logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on . Dilihat: 1292

RAMADHAN MENGUSUNG TIGA JENIS PEMBELAJARAN

Oleh : M. Zakaria

(Hakim Pengadilan Agama Pekanbaru/Mahasiswa S3 UIN Suska)

         Setidak-tidaknya ada 3 (tiga) pembelajaran yang diberikan oleh ramadhan seyogyanya membekas dalam jiwa dan mebawa perubahan dan perbaikan pada akhlak dan perbuatan dari tahun ketahun, yauitu sebagai beirkut :

PERTAMA : POLA HIDUP SEDERHANA ATAU ZUHUD

Ketika berpuasa kita mampu menahan untuk tidak makan dan tidak minum pada siang hari, meskipun kita memiliki dan menyimpan makanan dan minuman di rumah kita. Kita mampu menahan diri meskipun kita memilikinya. Seiring dengan itu dalam suasana yang lapar dan merasakan kesusahan, kita disuruh banyak bersedekah dan berbagi dengan mereka yang kekurangan. Hal ini mengajarkan kita untuk membiasakan diri bisa berpola hidup sederahana, meskipun kita memiliki harta yang berlimpah. Inilah yang disebut zuhud di dalam Islam. Zuhud bukan berarti miskin,  tetapi karena kaya tetapi mampu dikendalikan. Orang yang berpola hidup sederhana atau zuhud ini, mampu mengendalikan dirinya untuk tidak berfoya-foya dan bermewah-mewah dalam

hidupnya meskipun ia sanggup melakukannya karena dia memiliki harta untuk itu. Orang yang berpola hidup sederhana atau zuhud ini menginfakkan dan mensedekahkan kelebihan hartanya yang diluar keperluan pokoknya  untuk orang lain yang lebih membutuhkan, untuk belanja-belanja di Jalan Allah. Membantu perjuangan lembaga-lembaga Islam dan kemaslahatan umat lainnya. Orang yang berpola hidup sederhana / zuhud ini menganggap harta miliknya adalah titipan Allah yang harus diditribusikan lewat dirinya untuk kepentingan masyarakat dan kepentingan perjuangan Islam yang lebih besar;

Lihatlah contoh sahabat-sahabat dan generasi  pertama Rasul yang hidup sederhana tetapi selalu murah hati, dan mereka adalah orang-orang yang kaya. Lihatlah Abu Bakar Shiddiq, Usman bn ‘Affan dan Umar bin Abdul Aziz

Islam tidka melarang kita untuk kaya dan menikmati harta kekayaan kita. Islam bahkan menyuruh kita untuk mencari nafkah dan menjadi kaya dengan jalan yang halal. Yang dibenci adalah sikap hidu berfoya-foya dan bermewah-mewah, serta perilaku mubazir. Itulah pelajaran pertama dari Ramadhan.

KEDUA ; MENGENDALIKAN NAFSU, EMOSI DAN EGO

Ketika puasa kita disuruh untuk mengendalikan nafsu, emosi dan ego kita. Menahan amarah. Berlaku adil dan tidak bebruat sewenang-wenang, meskipun kita bisa marah dan bisa bebruat sekehendak hati kita karena kita punya kuasa. Kebiasaan menahan nafsu, emosi dan ego kita terus dibawa di luar ramadhan.

Nabi bersabda : Orang Yang kuat bukanlah orang menang ketika bergulat. Tetapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menahan amarah. Bahkan Rasul menjanjikan surge sebgaai balasan bagi orang yang bisa menahan marahnya: la tghdab walakal jannah (Janganlah marah… bagimu surga….)

Sungguh banyak malapetaka, kekacauan, fitnah, dan bahkan peperangan yang ditimbulkan dari akibat individu yang suka mengumbar marah. Lekas marah adalah sikap syaithon yang berasal dari api. Individu yang suka marah, tidka akan disenangi oleh orang lain. Kepala keluarga yang suka marah, maka keluarganya tidak akan bahagia. Seorang ibu yang suka marah kepada suami dan anak-anaknya akan jauh dari kasih saying. Pemimpin yang suka marah tidak akan sukes dalam memimpin bawahannya, baik di perusahaan maupun di pemerintahan. Sifat pemarah hanya akan menghabiskan energi kita dan  menumpuk penyakit didalam diri kita. Sebaliknya sifat penyabar, pemaaf dan pengendalian diri akan mmebuat fisik dan jiwa kita sehat lahir dan bathin.

Alllah Swt juga menyuruh kita untuk berlaku adil dan tidak sewenang-wenang. Mereka yang terbiasa mengendalikan dirinya di bulan ramadhan, diharapkan juga mampu untuk mengendalikan kekuasaan dan kewenangan yang ada pada dirinya untuk bisa bebruat adil dna tidak sewenang-wenang.. Hua Aqrabu Littaqwa.. Berlaku adillah karena ianya akan mendekatkan diri kita kepada ketaqwaan.

Kepada kita  yang memiliki kekuasaan, memiliki kekuatan, memiliki kewenangan, memiliki kemampuan apa saja, pada level dan tingkatan mana saja kita berada. Hendaklah kita bebruat adil dan tidak sewenang-wenang. Allah berfirman yang artinya : Janganlah kebencianmu kepada suaut kaum, mendorongmu untuk tidak bebruat adil.. berlaku adillah.. adil itu dekat kepada taqwa…. 

KETIGA : TERBIASA DISIPLIN DAN BERSIFAT AMANAH

Ketika berpuasa kita terbiasa untruk disiplin dan serius untuk bersifat amanah, jujur, tidak mencuri-curi untuk makan dan minum, meskipun tidak ada orang yang tahu. Tetapi kita yakin, bahwa Allah melihat dan memperhatikan kita. Ini adalah latihan dan pembiasaan kita untuk berperilaku amanah dan jujur di dalam kehidupan kita.

Perilaku amanah inilah yang akan memajukan umat Islam dan bangsa Indonesia di tengah-tengah keterpurukannya saat ini, Perilaku amanah dan jujur inilah yang akan menciptakan Lembaga Peradilan terbebas dari Zona Korupsi 

Kalau kita masing-masing bekerja dan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang diamanahkan kepada kita, menjalankan fungsi kita masing-masing, insya Allah bangsa kita, Lembaga Peradilan kita alkan cepat maju , Tetapi kalau masing-maisng kita tidak amanah. Yang kecil  tidak amanah, tidak bisa dipercaya, sring menipu. Maka Yang besar dan berkuasa begitu pula, tidak amanah dan suka berbohong. Kalau masing-masing kita tidak menjalankan kewajiban kita masing-masing dengan sepenuh hati, Tunggulah kehancurannya.

Mudah-mudahan ibadah Ramadhan 1438 yang dijalani ini bisa membentuk kita menjadi orang-orang yang pemurah, amanah dan mampu untuk mengendalikan amarah.

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice