Akhir Tahun, PTA Medan Diselimuti Duka
Medan | www.pta-medan.go.id
Belum kering air mata duka dan kesedihan serta doa mengiringi kepergian Pak Harean Rambe, menyusul lagi berita duka kepergian Pak Darsono, Wakil Sekretaris Pengadilan Tinggi Agama Medan yang oleh teman-teman kerja sering dipanggil Pak De. Berita duka itu saya terima susul menyusul dari beberapa pegawai PTA Medan, melalui SMS dan telepon seluler sekitar jam 20.00 wib malam senin tanggal 24 desember 2012.
Teman-taman di PTA Medan dengan suara terbata-bata mengabarkan bahwa Pak Darsono telah menyusul Pak Rambe menghadap Sang Pencipta, beberapa menit yang lalu di RS permata Bunda setelah dirawat beberapa saat. Inna lillahi wa Inna Ilaihi rajiuun. Bagitulah takdir dari Yang Maha Kuasa, bisik saya dalam hati.
Ketika itu saya sedang berlibur di Banda Aceh. Memang sudah dua hari langit kota Banda Aceh diselimuti awan mendung dan sesekali hujan gerimis membasahi rumput-rumput di bumi Serambi Mekkah, seperti memberi isyarat ikut berduka bersama warga Peradilan Agama di sumatera utara.
Berita duka tersebut sungguh sangat mengejutkan warga peradilan Agama di Sumatera Utara. Betapa tidak. Dua hari sebelumnya keluarga besar PTA Medan baru saja kehilangan untuk selamanya, sejawat tercinta Pak Drs.Harean Rambe, Wakil Panitera PTA Medan. Ia meninggal dunia di pagi subuh tanggal 22 desember 2012 pukul 06.00 WIB setelah beberapa hari dirawat di RS Haji Medan. Inna lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun.
Dua hari sebelumnya saya sempat menjenguk Pak Rambe diruang ICU. Pak Rambe masih mengenal saya dan dengan suara sedih ia berkata, “Sudah habis saya, Pak. Kaki tidak bisa bergerak lagi.”
”Sabar,” jawab saya menghibur.
“Insya Allah nanti sembuh. Abang tidak usah bersedih. Banyaklah berzikir,” nasehat isterinya yang berdiri disamping saya.
Pak Rambe pun mengikutinya dengan mengucapkan La Ilaha Illallah beberapa kali. Tak lama kemudian dua orang anaknya yang masih berumur sekitar delapan tahun mendekapnya dan Pak Rambe pun mencium dua anaknya sepuas-puasnya sambil meneteskan air mata.
“Baik-baik, Nak, ya. Rajin belajar dan jangan lupa mengaji,” Pak Rambe menasehati kedua putrinya, sambil berbaring dengan pelan dan lembut.
Warga peradilan agama di Sumatera Utara tentu banyak sekali memiliki kenang-kenangan indah bersama Pak Rambe dan Pak Darsono, apalagi keduanya memang sudah lima tahun lebih menduduki jabatan struktural sebagai Wakil Panitera dan Wakil Sekretaris di PTA Medan. Dua-duanya dikenal sebagai pegawai yang baik hati dan jujur. Lembut dalam bertutur kata dengan sesama karyawan, hormat kepada yang lebih tua, disiplin dan mandiri dalam bekerja serta memahami bidang tugasnya dengan baik.
Pak Rambe hidupnya sangat sederhana. Ia menempati sebuah rumah kecil (RS) di kawasan tembung pinggiran Kota Medan. Bertahun-tahun ia hanya mengendarai sepeda motor dari rumah ke Kantor dengan jarak tempuh hampir satu jam. Namun ia tidak pernah terlambat tiba di Kantor. Pak Rambe tidak pernah mengeluh meminta mobil dinas, meski temannya disekretariat (Kasubbag Umum dan Keuangan) telah mendapat fasilitas mobil dinas.
Pada saat jam kerja ia selalu berada di ruang kerja dan seperti tidak berhenti bekerja, tidak pernah saya melihat ia tidur-tiduran di kursi kerjanya, karena ia memang tekun dan memahami bidang tugasnya dengan baik. Ia memahami admin perkara, Teknologi Informasi dan ia juga termasuk orang yang ahli ilmu hisab.
