MENJAGA WORK LIFE BALANCE:
WUJUDKAN KESEIMBANGAN ANTARA HIDUP DAN PEKERJAAN
oleh:
Drs. H. Muchlis, S.H., M.H
Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI
Tidak sedikit orang lupa akan kehidupannya sebab terlalu berlebihan dalam bekerja, tepatnya karena tidak disiplin dalam menyelesaikan perkerjaan. Akibatnya, pekerjaan menjadi menumpuk, sehingga harus dikerjakan dalam sekali waktu. Fenomena tersebut kerap kita jumpai, termasuk di lingkungan kerja kita. Jika hal itu tidak diantisipasi dengan baik, maka dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan juga dapat menyebabkan stres yang berlebih.
Stres (depresi) merupakan hal berbahaya yang dapat dialami setiap pegawai, terutama aparatur pengadilan yang setiap harinya menghadapi berbagai persoalan masyarakat. Stres dapat disebabkan oleh berbagai keadaan, mulai jadwal kerja yang padat, paparan radiasi yang berlebihan dari penggunaan gadget dan komputer, serta tekanan dari permasalahan pribadi. Karena itu, menjaga work life balance (keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi) menjadi sangat penting untuk menghindari permasalahan ini.
Work life balance merupakan suatu prinsip dimana harus ada keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan di luar pekerjaannya. Dalam Islam, prinsip work life balance sama halnya dengan konsep hablu minallah dan hablu minannas sebagaimana dalam hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Radiallahu ‘Anhu sebagai berikut:
اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
Yakni hadis dengan mengusung konsep keseimbangan dalam menjalani hidup. Memaknai hadis tersebut Imam asy-Sya’rawi menjelaskan bahwa janganlah kita terlalu berambisi mengejar dunia karena sesungguhnya kehidupan akhirat adalah yang abadi. Dalam cakupan yang lebih luas, di satu sisi kita harus menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, di sisi lain kita pun dituntut untuk memaksimalkan hubungan baik dengan sang pencipta. Karena itu, jangan sampai demi mengejar target pekerjaan, ibadah dilalaikan, pun halnya dengan keluarga yang di nomor duakan.
Ketika saya menjadi pimpinan di pengadilan tingkat pertama, saya mendapati seorang pegawai yang selalu bekerja, padahal istrinya sedang sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Waktu itu langsung saya tegur pegawai tersebut. Dan saya memerintahkannya mengambil cuti untuk mendampingi istrinya. Saya menyadari bahwa pada dasarnya kita bekerja itu untuk meraih kebahagiaan dan ketenangan, baik di dunia maupun di akhirat.
Bagaimana mungkin kita dapat meraih dua hal tersebut jika kita melalaikan kehidupan keluarga sendiri kita. Karena itu, saya sependapat dengan nasihat dari salah satu Muffasir kita, Bapak Quraish Shihab yang menyatakan bahwa: “Ingat, harus seimbang. Jangan sampai hanya memperhatikan pekerjaan tetapi melupakan keluarga,"
Menciptakan work life balance dapat memberikan beragam manfaat bagi kita, khususnya dalam menjaga kesehatan mental, sehingga terhindar dari stres berlebih (depresi). Untuk meraih work life balance tersebut, terdapat beberapa hal yang bisa kita lakukan, yaitu:
Memperbaiki Niat
Hal utama yang perlu kita lakukan ialah dengan meluruskan niat. Tancapkan dalam hati bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan merupakan bentuk manifestasi amal saleh serta bagian dari pelaksanaan amanah yang diberikan melalui jabatan yang kita emban. Jalankan pekerjaan dengan penuh rasa ikhlas. Artinya, lakukan pekerjaan tanpa mengharapkan sesuatu yang lain, seperti reward, promosi, kemasyhuran, dan lainnya. Sebab, bila kita tuntaskan pekerjaan dengan sebaik mungkin, maka pengakuan akan datang dengan sendirinya, tanpa harus kita kejar secara berlebihan. Ikhlas merupakan aspek penting dalam melaksanakan pekerjaan, karena ketika ikhlas itu kita pegang, maka kita akan mampu mengerahkan kemampuan terbaik yang kita miliki.
Jangan Menunda Pekerjaan
Tidak menunda pekerjaan (prokrastinasi) adalah cara efektif untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. “Lebih cepat, lebih baik” adalah prinsip yang paling pas untuk kita pegang dalam melaksanakan setiap pekerjaan. Karena itu, memanfaatkan waktu sebaik mungkin adalah kunci utamanya. Waktu sangatlah berharga, sehingga wajar ada ungkapan “waktu laksana pedang” yang berarti jika kita mampu memanfaatkannya dengan baik, maka ia dapat melindungi pemiliknya, namun jika tidak mampu memanfaatkannya, maka waktu sendiri yang akan menebas kita. Atas dasar itulah, maka perlu bagi kita untuk mengatur waktu secara efektif, tidak menunda-nunda pekerjaan, dan manfaatkan setiap momen, detik demi detik, dengan memenuhi tanggung jawab. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk membuat list pekerjaan apa saja yang harus dilakukan. Dengan begitu, kita akan lebih mudah dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Luangkan Waktu untuk Bermuhasabah
Sesibuk apa pun pekerjaan yang harus kita tuntaskan, jangan lupa kalau kita juga berhak untuk menikmati hidup. Jangan sampai terlalu fokus bekerja tanpa istirahat. Pastikan luangkan waktu sejenak untuk diri sendiri dan keluarga. Di sela waktu tersebut, cobalah untuk bekontemplasi, bermuhasabah, dan menguatkan kembali hubungan dengan sang pencipta. Sebanyak apa pun perkerjaan, jangan sampai kita melewatkan untuk shalat malam, membaca al-Qur’an, dan ibadah lainnya yang dapat memperkuat hubungan kita dengan Allah.
Batasi Penggunaan Gagdet
Meskipun memberikan banyak manfaat, terkadang gadget juga memberikan dampak buruk untuk penggunanya. Bagi para pegawai, menggunakan gadget secara berlebihan dapat memengaruhi keseimbangan hidup. Disadari atau tidak, gadget dapat mengganggu dan menyita waktu penggunanya untuk bekerja, bersosialisasi, hingga beristirahat. Karena itu, batasi penggunaan gadget secara berlebihan. Terlebih, bagi aparatur peradilan telah terdapat himbauan dari pimpinan untuk bijak dalam menggunakan sosial media.
Jakarta, 23 Agustus 2024