kecil dan otak besar. Itulah sebabnya ketika seseorang kepalanya terbentur di tembok dan jatuh sakit. Orang itu tidak dikatakan geger akal, tetapi ia disebut geger otak. Otak itu wujudnya riil, akal wujudnya abstrak.
Beliau juga menyoroti peran akal sebagai salah satu indikator kesempurnaan bentuk manusia sambil mengutip pendapat Ary Ginanjar, dalam bukunya yang berjudul E.S.Q., bahwa manusia itu memiliki tiga potensi kecerdasan, yaitu ; kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga macam kecerdasan ini , beliau menghimbau dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya apapun yang dilakukan dan di mana pun berada, agar hidup ini menjadi tenang, bahagia dan harmoni. Sebagaimana dipahami bahwa sumber kecerdasan intelektual itu adalah akal. Untuk menjadikan manusia itu agar cerdas, diperlukan latihan secara kontinyu melalui proses belajar mengajar, itulah sebabnya banyak orang yang menempuh jenjang pendidikan mulai dari SD,SMP,SMA,S1, S2 sampai pada S3. Sehingga jangan heran kalau ada orang mempunyai banyak gelar. Contoh ; Prof.Dr.S.H.,M.H.,M.M.,MBA,M.KN. Apa yang ingin dicapai, tentu saja ingin mendapatkan kecerdasan intelektual itu.
Adapun sumber kecerdasan emosional itu adalah hati nurani (qalbun) yaitu segumpal daging yang terletak di dalam tubuh di bawah rongga dada manusia. Oleh karena itu kalau orang itu hatinya baik, maka informasi yang lahir dari hati pasti mengarah ke otak kanan dan selanjutnya diteruskan ke otak besar, maka akan lahir keputusan-keputusan yang terbaik.
Sebaliknya kalau hati ini kurang baik, maka informasi yang akan dibawa dari hati mengarah ke otak kecil sebelah kiri dan diteruskan ke otak besar, maka akan lahir keputusan-keputusan yang jahat, jelek dan buruk. Itulah sebabnya pada diri seorang manusia diperlukan kecerdasan emosional yang positif dan berusaha menghilangkan kecerdasan emosional yang negatif, juga diperlukan keceradasan spiritual yang bersumber dari wahyu.
Semua koruptor, kata beliau pasti memiliki kualitas kecerdasan intelektualnya yang tidak diragukan lagi, tetapi ketika kita melihat dari sisi kecerdasan emosionalnya, maka yang tampil adalah kecerdasan emosional yang negatif, lahirlah kebijakan-kebijakan yang sarat dengan KKN.
Bagaimana caranya agar orang terhindar dari perilaku-perilaku buruk itu, lakukan pendekatan kecerdasan spiritual yang bersumber dari wahyu melalui peningkatan kualitas salat kita setiap hari, karena Innassalata tanha anil fahsyaai wal mungkari.
Beliau lebih lanjut mengatakan, kita memahami betul bahwa fungsi masjid itu adalah tempat ibadah dan ada hadisnya bahwa semua bumi atau tanah adalah masjid, kecuali kuburan dan tempat buang hajat, sehingga orang bisa salat di mana saja. Akan tetapi bila ada binatang lewat di depan orang salat, akal kita pun berkata bahwa salat di sembarang tempat yang tidak berdinding akan terganggu kekhusyukan.
Oleh karena itu tempat salat itu pun harus diberi dinding. Akan tetapi tiba-tiba turun hujan lebat, udara pun bertiup kencang dan sangat dingin, lalu akal itu berkata kalau begitu tempat salat itu di samping berdinding juga harus beratap.
Ilustrasi ini adalah gagasan pikiran manusia sebagai fungsi kecerdasan intelektual bahwa yang layak disebut masjid adalah bangunan yang berdinding, beratap, memiliki pintu dilengkapi dengan berbagai asesoris lainnya dan nama masjid diperlukan agar orang terhindar dari kesesatan.
Bagaimana kita memanfaatkan potensi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional yang positif dan kecerdasan spritual, terutama berkaitan dengan pembangunan masjid ini ?. Kecerdasan intelektual kita berkata, masjid ini masih membutuhkan berbagai keperluan asesoris. Pada saat yang sama akan lahir kecerdasan emosional yang positif, bahwa kalau demikian kelengkapan masjid ini kita harus diadakan sumbangan lanjutan sebagai amal jariyah kita dan pada saat yang sama pula kecerdasan spritual berperan yang bersumber dari wahyu, bahwa Nabi SAW pernah bersabda, ”barang siapa yang membangun masjid di dunia ini, akan dibangunkan mahligai di syurga oleh Allah SWT”.
Dalam keadaan seperti itu kita tidak hanya tergolong orang-orang yang muhsiniin, tetapi juga tergolong orang-orang yang muttaqiin. Pada akhir pembinaan mental, warga PTA Bengkulu sepakat memberi nama masjid ini dengan nama ”Al-Mahkamatus Sa’adah”. Dan Insya Allah akan diresmikan setelah rampung pembangunannya.