Pak Rambe lahir 51 tahun yang lalu di Desa Sipiongot. Sebuah desa terpencil di Tapanuli Selatan. Setiap tahun Pak Rambe berusaha pulang bersama isterinya menjenguk Ibundanya yang sudah berusia 93 tahun disana, meski untuk mencapai desa kelahirannya harus berjalan kaki 24 jam. Begitu cerita isterinya ketika kami takziah dirumah duka beberapa hari yang lalu.
“Pak Rambe menjadi tulang punggung bagi keluarga di kampung dan kematian Pak Rambe sampai hari ini masih kami rahasiakan kepada Ibunya, karena kami takut ibundanya shok nanti,” tutur sang istri. Wah memang benar, jangankan bagi keluarga di kampung, di PTA Medan pun begitu perannya.
Pak Rambe selalu aktif dan berperan dalam berbagai kegiatan di Pengadilan Tinggi Agama Medan. Ketika PTA Medan melaksanakan studi banding ke Malaysia, Singapura dan Thailand beberapa bulan yang lalu Pak Rambe juga ikut bersama, meski membayar sendiri. Demikian pula pak Darsono juga ikut dalam rombongan studi banding tersebut. Siapa pernah menyangka, kalau itu adalah perjalanannya yang pertama dan itu pula perjalanannya. Yang terakhir ke luar Negeri.
Almarhum meninggalkan seorang isteri (Yusniar Hasibuan) dan 5 orang anak yaitu: Syaiful Hasbi, Hamdan Yuafi, Khairunnisa, Adnes Halomoan, Febrina Sari.
Anak Polisi
Pak Darsono atau Pak De adalah anak seorang pensiunan polisi. Ibunya telah meninggal ketika Darsono masih kecil, pada saat ibunya melahirkan anak yang ke-10. Ketika kami takziah kerumahnya hampir seluruh saudaranya hadir, menyambut kadatangan kami, karena memang rumah mereka berdekat dekatan dalam satu komplek di jalan SM Raja medan. Tidak sulit untu berkumpul. Ke sepuluh bersaudara mereka sangat kompak dan saling membantu dalam berbagai hal, karena mereka sama-sama pernah merasakan kehilangan ibu, ketika mereka masih kecil.
Hari Kamis pagi tanggal 20 Desember 2012 saya masih sempat bertemu dengan Pak De di ruang kerjanya bersama Ibu Umaida. Ia mengaku sudah sehat, meski dua minggu yang lalu ia sempat dirawat di RS Permata Bunda Medan karena serangan stroke ringan.
“Untung saya cepat mendapat pertolongan, Pak, bukan seperti Pak Rambe,” katanya, kepada kami.
“Alhamdulillah kalau begitu. Namun kita harus tetap berhati-hati menjaga makanan dan harus berusaha untuk berolah raga setiap hari, bila ada waktu, Ibu Umaida menasehati.
Senin, 24 Desember 2012 pagi, Pak De masih sehat dan masih masuk kerja di PTA Medan, meski hari libur, karena ada tugas yang perlu diselesaikan terutama yang menyangkut laporan keuangan. Ia juga sempat mengajak Sdri Umaida—Kasubbag Kepegawaian—untuk ikut serta, namun Sdri Umaida tidak dapat hadir, karena kebetulan sudah duluan berangkat keluar kota bersama keluarga. Ketika pulang sore hari Pak De masih mengenderai mobil sendiri dan sampai di rumah dengan selamat tanpa keluhan apa-apa.
Menurut informasi setelah menunaikan shalat magrib Pak De mengeluh sakit dada yang tetahankan dan minta segera dibawa ke rumah sakit. Tidak lama keluarga memberi pertolongan dan membawanya ke RS Permata Bunda yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Demikian cerita keluarga kepada kami.
Pak Darsono tidak meninggalkan isteri dan anak, karena meski sempat menikah,namun rumah tangganya tidak bertahan lama. Pak De sudah berpisah dengan isterinya beberapa tahun yang lalu.
Selamat jalan Pak Rambe dan Pak De. Kami senantiasa mengenang jasa-jasamu dan amal baktimu untuk Pengadilan Agama. Semoga Allah mengampuni segala dosa engkau berdua dan Allah juga memberikan tempat terbaik di Syurganya. Amin.
(Abdira)