SPIRITUALITAS PASKA RAMADHAN
Oleh: Drs. H. Abd. Salam, S.H. M.H.
(Wakil Ketua PA Mataram)
Jika Islam diibaratkan sebuah pohon, maka akarnya adalah tauhid (akidah). Batangnya adalah syariah. Ranting dan dahannya adalah muamalah. Dari situ akan muncul buah yang bernama akhlak. Konsep metaforis Islam sebagai pohon, dari akar, batang, dahan, ranting dan buah itu merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan. Begitulah metafora yang agaknya mudah difahami dalam menggambarkan agama kita ini.
Islam bukan pohan yang tanpa buah. Dalam Al-Qur-an disebutnya sebagai “ka syajaratin zaitunatin la syarqiyah wala gharbiyah”. Ia adalah pohon yang menaungi siapa saja yang membutuhkan tempat berteduh yang membuat orang yang memandangnya tampak indah mempesona sekaligus bisa menyajikan buah yang ranum menarik hati, karena yang kelihatan itu pada buahnya. Singkatnya ada dua aspek yang menjadi tolok ukur keindahan Islam, yaitu ibadah dan akhlak.
Ibadah adalah serangkaian ritual ‘ubudiyah yang ditujukan kepada Allah SWT bersumber pada nash yang tegas (sharih) baik dari Al-Qur-an maupun As-Sunnah. Sedangkan akhlak adalah buah dari penanaman nilai-nilai dalam ritual ‘ubudiyah yang membentuk karakter seorang muslim. Al-Ghazali mengatakan ‘ubudiyah hakikatnya berfungsi sebagai madrasah pembentukkan akhlak manusia yang dalam Al-Qur-an berkali-kali disebut “la’allakum tattaquun”. Taqwa atau norangnya disebut muttaqiin adalah personifikasi dari manusia yang berkarakter dan kepribadian paripurna. Sejumlah ayat Al-Qur-an menyebutkan beberapa karakteristik muttaqin, antara lain dermawan, sabar tidak mudah marah, mudah memberi dan minta ma’af dan lain-lain. Bersikap dan berbuat adil adalah pertanda orang yang bertaqwa. Allah menyatakan “I’diluu huwa aqrabu li at-taqwa”.
Selengkapnya KLIK DISINI