Hakim PA Banjarbaru Ucapkan Salam Perpisahan

Banjarbaru | pa-banjarbaru.pta-banjarmasin.go.id
Senin pagi tanggal 16 Desember tampak berbeda dari biasanya bagi sosok hakim satu ini. Wajah yang tampak begitu ceria mengiringi langkahnya menuju podium untuk memimpin apel pagi itu. Ya, Drs. Muhammad Hilmy, Hakim PA Banjarbaru yang sekaligus dinobatkan sebagai “Pelatih” tenis bagi warga PA Banjarbaru memimpin apel pagi sekaligus mengucapkan salam perpisahan kepada seluruh jajaran PA Banjarbaru.
Di awal pengarahannya, “Sang Pelatih” mengungkapkan kesyukurannya setelah ‘terjaring’ dalam ‘pukat’ TPM kali ini. Sang Pelatih pun mengungkapkan perjalanan panjangnya yang hingga kini telah sembilan kali masuk dalam TPM.
Pernah Menjadi Kaur Umum
Sang pelatih mengawali karirnya sebagai CPNS pada PA Kraksaan pada kurun 1991 - 1992, kemudian diangkat menjadi PNS di satker yang sama sejak 1992 – 1996. Berturut-turut, menjadi Kaur Umum pada PA Pasuruan(1996 – 1997), PA Malang (1997 – 1999), dan PA Trenggalek (1999 – 2000). Sang Pelatih kemudian “hijrah” ke PA Kab. Malang sebagai Kasub Keuangan (2000 – 2002) dan dikukuhkan sebagai Panitera Pengganti pada pengadilan yang sama. Empat tahun setelah menjabat Panitera Pengganti, sang pelatih pun dipromosikan sebagai Panitera Muda Hukum pada pengadilan yang sama.
Sejak tahun 2009, sang pelatih akhirnya resmi menyandang status pejabat negara setelah diangkat menjadi hakim pada PA Bulukumba, Sulawesi Selatan (2009 – 2011). Dan, sejak tahun 2011 sampai sekarang, menjabat sebagai hakim PA Banjarbaru. Karena kemampuan bermain tenisnya yang di atas rata-rata, maka jajaran PA Banjarbaru pun mengganjarnya dengan status “pelatih” untuk melatih seluruh pegawai PA Banjarbaru bermain tenis dengan baik dan benar.
Semakin Dekat
Sang Pelatih tidak alpa mengeluarkan candaan khasnya yang demikian ‘polos’. TPM kali ini dianggapnya menjadi berkah tersendiri. Pasalnya, sekian lama ia merasakan jarak yang demikian jauh memisahkan dirinya dengan keluarga di Malang. Karena itu, ia menganalogikan kebahagiaan dengan kata ‘dunya’, yang berarti dekat. Segala sesuatu yang dekat itu pasti nikmat. Bila jarak kantor dengan rumah dekat, maka akan nikmat karena mudah mengaksesnya. Terlebih jika dengan istri, maka kenikmatan itu tidak dapat digambarkan, yang kemudian disambut senyum oleh peserta apel.
Tidak lupa pula, sang pelatih mengeluarkan sedikit ilmu ‘tasawuf’-nya. Baginya, tidak hanya dekat dengan istri yang memberikan kenikmatan luar biasa, tetapi yang paling hakiki adalah kenikmatan ketika kita selalu dekat dengan Tuhan.
“Gak ada delay lagi”

Tidak berhenti sampai di situ, sang pelatih lagi-lagi mengeluarkan candaan yang membuat peserta apel tersenyum simpul. Ia pun menceritakan pengalamannya ketika pulang kampung liburan. Beberapa kali ia terjebak dalam “delay” pesawat yang akan mengangkutnya ke Surabaya. Namun, bukan delay itu yang menyiksanya, karena setelah sampai di Malang, istrinya “mengerjai” pelatih dengan membangunkan anak-anaknya. Walhasil, agenda berikutnya juga mengalami “delay” yang dampaknya lebih dahsyat dibandingkan dengan delay pesawat terbang. Peserta apel spontan tersenyum mendengar guyonan sang pelatih.
Pamitan dan memohon maaf
Di akhir pengarahannya, sang pelatih tidak lupa mengucapkan salam perpisahan kepada seluruh jajaran PA Banjarbaru. Ia juga menyempatkan diri memohon maaf bila selama menjalankan tugas di PA Banjarbaru terdapat kesalahan (khilaf).
