Ceramah Agama MS Aceh : Pertahankan Iman sampai akhir hayat
Banda Aceh | ms-aceh.go.id
Sebagaimana biasanya, pada setiap hari Jum’at ba’da shalat Ashar dilaksanakan ceramah agama yang bertempat di mushalla Mahkamah Syar’iyah Aceh. Kegiatan ceramah tersebut dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, Hakim Tinggi, pejabat struktural dan fungsional serta pegawai lainnya.
Yang tampil sebagai penceramah pada hari Jum’at tanggal 19 April 2013 adalah Ustadz Muhammad Zaidi. Dalam ceramahnya, Ustadz kita ini menyampaikan tentang iman. Ustadz menjelaskan bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang, bahkan dapat habis sama sekali alias menjadi orang yang tidak beriman.
“Iman harus selalu dipelihara dan dijaga serta dipupuk agar iman selalu bertambah,” kata Ustadz mengingatkan.
Dalam uraiannya, Ustadz mengatakan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan bukanlah pada harta, rumah dan jabatan, tetapi bahagia itu tergantung iman. Orang beriman akan selalu bahagia apabila ia dapat beribadah kepada Allah sebagai wujud dari iman yang ada dalam hatinya. Raja sekalipun belum tentu bahagia apabila ia tidak beriman, oleh karena ia akan selalu berusaha menambah kekuasaannya tanpa batas.
Sebaliknya, rakyat jelata miskin dan papa akan merasa bahagia karena iman yang bersemi dalam hatinya. Ia bersyukur atas anugerah dan rezeki yang diberikan Allah kepadanya seberapapun jumlahnya.
“Apabila ada iman dalam hati kita, maka hidup ini akan terasa bahagia, hidup terasa tenteram dan selalu bersyukur kepada Allah,” tandas Ustadz.
Dalam paparannya, Ustadz mengingatkan agar selama hidup ini harus memelihara iman. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, mulai lahir sampai meninggal, iman tetap terpelihara.
Seorang anak yang baru lahir supaya diazankan di telinganya sekalipun anak tersebut tidak faham dan tidak mengerti makna dan arti azan tersebut. Azan tersebut dimaksudkan sebagai pengenalan iman kepada Allah, sebab iman itu dari ayunan sampai liang lahat.
Untuk menjaga iman agar tetap terjaga dengan baik, maka harus diperbanyak tahlil, bahkan ada yang berpendapat bahwa orang yang sudah meninggalpun tetap dibacakan tahlil dengan cara talqin.
Ustadz menceritakan pengalaman Umar RA ketika melakukan ronda tengah malam dan menemukan satu rumah buruk yang dihuni oleh seorang Ibu dan seorang anak perempuan. Ibu dan anak tersebut berprofesi sebagai penjual susu segar.
Ibu meminta anaknya untuk mencampur susu yang akan dijual dengan air agar keuntungan berlipat ganda, tapi anak menolak dengan alasan perbuatan tersebut adalah dosa.
Lalu Ibu menjelaskan bahwa perbuatan mereka tidak ada yang mengetahui dan tetap meminta anaknya mencampur susu dengan air. Anaknya menjawab, memang betul perbuatan kita tidak ada yang mengetahui, tapi bagaimana dengan Allah, kata anak dengan nada bertanyak.
Mendengar pembicaraan antara Ibu dan anak tersebut, Umar merasa kagum dan memuji keimanan seorang anak yang mempertahankan prinsifnya untuk tetap menjaga iman agar tidak tergoda dengan hal-hal yang bersifat duniawi.
Dalam akhir cerita Ustadz, anak Umar menikah dengan anak perempuan tersebut karena tertarik dengan iman sekalipun berasal dari keluarga miskin.
Ustadz menjelaskan bahwa saat sekarang ini umat semakin jauh dari ajaran agama, karena imannya tipis. Oleh karena itu Ustadz mengajak jamaah agar selalu menjaga iman yang diwujudkan dengan imal ibadah. “Mari kita memelihara iman, Insya Allah akhir hayat kita husnul khatimah,” kata Ustadz seraya menutup tausiyahnya.
(AHP)