Hakim Tinggi MS Aceh : Akal Menuntun Manusia Beribadah Kepada Allah
Banda Aceh | ms-aceh.go.id
Sebagaimana biasanya, pada setiap hari Jum’at ba’da shalat Ashar dilaksanakan ceramah agama yang bertempat di mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh. Kegiatan ceramah tersebut dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, Hakim Tinggi, Panitera/Sekretaris, pejabat struktural dan fungsional serta pegawai lainnya.
Yang tampil sebagai penceramah pada hari Jum’at tanggal 8 Pebruari 2013 adalah salah seorang Hakim Tinggi, yaitu Drs. A. Mu’thi, MH.
Dalam ceramahnya, Ustadz kita ini menyampaikan tentang peranan akal dalam pribadi seseorang. Manurut Ustadz, semestinya akal menuntun manusia untuk beribadah kepada Allah Swt. Oleh karena akal tidak pernah berbohong dan ia akan selalu setia menemani manusia agar taat kepada Tuhannya.
Hanya saja banyak manusia tidak mempergunakan akalnya, bahkan cenderung menutupinya. Akhirnya, jadilah manusia menjadi penentang Tuhan, durhaka kepada penciptanya dan jahat kepada sesama, bahkan terkadang lebih buas dari binatang sekalipun, naudzubillah.
Lebih lanjut dikatakan Ustadz, bahwa akal itu ibarat Menteri yang selalu memberikan nasehat, sedangkan hati nurani ibarat Raja yang menentukan, hartadan pangkatibarat tamu yang akan pulang pada waktunya serta kesenangan adalah satu masa yang akan ditinggalkan.
“Akal dan budi pekerti semestinya menuntun manusia untuk taat kepada Allah,” kata Ustadz seraya mengutip satu ayat yang artinya “apabila manusia ditanya, siapakah yang menjadikan langit dan bumi, maka manusia akan menjawab, Allah”.
Ustadz dalam tausiyahnya menyampaikan seorang mahasiswa di Bandung yang merasa ilmunya adalah segala-galanya dan mempertanyakan akan kebenaran Islam yang menyuruh manusia untuk beribadah kepada Allah. “Akhirnya mahasiswa ini masuk agama Kristen,” kata Ustadz merasa sedih.
Dalam situasi seperti sekarang ini kata Ustadz banyak ditemukan proses Kristenisasi dengan berbagai cara. Bagi mereka yang tidak kuat imannya, banyak yang tergoda oleh janji-janji yang tidak seberapa. “Di Bandung ada Kristenisasi, terutama kepada mereka yang tidak punya,” kata Ustadz mencontohkan.
Menurut Ustadz, tugas orang tua untuk menjaga anaknya dengan cara memberikan ilmu agama sejak dini dan berlanjut sampai dewasa. Dengan ilmu agama yang dimiliki, Insya Allah anak-anak akan terhindar dari rayuan dan godaan yang ada dimana-mana. “Mari kita bekali anak-anak kita dengan ilmu agama dan semoga anak kita menjadi anak yang saleh,” tutur Ustadz memberikan nasehat.
Ustadz juga menyampaikan supaya ilmu agama yang kita miliki tidak hanya sekedar mengandalkan terjemahan seperti Al-Qur’an terjemahan Kementerian Agama. Terjemahan Al-Qur’an ternyata banyak yang kurang cocok dengan pemahaman yang sebenarnya sehingga banyak yang salah memahami ayat.
Ustadz membacakan beberapa ayat yang diterjemahkan oleh Kementerian Agama yang tidak cocok dengan arti yang sebenarnya. “Saya menemukan beberapa terjemahan yang kurang cocok dengan makna yang sebenarnya,” kata Ustadz seraya memperlihatkan buku yang mengoreksi terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan oleh Kementerian Agama.
Dalam tausiyahnya selama lebih kurang dua puluh menit tersebut, Ustadz mengajak kepada jamaah agar selalu taat kepada Allah. “Mari kita selalu beramal ibadah agar hidup kita selamat dunia akhirat,” kata Ustadz sambil menutup ceramahnya.
(AHP)