logo web

Dipublikasikan oleh Ridwan Anwar pada on .

Mantan Ketua MIT Surakarta: Hakim Sekarang Harus Banyak Bersyukur

Surakarta ׀ pa-surakarta.go.id

Mantan Ketua Mahkamah Islam Tinggi (MIT) Surakarta, Drs. H. Thoyib Mangkupranoto mengingatkan dan menasihati hakim sekarang harus banyak bersyukur. Hal demikian ia sampaikan saat menerima kunjungan silaturrahmi Ketua Pengadilan Agama (PA) Surakarta, Drs. H. Ma’muri, SH., MSI. yang didampingi oleh H. Abu Jahid Darso Atmojo (calon hakim), H. Fahrurrozi (calon hakim) dan Suyanto (staf) di kediamannya Jalan KH. Samanhudi No. 129 Surakarta, Rabu (19/6/2013).

Nasihat itu bermula dari pertanyaan mantan orang nomor satu di Peradilan Agama Wilayah Hukum Jawa dan Madura, yang biasa disapa Mbah Thoyib tentang perkembangan PA sekarang. Ia mengkonfirmasi berita yang didengar dari media seputar kenaikan gaji hakim. “Apa betul gaji hakim sekarang 30 juta?” tanyanya kepada Drs. H. Ma’muri, SH., MSI.

“Oh, itu gaji hakim tingkat banding, Pak,” jawab Drs. H. Ma’muri, SH., MSI.

“Terus berapa gaji Saudara?” tanya Mbah Thoyib lagi.

“Alhamdulillah, di atas 20-an juta,” jawab suami dari Dra. DH. Widyaningsih (Panmud Hukum PA Purwokerto) itu sambil tersenyum malu karena tidak mengira akan ditanya soal gaji.

Mantan Ketua PTA Surabaya pertama kali (tahun 1987-1992) itu menilai gaji hakim sekarang sangat besar. Ia membandingkan dengan gajinya sebagai Ketua MIT tahun 80-an yang hanya Rp 1.000 (seribu rupiah) per bulan dan dibayarkan setahun sekali. “Hakim sekarang harus bersyukur dengan gaji yang besar itu,” pesannya.

“Jangan lupa zakat!” lanjutnya. Mbah Thoyib mengingatkan, dengan gaji sebesar itu, zakat mal yang harus dikeluarkan hakim juga besar.

“Jadilah orang yang jujur, disiplin masuk kantor dan jangan korupsi,” pesannya lagi.

Mbah Thoyib lalu menunjuk kaligrafi yang terpampang di dinding atas rumah. Ia membacakan ayat “Hadza min Fadhli Robbi...” (Surat An-Naml : Ayat 40) yang mengabadikan kisah Nabi Sulaiman ketika melihat singgasananya dihadirkan di hadapannya, kemudian putra Nabi Daud itu berkata, “ini termasuk karunia Tuhanku untuk menguji aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri”.

Tak henti-hentinya, Mbah Thoyib berpesan agar selalu bersyukur. “Saya lihat PTA Yogyakarta sekarang gedungnya megah. Gedung-gedung PA sekarang bagus-bagus. Dulu saya berangkat ke kantor dengan menaiki becak. MIT tidak mempunyai mobil dinas. Bangunan kantor pun seadanya, bahkan ada yang bekas kuburan seperti PA Surakarta,” ujar Mantan Ketua PTA Yogyakarta kedua (tahun 1995-1999) berkaca-kaca.

Meskipun Drs. H. Ma’muri, SH., MSI. sudah pernah mendengar sebagian cerita Mbah Thoyib tentang kondisi PA masa lalu yang mengenaskan, ia tetap semangat dan antusias untuk mendengarkannya lagi. Baginya, cerita-cerita masa lalu layak didengar oleh generasi sekarang biar tidak lupa diri, sesuai pesan Bung Karno, “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah” (disingkat JAS MERAH).

“Kita sekarang tinggal menikmati. Dulu yang berjuang menghidupkan PA, yang berdarah-darah ya orang-orang seperti Mbah Thoyib ini. Maka, jangan lupa dengan beliau!” pesan Drs. H. Ma’muri, SH., MSI. kepada dua calon hakim yang menyertainya dalam kunjungan itu.

Sebelum berpamitan, Drs. H. Ma’muri, SH., MSI. mendoakan Mbah Thoyib yang kini berusia 78 tahun semoga selalu dikaruniai kesehatan dan panjang umur. Ia mengatakan, akan terus menjalin silaturrahmi kepada senior-senior yang telah berjasa memperjuangkan PA, termasuk kepada Mbah Thoyib. Kunjungan siang itu berlangsung sekitar 45 menit yang memanfaatkan jam istirahat kantor dan merupakan kunjungan ketiga kalinya sejak Mantan Wakil Ketua PA Pamekasan itu berkantor di Jl. Veteran No. 273 Surakarta, Desember 2012.

Shalat Dzuhur di bekas MIT

Dalam perjalanan pulang dari rumah Mbah Thoyib, rombongan PA Surakarta singgah di bekas MIT, depan Plaza Sriwedari Jln. Slamet Riyadi Surakarta guna melaksanakan shalat dzuhur. Selepas shalat, mereka mengamat-amati bekas kantor Mbah Thoyib itu.

Menurut cerita Mbah Thoyib, setelah MIT dibubarkan tahun 1987, ia ditanya oleh Menteri Agama Munawir Sjadzali tentang nasib bekas bangunan itu. Mbah Thoyib mengusulkan agar tempat itu dijadikan masjid, karena di sepanjang Jalan Slamet Riyadi tidak ada masjid, sementara gereja berdiri di sana-sini. Usulan itu pun disepakati pemerintah.

Drs. H. Ma’muri, SH., MSI. sempat tertegun di depan bangunan cagar budaya itu. Ia ingat peristiwa tahun 1985 ketika ia menginjakkan kaki di MIT untuk mendaftar sebagai CPNS. Di tempat itulah untuk pertama kalinya, Drs. H. Ma’muri, SH., MSI. bertemu Mbah Thoyib sebagai sarjana baru lulusan Fakultas Syariah IAIN Yogyakarta yang sedang melamar pekerjaan  di MIT. Ternyata setelah 28 tahun berkarir, Allah menakdirkannya kembali bertemu Mbah Thoyib dalam kedudukan sebagai Ketua PA Surakarta. (fahr)

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice