logo web

Dipublikasikan oleh Ridwan Anwar pada on .

KPA Nunukan Hadiri Istigotsah Akbar Menyambut Bulan Suci Ramadan 1434 H

Habib Abdurrahman Syihab dari Palembang Menyampaikan Tausiyahnya

Nunukan | pa-nunukan.go.id

Ada seorang tabi’in di Madinah bernama Rawwah, yang suka berjihad fisibillah. Setiap ada peperangan di jalan Allah, Rawwah tak pernah absen. Karena itu para orang tua tidak mau menikahkan anak perempuannya dengan Rawwah karena takut anaknya menjadi janda.

Akhirnya ada seorang perempuan yatim yang mau menikah dengan Rawwah. Tapi Rawwah punya 1 syarat untuk bisa menikah dengan dirinya: tidak boleh mencegahnya untuk berjihad fisabilillah. Syarat itu diterima dan menikahlah Rawwah dengan perempuan yatim ini.

Ketika istrinya tengah hamil 3 bulan, Rawwah tidak sabar lagi untuk bergabung dengan rombongan pasukan yang akan berangkat berperang. Maka dengan meminta izin istrinya, Rawwah berangkat berjihad fisabilillah.

Namun sebelum berangkat Rawwah berpesan kepada istrinya agar jika ia gugur di medan perang, dengan uang 50 ribu dirham hasil pampasan perang (ghonimah) yang diberikan Rawwah, istrinya dapat membesarkan dan mendidik anaknya agar kelak menjadi orang yang berilmu (ulama).

Maka ketika usia kandungan cukup, lahirlah seorang anak lelaki Rawwah yang diberi nama Rib’ah. Setelah beberapa bulan rombongan pasukan pertama, diikuti rombongan pasukan kedua kembali dari peperangan ke Madinah. Tapi Rawwah tidak ada dalam rombongan pasukan ini. Ketika ditanyakan di mana dan bagaimana Rawwah, dijawab oleh rombongan kalau Rawwah masih sibuk berperang.

Ketika rombongan pasukan ke-3 dan terakhir pulang ditanyakan dan dicari-cari kalau ada di antaranya Rawwah, suami tercinta yang sangat dirindukan oleh istri dan anak lelaki yang baru lahir. Tapi ternyata jawabannya sangat mengejutkan: Rawwah syahid di medan perang.

Maka akhirnya istri Rawwah yang yatim ini terpaksa harus menjadi janda yang harus membesarkan dan mendidik anak semata wayang sesuai wasiat suami tercinta. Dengan uang 50 ribu dirham pemberian suaminya, ia didik anaknya untuk belajar dan menuntut ilmu dari satu ulama ke ulama lain.

Singkat cerita 25 tahun telah berlalu. Tiba-tiba ada seorang tamu berusia lanjut yang nyelonong masuk ke rumah Rib’ah seakan rumah itu adalah rumahnya. Setelah ditegor oleh Rib’ah, orang tua ini mengatakan kalau ini rumahnya. Bagaimana bisa rumah ini  adalah rumahnya, padahal sejak lahir sampai sekarang Rib’ah tinggal di rumah itu hanya bersama ibunya. Maka ibunya yang sedang mendengar suara gaduh di luar kamar merasa sudah tidak asing lagi dengan suara yang ia dengar. Ketika ditengok alangkah terkejutnya sang istri: Rawwah masih hidup dan kembali menemuinya. Rib’ah anaknya pun dapat berjumpa kembali dengan ayah kandungnya.

Belum puas melepas rindu, Rawwah sudah menanyakan di mana dan dipergunakan untuk apa uang 50 ribu dirham pemberiannya dulu. Istrinya menjawab akan memberitahukannya selepas shalat Shubuh nanti. Ketika ditanyakan mana Rib’ah anaknya, istrinya mengatakan bahwa setiap hari 1 jam sebelum shalat Shubuh, Rib’ah sudah berada di Masjid Nabawi. Istrinya pun menyuruh Rawwah untuk cepat ke masjid shalat Shubuh. Nanti setelah shalat Shubuh akan ia ceritakan semuanya tentang uang 50 ribu dirham itu.

Setelah shalat Shubuh usai, alangkah kagetnya Rawwah melihat Rib’ah anaknya dikelilingi oleh para penuntut ilmu dari segala penjuru untuk menerima pelajaran darinya. Ketika ditanyakan kepada jama’ah siapa orang yang mengajar ilmu itu, dijawab kalau itu adalah Rib’ah Ibnu Rawwah. Memang orang-orang hanya tahu nama Rawwah saja, tidak mengenal wajah Rawwah karena ia jarang ada di kota Madinah, sering pergi berperang dalam waktu yang lama.

Setengah percaya-setengah tidak, Rawwah kemudian kembali ke rumah menemui istrinya. Ketika disampaikan kejadian yang baru saja dilihatnya di Masjid Nabawi, istrinya pun menjawab bahwa memang benar itu anaknya Rib’ah yang memberikan pelajaran kepada para muridnya, dan itulah hasil dari uang 50 ribu dirham pemberian Rawwah dulu sebelum berangkat berjihad fisabillah. Subhanallah!

Demikian antara lain tausiyah yang disampaikan oleh Habib Abdurrahman Syihab, dari Palembang, di lantai V Aula Bupati Nunukan, pada acara “Istigotsah Akbar Menyambut Bulan Suci Ramadan 1434 H.”, Minggu pagi (7/7/2013).

Acara yang yang dihadiri oleh Bupati, Wakil Bupati, para Kepala SKPD dan pimpinan instansi vertikal, termasuk KPA Nunukan, bersama masyarakat Kab. Nunukan, ini semula sempat digelar di halaman depan kantor Bupati. Namun akhirnya dipindahkan ke dalam aula Bupati karena hujan yang turun mengguyur tempat acara.

Bupati Saat Sambutan dan KPA Nunukan

Bupati Nunukan Drs. Basri dalam sambutannya sebelum tausiyah menyampaikan ucapan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan 1434 H. kepada masyarakat Kab. Nunukan. Semoga ibadah puasa tahun ini dapat membawa kita semua menjadi orang yang bertakwa.

Selama kurang lebih 1 setengah jam Habib Abdurrahman Syihab yang didampingi istri dan 3 orang anak perempuannya, menyampaikan ceramah yang sangat menyentuh hati sehingga membuat sebagian mereka yang hadir ada yang meneteskan air mata karena berbahagia dapat bertemu kembali dengan bulan suci Ramadan yang mulia dan penuh berkah.

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan 1434 H. Semoga dapat menjadi orang yang bertakwa!

(tim redaksi jurindomal pa-nnk)

 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice