PA Karangasem Gelar Silaturrahmi Keluarga
Karangasem | www.pa-karangasem.go.id
“Setiap orang sangat mendambakan untuk masuk syurga, akan tetapi tidak semua orang bisa masuk syurga,” begitu ungkap Bapak Ketua PA Karangasem Drs. H. Taufiqurrohman, SH. dalam tausiyahnya pada acara silaturrahmi keluarga besar PA Karangasem yang digelar pada Rabu pagi 6 Maret 2013.
Terkait yang diungkapkan oleh Bapak Ketua pada kesempatan itu, sama halnya dengan kita aparat peradilan, banyak orang yang ingin masuk sebagai aparat peradilan. Untuk dapat menghuni syurga, kita harus memperbanyak amal kebaikan. Semua yang terkait dengan amal ibadah harus dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam acara rutin yang dihadiri oleh seluruh jajaran PA Karangasem termasuk ibu-ibu Dharmayukti Karini, beliau dalam tausiyahnya pula menyebutkan sebuah hadits berikut ini:
ﺴﺌﻞﺍﻠﻨﺒﻲ ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻳﻪ ﻮﺴﻠﻡﻋﻦﺍﻜﺛﺭﻣﺎﻳﺩ ﺨﻠﻬﻡ ﺍﻠﻨﺎﺲ ﺍﻠﻨﺎ ﺭﻔﻗﺎ ﻞ ﺍﻷ ﺟﻮﻔﺎﻦﺍﻠﻔﻡ ﻭﺍﻠﻔﺭﺝ ﻭﺴﺋﻞﻋﻦﺍﻜﺛﺭﻣﺎﻳﺪﺨﻠﻬﻡ ﺍﻠﻧﺎﺲﺍﻟﺟﻨﺔ ﻔﻘﺎﻞ ﺘﻗﻭﻯﺍﷲ ﻮﺤﺴﻦﺍﻠﺧﻠﻖ.
Dalam hadits tersebut dikatakan bahwa ada 2 (dua) hal yang menyebabkan seseorang masuk neraka, yaitu 2 (dua) lubang, diantaranya mulut dan farju. Dan juga ada 2 hal yang banyak menyebabkan seseorang masuk syurga, diantaranya yaitu bertaqwa kepada Allah, dan berbaik budi, baik dengan bahasa lisan maupun perbuatan.
Sering kita mendengar sebuah ungkapan “lidah tak bertulang”. Di dalam mulut terdapat lidah, lidah yang menyebabkan kita berbicara, dan pembicaraan pula yang banyak menyebabkan seseorang masuk neraka karena tidak menjaga pembicaraan/ lisannya. Hingga beliau melanjutkan tausiyahnya dengan menyebutkan sabda Rasulullah SAW:
ﻣﻦ ﻜﺎ ﻦ ﻳﺆﻣﻦ ﺒﺎﺍﷲ ﻮﺍﻠﻳﻮﻡ ﺍﻵﺧﺭﻔﻠﻳﻘﻝ ﺧﻳﺮﺍﺍﻮﻠﻳﺼﻤﺖ
Artinya: ”Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
Begitu pula dengan farju, banyak orang terjebak dalam larangan Allah disebabkan oleh farju.
Hal pertama yang menyebabkan orang masuk syurga yaitu bertaqwa kepada Allah, melaksanakan perintah Allah, dan tidak melaksanakan apa yang tidak diperbolehkan. Ketaqwaan seseorang justru dapat diuji di tempat-tempat maksiat. Hal tersebut disebabkan karena kita dapat melihat apakah seseorang mampu menahan diri untuk tidak berbuat maksiat di tempat yang sarat dengan maksiat. Yang kedua yaitu berbuat yang baik (baik budi), lisan maupun perbuatan. Salah satunya adalah membahagiakan orang lain. Apabila sekiranya dalam suatu pertemanan, suatu perbuatan atau perkataan akan menyakitkan seseorang, lebih baik kita tidak melakukannya, karena membahagiakan seseorang adalah pahala.
Di akhir acara, Bapak Ketua berharap semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang selalu melaksanakan perbuatan yang mengantar kita ke syurga. Amiin, Allahumma Amiin. (team-it)