Hakim Tinggi MS Aceh: Usia Produktif Harus Dimaksimalkan
Banda Aceh | ms-aceh.go.id
Sebagaimana biasanya, pada setiap hari Jum’at ba’da shalat Ashar dilaksanakan ceramah agama yang bertempat di mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh. Kegiatan ceramah tersebut dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, Hakim Tinggi, Panitera/Sekretaris, pejabat struktural dan fungsional serta pegawai lainnya.
Yang tampil sebagai penceramah pada hari Jum’at tanggal 22 Pebruari 2013 adalah salah seorang Hakim Tinggi, yaitu Drs. Baidhowi HB, SH. Dalam ceramahnya, Ustadz kita ini menyampaikan tentang perjalanan manusia sejak masa kandungan sampai akhir hayatnya. Ustadz membagi 9 (sembilan) episod tahap kehidupan manusia.
Episod pertama, masa kandungan. Pada masa ini adalah proses awal kehidupan manusia. Dalam surat al-Mukminun ayat 12 dan 13 Allah menjelaskan asal manusia. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). “Oleh karena manusia adalah berasal dari tanah yang selalu kita injak-injak, maka sesungguhnya manusia itu tidak wajar bersikap angkuh dan sombong,” kata Ustadz.
Episod kedua, masa balita. Pada masa balita (usia di bawah lima tahun) peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan si anak. Anak akan selalu mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. “Orang tua harus memberi contoh yang positif kepada anak, misalnya membaca basmalah ketika akan memberi makan,” ujar Ustadz mencontohkan.
Episod ketiga, masa anak-anak. Pada masa anak-anak (usia sekolah) peran guru sangat menentukan. Apapun yang dikatakan guru kepada anak akan selalu dalam ingatannya. Terkadang, anak tidak mau dinasehati orang tuanya apabila hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang disampaikan gurunya. “Ibu guru mengatakan tidak begitu,” kata Ustadz mentamsilkan. Oleh karena itu orang tua harus selektif memilih sekolah untuk anak. Jangan tergoda dengan sekolah yang bermutu tinggi tetapi tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Episod keempat, masa remaja. Pada masa remaja adalah masa panca roba dan peran lingkungan sangat menentukan bagi perkembangan kepribadian anak. “Usahakanlah lingkungan pada masa remaja steril dari berbagai hal yang negatif,” tegas Ustadz. Menurut Ustadz, apabila seorang anak usia remaja melewatinya dengan baik, maka Insya Allah anak tersebut akan selamat pada masa dewasa dan masa tuanya.
Episod kelima, masa dewasa. Pada masa dewasa atau masa kuliah bagi yang melanjutkan pendidikan, seorang anak akan menentukan kepribadiannya. Pada waktu itu, peran orang tua mulai berkurang, oleh karena anak tidak mau lagi digurui. “Sebaiknya orang tua memberikan kebebasan bagi anak yang sudah dewasa untuk menentukan pilihannya, tetapi tetap dalam pengawasan,” kata Ustadz berpesan.
Episod keenam, masa pengembangan diri. Bagi anak yang sudah berhasil dalam pendidikan, maka ia akan menentukan masa depannya sesuai dengan pilihannya. “Ada yang menjadi pegawai, ada yang menjadi pengusaha dan lain sebagainya,” urai Ustadz.
Episod ketujuh, masa produktif. Usia produktif adalah antara umur 35 sampai 60 tahun. Pada masa itu seseorang akan berusaha untuk tampil yang terbaik sesuai dengan kemampuannya. “Marilah kita berusaha untuk selalu tampil yang terbaik pada masa produktif ini,” pesan Ustadz kepada jama’ah. Dijelaskan oleh Ustadz, bahwa usia produktif dapat saja sampai usia 70 tahun seperti Hakim Agung. Oleh karena itu usia produktif ini sangat tergantung kepada kemampuan seseorang.
Episod kedelapan, masa manula (manusia usia lanjut). Apabila manusia sudah usia lanjut, maka kegiatan sudah serba terbatas karena dihalangi dengan berbagai penyakit yang menggerogoti seseorang. “Mari kita perbanyak amal sebelum tiba masa manula,” ajak Ustadz yang berasal dari Lampung ini.
Episod kesembilan, wafat atau kematian. “Pada akhirnya manusia akan wafat dan kembali ke tanah, oleh karena itu jangan ada yang berfikir untuk hidup selama-lamanya,” tegas Ustadz. Ustadz mengajak kepada jamaah agar selama hidup di dunia ini harus diisi dengan amal saleh. “Mari kita perbanyak amal saleh, karena semua perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah,” ajak Ustadz kepada jamaa’ah sambil menutup tausiyahnya.
(AHP)