PA Padang Berduka
In memoriam Drs. Jamalus, M.HI
Padang | PA Padang
Pagi senin itu. PA Padang melaksanakan Apel pagi seperti biasanya. Kali ini, Waka PA Padang, Drs. Husniadi berdiri di hadapan semua peserta Apel, sebagai Pembina. Gelap. Tanpa sinar mentari, langit pagi itu seakan ingin menghamburkan air-air yang siap membasahi semua yang dilaluinya. Awanpun tak lagi putih.
Dengan wajah sedih, waka berkata, “Innalillahi wa inna ilaihi rhajiún.” Drs. Jamalus, M.HI salah seorang hakim senior telah pergi untuk selamanya. Selamat jalan pak Jamalus, PA Padang benar-benar berduka.
Pak datuak, begitu ia akrab disapa. Seorang hakim yang ceria, canda tawanya selalu menghiasi PA Padang. Wajah dengan penuh senyum dan tawa girang itu masih terbayang dikepala kami semua. Beliau digelari Datuak Sinaro. Berita duka yang mengagetkan semua pegawai ini, sudah tersebar pada minggu sore. Siapa yang tidak kaget, beliau tidak mengidap penyakit apapun. Ternyata Allah berkehendak lain. Minggu jam 4 sore, Ia meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pariaman.
“Berita ini memang mengagetkan semua, karena Jum’at sore kami masih bersama-sama dan bercanda,” ujar Ketua PA Padang. Kita merasa kehilangan seorang hakim senior yang ceria dan tempat bertanya. “Beliau sering memberi petunjuk dan dia tidak pernah membeda-bedakan semua orang,” tambah Ketua.
Keseharian di kantor. Ia sering bertandang ke ruangan kesekretariatan. Bertemu dan berbincang dengan teman dekatnya, Wasek PA Padang, Hendri B, S.HI. “Ia memang sering kesini, itu untuk pererat hubungan. Ia orang yang pemurah, suka menolong, kadang minum sering dibelikan. Bahkan, saat ia tak ada uangpun mau juga membelikan ini itu. Kami adalah teman merokok dan mengopi, kami dekat karena ia mudah bergaul dengan orang. Kini, saya benar-benar merasa sepi dan kehilangan,” tutur Wasek sambil mengenang Jamalus.
“Semua pasti akan merasa kaget, karena Jum’at masih bersama-sama, dan tidak ada tanda-tanda ia akan pergi. Jum’at pagi kami masih makan sate sepiring berdua di kantin, lalu menjelang jumat kami merokok berdua,” kenangnya.
Jamalus memang sosok yang mudah bergaul, tidak membeda-bedakan orang, ceria, dan suka menolong. Bahkan, pegawai honor banyak yang mengaku sering dibantu olehnya. Gatot, salah seorang Satpam di PA Padang mengaku sering dibantu. “Meski saya satpam, ia tetap mau bergaul. Biasanya sering diminta beli rokok, dan itu 3 bungkus, dua untuk bapak itu, satu untuk saya. Tapi, jumat kemaren beda, tiga-tiganya untuk bapak itu,” ucapnya.
“Pernah juga, bannya bocor, lalu dia minta tolong ban mobilnya itu diganti, padahal hanya mengganti ban saja, dikasih uang oleh bapak itu,” tambah Gatot.
Tak hanya Gatot, Nurul juga mengaku sering diberi uang olehnya. “Saya sering disuruh ke bank, bayar setoran-setoran bapak, dan selalu dilebihkan uangnya. Bapak itu juga sering duduk di loby lantai dua pada pagi hari sambil merokok dan minum coffee mix, dengan gelas kecil. Biasanya bapak itu sering bilang ‘nurul tolong ambiak an kopi jo rokok apak ciek nurul’ hingga kini masih terbayang,” ungkap Nurul.
Mega yang juga pegawai honor, mengaku sudah kenal dengan beliau sejak kecil. Juga sering pergi lebaran ke rumah almarhum. “Ramadhan kemarin, bapak juga menyuruh ke rumah buka puasa ‘Ajak lah si Mai tu gai a’ ucap Bapak itu. Kalau selama di kantor, bapak itu baik, ramah, tidak ada marah-marah, bahkan kalau ada salah ditunjukkannya,” Kata Mega.
Tidak hanya pegawai honor. Zurniati, seorang Panitera Pengganti yang juga dekat dengan beliau merasa sedih. “Pak Jamalus sudah seperti kakak kandung. Di Pariaman dulu juga pernah bersama-sama dengannya. Sosialnya tinggi, tak satupun yang jadi masalah berarti baginya. Kalau ke teman, ia sangat perhatian. Sekarang ia masih terbayang, jiwa mudanya itu selalu menonjol. Kami biasanya sering bercanda.”
Zurniati kembali bercerita, “Demi membantu dan menyenangkan orang, ia rela berhutang. Bahkan, sekasar apapun orang padanya, ia tak masalah. Biasanya, bapak Jamalus sering mengintip di pintu ruangan dan mengajak shalat. ‘Shalat lai, jan dilalaian’ dan kalau ada masalah, ia selalu mengatakan ‘dunia ko dak kasalasai dek awak do’,” kenang zurniati sambil bersedih.
Hal serupa juga disampaikan seorang hakim yang sudah berteman lama dengan Jamalus. Drs. H. Syafruddin Ahmad mengatakan sudah berteman sejak kuliah. “Dulu kami sama-sama teman merokok, Kansas kuning yang selalu kami beli,” ungkapnya.
“Saya benar-benar merasa kaget mendengarnya, dan ingin cepat datang ke kantor untuk memastikan berita duka ini waktu itu. Dan ternyata benar. Padahal, Jum’at sore sewaktu akan pulang, ia sempat mengatakan, ‘lah salasai tugas wak sahari ko buya, insyaallah senin kalau tuhan maizinan batamu wak baliak’ kini kami merasa kehilangan seorang teman yang baik,” ucap Syafruddin.
Usai melaksanakan Apel. Pegawai PA Padang langsung berangkat ke Pariaman. Namun, tidak semua, karena tetap harus ada yang tinggal untuk melayani masyarakat. Sebanyak 4 mobil menuju ke Pariaman. Acara pemakaman di Pariaman, langsung dilepas oleh Ketua PA Padang. Kemudian berangkat bersama-sama mengiringi jenazah ke tempat pemakaman di tanah kelahirannya, Lintau.
Agaknya tak hanya PA Padang dan keluarganya yang bersedih. Langit pun ikut bersedih. Langit yang tadinya kelam, kini mulai menurunkan hujan selepas pemakaman. Sekali lagi, selamat jalan pak Jamalus. Semoga jasa dan amal ibadah beliau diterima dan mendapat tempat di sisi Allah. Amin. (Ababil/Fordilag PA Padang)