logo web

Dipublikasikan oleh izur pada on .

Pada hari Jumat tanggal 17 Oktober 2025, seusai pelaksanaan shalat Ashar berjamaah, kegiatan rutin Tausiah Jumat Sore kembali dilaksanakan di Musholla Al-Mahkamah. Kali ini tausiah disampaikan oleh Drs. H. Hudri, SH., M.H., dengan tema utama: "Ciptakan kemauan dalam setiap kesehatan dan kesempatan."

Dalam ceramahnya, beliau mengingatkan jamaah tentang betapa besarnya nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada manusia. Bahkan, jika seluruh ranting di muka bumi dijadikan pena, dan seluruh air dijadikan tinta, tetap tidak akan mampu untuk menghitung seluruh nikmat-Nya. Bahwa apapun yang diciptakan Allah dalam tubuh manusia, tidak ada yang sia-sia. Contohnya, alis dan bulu mata bukan hanya memperindah wajah, tetapi juga memiliki fungsi penting untuk menyaring keringat agar tidak masuk ke mata.

Beliau juga menyinggung ayat dalam Surat Al-Baqarah ayat 260 yang artinya :

"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, 'Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.' Allah berfirman, 'Belum percayakah engkau?' Dia (Ibrahim) menjawab, 'Aku telah percaya, tetapi agar hatiku tenang.' Dia (Allah) berfirman, 'Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Setelah itu letakkanlah di atas masing-masing satu bukit dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan segera.' Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."

Tentang bagaimana Allah menunjukkan kuasa-Nya menghidupkan sesuatu yang telah mati. Ini tercermin dalam perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih empat jenis unggas, mencincangnya, dan meletakkannya di tempat terpisah, lalu memanggilnya kembali dan unggas-unggaspun hidup kembali.

Empat jenis unggas tersebut, menurut beliau, mencerminkan sifat-sifat manusia yang harus diwaspadai :

  1. Ayam jago, suka membanggakan diri meskipun telah berbuat salah.
  2. Merpati, mencerminkan manusia yang mengejar dunia dan materi.
  3. Gagak, menggambarkan orang yang suka menyusahkan dan "memakan" sesama.
  4. Merak, simbol dari kesombongan, suka pamer, dan riya.

Beliau menekankan bahwa riya merupakan bentuk syirik kecil yang sangat berbahaya. Dalam Al-Baqarah ayat 264 yan artinya :

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu membatalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia, dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaannya seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, lalu ditimpa hujan lebat, maka bersihlah ia (dari tanah itu). Mereka tidak memperoleh sesuatu pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir."

Dijelaskan bahwa orang yang menyebut-nyebut kebaikannya akan kehilangan pahala amalnya. Amal tersebut akan terhapus seperti tanah di atas batu licin yang tersapu air hujan.

Kalau kita riya, maka itu akan menyebabkan:

  1. Syirik dalam hati (syirik khofi),
  2. Terhapusnya pahala,
  3. Timbulnya azab dari Allah,
  4. Tanda-tanda celaka, menyebut-nyebut kebaikan yang telah dilakukan, tanpa sadar bahwa pahalanya sudah terhapus.

Semoga kita semua termasuk golongan yang masuk surga tanpa hisab, salah satunya adalah mereka yang berjuang fisabilillah. Dengan tausiah ini, semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dan meningkatkan keikhlasan dalam setiap amal ibadah kita.

 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice