PA Stabat Gelar Bintal
Stabat | PA Stabat
Bintal kali ini Kamis tanggal 29 Rabiul Awal 1439 Hijriah atau bersamaan dengan tanggal 29 Desember 2016 diisi oleh Akma Qamariah Lubis, S.Ag., S.H., M.A. yang dibuka oleh Protokol Miharza, S.H, yang diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an oleh Muhammad Fadly Capah, S.H. yang selanjutnya penyampaian materi ceramah dengan topik perusak iman.
Iman merupakan hidayah dari Allah kepada siapa yang dikehendaki Nya, jadi bukan mustahil jika satu keluarga itu tergolong orang beriman, tiba-tiba generasi berikutnya menjadi bukan orang beriman lagi.
Keimanan itu sebagai pondasi bagi sebuah bangunan, apabila pondasinya kokoh dan kuat maka bangunan itu akan kokoh dan tahan dari hantaman gempa, begitu juga dengan keimanan, jika imannya kuat menghunjam di dalam hati orang beriman, insya Allah akan menjadi orang mu’min yang tangguh, tahan atas segala cobaan, godaan atau fitnah yang menghantamnya.
Keimanan itu sendiri bisa bertambah, bisa berkurang dan bisa statis, ketika iman seseorang sedang naik maka gairah ibadahnya membara, sedang seorang yang imannya sedang berkurang maka gairah ibadahnyapun akan melempem dan kurang bersemangat, bermalas-malasan sementara yang imannya statis, maka ibadahnyapun monoton, tanpa ada gairah untuk mengevaluasi, memperbaiki yang masih kurang.
Ketika keimanan sedang berkurang, maka dengan gampang tanpa berpikir panjang akan berbuat menurut perkiraannya adalah merupakan hal sepele akan tetapi sebenarnya sudah tergolong perusak keimanannya.
Pada garis besarnya perusak iman ada tiga yaitu:
- Karena ucapan, sebagai contoh, ketika berucap ikut-ikut kebiasaan orang banyak ketika terkejut atau berbuat salah terucap “astaga” dengan ucapan tersebut menghilangkan Allah dari kalimat yang seharusnya adalah “Astagfirullah” atau mengucapkan kata “la ilah” maka dengan ucapan demikian maka yang mengucapkannya telah jelas-jelas mengatakan tidak ada Tuhan padahal ucapan demikian adalah keyakinan orang yang atheis (tidak mengakui adanya Allah).
- Karena perbuatan, seperti setiap malam jum’at menyediakan kopi, tembakau dan pembungkusnya, yang di peruntukkan bagi nenek moyangnya yang telah meninggal sebelumnya.
- Karena keyakinan bahwa suatu benda mempunyai kekuatan ghaib seperti keris, sekali setahun dicuci, sekali setahun menyerahkan tumbal ke laut, atau suatu rumah angker.
Demikian kegiatan bintal kali ini semoga bermanfaat dan ditutup dengan doa yang dipandu oleh Rohyan, S.H. sampai ketemu dibintal berikutnya.