logo web

Dipublikasikan oleh Ridwan Anwar pada on .

Di Rumah Sakit, KPTA Semarang Nasihati Cakim PA Surakarta

Surakarta ׀ pa-surakarta.go.id

Meskipun berbaring di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta, KPTA Semarang, Drs. H. Wildan Suyuthi, SH., MH., tak tampak seperti orang sakit. Pertemuan kurang lebih 1 jam dengan beberapa calon hakim (cakim) PA Surakarta, Kamis (11/7/2013), justru diwarnai penuh canda tawa. Orang nomor satu di lingkungan peradilan agama se-Jawa Tengah itu banyak bicara menceritakan pengalamannya selama menjadi hakim. Termasuk memberi nasihat kepada para cakim yang sebentar lagi diangkat menjadi hakim.

Drs. H. Wildan Suyuthi, SH., MH. yang akrab disapa Pak Wildan, memang bukan orang asing bagi para cakim. Sebelum berkantor di Jalan Hanoman No. 18 Semarang, ia telah dikenal dengan baik oleh para cakim. Sebab, beberapa kali ia telah bertemu dan kenal dengan para cakim saat pendidikan dan pembekalan cakim di Megamendung. Di mata para cakim PA Surakarta, Pak Wildan tidak hanya seorang KPTA, lebih dari itu juga dipandang sebagai guru, bapak dan teman.

Sesaat setelah memasuki Ruangan Wisnu F di lantai 5 rumah sakit yang terletak di Jalan Slamet Riyadi No. 404 Surakarta, para cakim disentakkan dengan pemandangan di atas ranjang Pak Wildan. Bagaimana tidak! Biasanya tempat tidur pasien steril dari alat-alat tulis yang mengganggu istirahat. Namun, di sebelah Pak Wildan berbaring malah ada laptop dan draft disertasi.

“Bapak sakit kok bawa laptop, nulis disertasi. Wah, ini harus difoto,” komentar salah seorang cakim, Fahrurrozi kepada Pak Wildan. Kontan saja komentar itu menyulut tawa seisi ruangan.

“Itulah. Bapak ini tidak bisa diam saja. Meskipun sakit ya tetap baca nulis. Apalagi dikejar disertasi,” jawab istri Pak Wildan.

“Ini pesan terselubung Pak Wildan bagi kita yang sehat. Pak Wildan yang sakit saja masih mau membaca dan menulis. Harusnya kita lebih giat lagi,” sambung cakim yang lain, Fahmi Hamzah Rifai.

Perbincangan hangat dan seru siang itu sempat terhenti ketika dokter dan perawat meminta waktu sebentar untuk memeriksa kondisi Pak Wildan. “Ini murid-murid saya, Dok,” kata Pak Wildan memperkenalkan para cakim kepada tenaga medis itu.

Sebagai mantan Kepala Badan Litbat Diklat MA, Pak Wildan mengetahui adanya sistem pendidikan baru yang diberlakukan para cakim sekarang. Yaitu, diklat di Megamendung selama 2 minggu dilanjutkan magang di PA Magang selama 5 bulan, lalu kembali ke diklat selama 3 bulan, kemudian magang selama 6 bulan, kembali lagi ke diklat selama 3 bulan dan terakhir magang selama 6 bulan.

Masa pendidikan yang meliputi diklat dan magang, berlangsung selama 2 tahun. Pada tanggal 12 Juni 2013 yang lalu, para cakim telah diwisuda kelulusan oleh Ketua MA, Dr. H. M. Hatta Ali, SH., MH. Hari-hari ini mereka tinggal menghitung hari.
Selain menanyakan sejauhmana proses pengusulan menjadi hakim, Pak Wildan juga mengingatkan dan menasihati para cakim untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya sampai tiba waktunya dilantik menjadi hakim. “Dari sekarang harus ditanamkan tekad yang kuat, untuk tidak tergoda dengan uang pemberian para pihak yang beperkara,” pesannya.

“Pegawai negeri boleh saja kaya, tapi cara yang ditempuh harus halal dan tidak melanggar aturan,” imbuhnya. Pak Wildan lantas mengajarkan kiat-kiat mengumpulkan uang yang halal dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Setelah berbincang-bincang kesana-kemari, pertemuan murid dengan guru itu tak terasa sudah berlangsung selama 1 jam. Sebagai orang yang sudah banyak makan garam, Pak Wildan banyak memberikan nasihat kepada anak-anak muda itu, yang tak lama lagi akan bergabung di korps pengadil.

Para cakim pun tanpa sungkan dan malu mengajukan pertanyaan atau komentar. Suasananya betul-betul cair. Tidak ada sekat antara kedua belah pihak. Padahal secara administrasi kepegawaian, jarak antara keduanya terbentang cukup jauh. Pihak yang pertama golongan IVe dan pihak yang kedua golongan IIIa.

“Jadi, Bapak ini sebenarnya sakit apa?” tanya Achmad Iftauddin menjelang pamitan, yang mengundang tawa Pak Wildan, istrinya dan para cakim. Cakim PA Surakarta asal Demak itu baru menanyakan perihal sakit Pak Wildan di menit-menit terakhir sebelum pulang, karena dari awal mantan KPTA Bengkulu itu tak terlihat seperti orang sakit.

Menjawab pertanyaan tersebut, istri Pak Wildan menjelaskan bahwa mantan Sekretaris Umum PP Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) itu kecapekan setelah menjalani aktivitas yang cukup padat baik di kantor maupun di luar kantor. Termasuk melaksanakan ibadah umrah di Tanah Suci baru-baru ini dan juga mengebut penyelesaian disertasi di Unisba Bandung.

“Ini untuk pertama kalinya saya sakit di rumah sakit. Semoga ini menjadi yang terakhir,” harap pria kelahiran Banyuwangi, 66 tahun yang lalu.

Sebelum beranjak dari ruang perawatan, para cakim menyampaikan terima kasih kepada Pak Wildan atas nasihat-nasihatnya dan mendoakan segera pulih seperti semula. “Mudah-mudahan Bapak selalu sehat dan panjang umur, sehingga bisa terus mengabdi untuk bangsa dan negara, khususnya untuk peradilan agama,” kata Abu Jahid Darso Atmojo memimpin doa.

Kunjungan besuk para cakim PA Surakarta siang itu melengkapi kunjungan para hakim dan pegawai PA-PA se-Jawa Tengah sebelumnya. Di hari yang sama, kemarin, beberapa hakim dan pegawai PA Surakarta juga kembali membesuk Pak Wildan. Semua datang untuk menunjukkan kepedulian, simpati dan rasa memiliki, serta mendoakan supaya mantan Ketua PA Surakarta itu lekas sembuh sehingga dapat beraktivitas seperti biasa. (fahr)

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice