Keluarga Besar PA Muara Labuh Menapaktilasi Kiprah Buya Hamka
Kafilah serius menyimak penuturan biografi Buya Hamka
Muara Labuh | pa-muaralabuh.go.id
Setelah keluar energi besar buat pelaksanaan sidang keliling, tentu memerlukan relaksasi. Itulah rupanya yang ada di fikiran pimpinan PA Muara Labuh.
“Bagaimana kalau maen basamo Pak Ketua, yaa, yang murah meriah dan menambah ilmu,” usul WKPA Muara Labuh, Drs. H. Abdul Rahim, MH., kepada KPA Muara Labuh, Drs. H. Mahruddin Andry, MH.
“Okeh! Tapi kemana ya?” Pak Ketua balik nanya.
“Kita tanya saja pegawai lain. Pasti ada ide bagus!” jawab Pak Wakil.
Banyak ide berseliweran dan bermunculan. Akhirnya, dipilihlah satu tempat wisata eksotis khas Sumatera Barat. Danau Maninjau!
Alamnya yang indah dengan hutannya yang asri plus gemericik dan gemuruh airnya yang okeh punya. “Jangan lupa, di Maninjau itu ada rumah kelahiran Ahli Tafsir sekaligus Ahli Sastra kelas dunia. Buya Hamka. Itulah mengapa dipilih wisata Danau Maninjau”, jelas KPA Muara Labuh.
Diantara buah pena Buya Hamka
Singkat cerita kafilah rihlah ilmiyyah bertolak menuju Maninjau, dan langsung menuju Rumah Kelahiran allahyarham, Buya Hamka. Kafilah disambut salah seorang kerabat Buya Hamka yang bertugas sebagai guide dan narator perjalanan dan perjuangan Buya Hamka. “Banyak nilai yang bisa didapatkan dari perjalanan hidup Buya Hamka.
Kejujuran, keberanian, ketegasan, pantang menyerah, pejuang tangguh dan lain sebagainya. Ilmunya diakui dunia. Bapak-bapak dan ibu-ibu bisa lihat baju toga di dalam lemari kaca itu. Pakaian itulah yang menjadi saksi penganugerahan gelar doktor honoris causa untuk Malik (nama kecil Buya Hamka) dari salah satu universitas di Malaysia dalam bidang Persuratan (sastra)”, dengan penuh semangat sambil menunjuk ke salah satu lemari kaca yang ada di sudut ruangan.
Setengah jam menyimak penuturan biografi, kafilah kemudian melihat-lihat buah pena Buya Hamka yang berderet berjejer tertata rapi dalam rak-rak hitam mengkilat. Disamping buku-buku, terdapat pula foto-foto keluarga, guru dan sahabat Buya Hamka. Sungguh rihlah yang benar-benar bergizi dengan ilmiyyah, penuh ilmu.
Tiga Ulama Besar asal urang awak: Buya Hamka, M. Natsir dan M. Isa Anshary
Setelah puas meneguk ilmu di rumah kelahiran Buya Hamka, kafilahpun menyempatkan diri melihat Danau Maninjau dari Puncak Lawang. Setelah itu lalu bertolak kembali ke Muara Labuh dengan hati penuh kekaguman pada sosok yang tegas dengan fatwanya di tahun 1981: mengucapkan natal itu haram!
Selamat!