logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on .

Hakim dan Pegawai PA Surakarta Hadiri Halal Bihalal di Boyolali

Surakarta ׀ pa-surakarta.go.id (23/8/2013)

Kamis (22/8/2013), Ketua PA Surakarta Drs. H. Ma’muri, SH., MSI. beserta segenap hakim dan pegawai menghadiri halal bihalal di Boyolali. Halal bihalal tersebut merupakan kegiatan rutin yang digelar oleh warga PA se-Koordinatorat Wilayah VI Surakarta atau se-Solo Raya. Istilah Solo Raya adalah sebutan bagi kawasan bekas Karesidenan Surakarta yang mencakup Surakarta, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Karanganyar, Boyolali dan Klaten.

Bertempat di Restoran Semar Resto, halal bihalal juga dihadiri oleh Ketua PTA Semarang, Drs. H. Wildan Suyuthi, SH., MH, dan beberapa pejabat dari PTA Semarang lainnya seperti Wakil Ketua Drs. HM. Said Munji, SH., MH. dan Panitera/Sekretaris H. Tri Haryono, SH. yang masing-masing disertai istri.

Acara dimulai sekitar pukul 09.45. Seusai pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran, Ketua Koordinator Wilayah VI Surakarta, Drs. H. Ahmad Akhsin, SH., MH. menyampaikan sambutan atas nama penyelenggara acara yang intinya mengucapkan terima kasih atas kehadiran seluruh hakim dan karyawan PA se-Koordinatorat Wilayah VI Surakarta.

“Halal bihalal ini memperkuat kesan yang selama ini terbangun di PTA Semarang, bahwa wilayah VI Surakarta adalah wilayah yang kondusif. Di tempat ini, kita bisa menyaksikan kebersamaan, keakraban dan kekompakan seluruh aparatur PA, dari mulai hakim sampai honorer. Semoga ke depannya, suasana seperti ini terus terjaga,” lanjutnya.

Bukan kali ini saja warga PA se-Solo Raya menggelar halal bihalal yang dihadiri seluruh hakim dan pegawai. Bahkan, dalam album foto di kediaman Mantan Ketua Mahkamah Islam Tinggi (MIT) Surakarta, Drs. H. Thoyib Mangkupranoto, ditemukan foto halal bihalal keluarga besar PA se-Karesidenan Surakarta tanggal 3 Mei 1959.

Pada sesi mau’idhah hasanah, Drs. HM. Said Munji, SH., MH. mengupas panjang lebar tentang makna ramadhan dan syawwal, tujuan disyariatkannya puasa, arti idul fitri dan maksud dari ucapan “Minal Aidin wal Faizin” serta tujuan diselenggarakannya halal bihalal.

“Halal bihalal adalah produk bangsa Indonesia. Di Arab Saudi yang kita jadikan kiblat saja tidak ada halal bihalal. Begitu selesai shalat Id, di sana tidak ada acara lagi,” terangnya.

“Syawwal artinya peningkatan. Setelah dibakar selama Ramadhan, diharapkan amalan-amalan saleh manusia dapat meningkat,” imbuhnya lagi.

Lebih lanjut, orang nomor dua di lingkungan PTA Semarang itu mengungkapkan fakta kesenjangan antara ibadah dengan perilaku. Dalam hal puasa, menurutnya, orang-orang yang sudah tua atau lanjut usia, seharusnya semakin bertakwa atau ketakwaannya melebihi daripada yang muda-muda karena semakin tua berarti semakin banyak puasa yang ia jalani. Namun faktanya tidak demikian.

Ia kemudian menyinggung soal haji. Bayar haji tahun ini, baru bisa berangkat tahun 2020-an. Ini artinya, antrian haji sangat banyak. Semua orang berlomba-lomba ingin haji. Namun, rupanya haji tak menjamin orang untuk tidak korupsi. Berapa banyak pejabat di negeri ini yang telah melaksanakan ibadah haji, tetapi korupsi tetap jalan terus.

Sekarang ini, tambah Drs. HM. Said Munji, SH., MH., bangsa Indonesia dihadapkan dengan persoalan serius, yaitu mengenai akhlak. Amar makruf nahi munkar, diplesetkan menjadi amar makruf nyambi munkar.

Ia mengajak warga PA untuk senantiasa menjaga ketakwaan sebagaimana itu menjadi tujuan dari puasa. Menurutnya, orang yang bertakwa adalah orang yang mampu mengembangkan dirinya untuk menyesuaikan diri dengan kehendak Allah.

Sebagai acara pamungkas, Ketua PTA Semarang, Drs. H. Wildan Suyuthi, SH., MH, menyampaikan sambutan pembinaan. Di bagian awal sambutannya, ia mengungkapkan rasa bangganya bisa hadir di tengah-tengah warga PA se-Solo Raya.

“Saya bangga bisa berada di tempat ini. Sebab separoh pengabdian hidup saya berada di Solo,” ujar Mantan Ketua PA Wonogiri dan PA Surakarta itu.

Orang nomor wahid di PTA Semarang itu lalu mengurai tema halal bihalal, yaitu “Dengan Silaturrahmi Idul Fitri 1 Syawal 1434 H. Kita Tingkatkan Pelayanan Publik Guna Mewujudkan Reformasi Birokrasi Mahkamah Agung RI”.

Reformasi birokrasi, menurutnya, merupakan perubahan besar dalam paradigma tata kelola pemerintahan atau tata kelola peradilan bagi warga peradilan. Ia menggambarkan suasana reformasi saat ini yang menuntut pelayanan prima kepada masyarakat.

“Masalah kecil saja sekarang ini, bisa dilaporkan ke mana-mana, ke MA, KY, Presiden, DPR bahkan seandainya Tuhan diketahui alamatnya, pastilah juga dilaporkan kepada Tuhan,” ungkapnya.

“Kita ini sedang berlari cepat, maka bagi hakim dan pegawai yang tak sanggup berlari cepat silakan minggir saja, karena bisa mengganggu dan menghalangi laju kawan-kawan yang lain,” imbuhnya.

Lembaga peradilan saat ini terus melakukan perubahan menuju tatanan yang lebih baik. Perubahan sudah menjadi keniscayaan. Siapa yang tidak siap dengan perubahan maka bersiap-siaplah digilas oleh perubahan itu sendiri.

Drs. H. Wildan Suyuthi, SH., MH. sempat mengutip firman Allah dalam Surat An-Nahl : 92, yang artinya, “Janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali…” Maksudnya, janganlah warga peradilan merusak lembaganya sendiri yang sudah ditata dan direformasi sedemikian rupa, baik melalui perkataan dan perbuatan sehingga lembaga ini menjadi rusak atau kembali dalam keadaan sebelum direformasi.

Ia berharap kepada seluruh warga PA di wilayah Solo Raya agar menjaga nama baik PA dan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Ia mengingatkan bahwa bekerja adalah ibadah karena itu tidak boleh bermalas-malasan atau seenaknya. (fahr)

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice