RAMADHAN MEMBENTUK INSAN PERKASA
Oleh : H. A, Zahri, S.H, M,HI
Ibadah Ramadhan (bahasa baku: Ramadan) merupakan program yang langsung dirancang oleh Allah swt. untuk membentuk pribadi-pribadi Mukmin yang perkasa. Ritual-ritual Ramadhan bila dilaksanakan atas dasar iman dan penuh kesadaran ikhlas semata karena Allah swt. dan sesuai petunjuk Rasulullah saw. akan memberikan sentuhan dan energi transformatif yang segnifikan terhadap setiap Mukmin. Sentuhan Ramadhan dalam lintasan sejarah telah menghasilkan generasi yang unggul (khaira ummah) dan insan kamil , seperti para sahabat Rasulullah saw dan generasi penerusnya, semisal: Umar bin Abdul Aziz, Muhammad Al Fatih, Shalahudin Al Ayubi, dan berbagai nama besar lainnya.
Telah mafhum, bahwa hasil akhir yang diharapkan setelah melalui puasa dan ibadah lainnya di bulan Ramadhan adalah menjadi insan yang bertaqwa (bhs baku: takwa). Tidak ada takaran atau standart keunggulan manusia yang lebih hebat daripada standart taqwa. Firman Allah swt:
…ِانَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Surah al-Hujurat, ayat 13).
Beberapa makna taqwa dikemukakan oleh para sahabat, antara lain Abdullah bin Mas’ud. Ketika menafsirkan firman Allah surat Ali Imran ayat 102, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya.” Beliau mengatakan,
"أَنْ يُطَاعَ وَلا يُعْصَى، وَأَنْ يُشْكَرَ وَلا يُكْفَرَ، وَأَنْ يُذْكَرَ، وَلا يُنْسَى". المعجم الكبير للطبراني - (7 / 487
“Hendaklah Dia (Allah) ditaati dan tidak dimaksiati, disyukuri dan tidak diingkari, diingat serta tidak dilupakan,.” (ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 7/487). Sahabat yang lain mendefinisikan;
التقوى : فسر بعض الصحابة التقوى بأنها : العمل بالتنزيل والخوف من الجليل والاستعداد ليوم الرحيل -مجلة البحوث الإسلامية - (38 / 179)
Mengamalkan al Qur’an, takut kepada Allah swt dan mempersiapkan diri untuk hari perjalanan ke alam barzah.
Taqwa berada dalam wilayah abstrak, ibarat energi lisrik dalam sistem mekanik, maka yang nampak adalah output dari energi tersebut. Lampu bisa menyala, mesin bisa berjalan, rice cooker bisa panas, kulkas bisa dingin dst. adalah karena ada energi listrik. Nabi mengatakan, “ Taqwa ada disini”, sambil beliau menunjuk ke arah dada tiga kali.
عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ...التقوى ههنا ويشير إلى صدره ثلاث مرات...صحيح مسلم - (4 / 1986)
Dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda,” taqwa ada disini sambil beliau menunjuk ke arah adanya tiga kali” (HR. Muslim)
Yang nampak dari taqwa adalah prilaku dari pemiliknya atau ‘penampakannya’, baik prilaku dalam hubunganya dengan Allah swt maupun dalam hubunganya sesama manusia. Wal hasil, yang kasad mata dari mutaqun adalah sifat-sifat dan ciri-cirinya. Ciri, sifat dan prilaku orang yang bertaqwa telah banyak digambarkan dalam al Qur’an mapun sunah Rasul. Kiranya mudah dicerna dan difahami kalangan awam manakala untuk menggambarkan prilaku orang bertaqwa diformulasikan dalam sebuah kata gaul “ PERKASA” . Meskipun belum memenuhi sebuah kriteria rumusan jami’ wal mani’ , setidak-tidaknya telah memenuhi standar minimal sebuah akronim.ا
Apa itu perkasa? Kata perkasa terdiri dari tujuh huruf, yaitu: P-E-R-K-A-S-A yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. P = PATUH
Ibadah Ramadhan mengajarkan kita kepada kepatuhan, patuh memenuhi perintah Allah swt dan Rasulnya. Kita dilatih untuk tidak makan dan minum serta berkumpul suami-istri yang asalnya di luar Ramadhan merupakan hal yang halal. Kenapa dilarang? Ya, maksudnya untuk melatih diri kita menjadi insan yang taat azas dan hukum. Bukan masalah halal haram yang subtansial, tetapi sejauh mana kita mentaati perintah dan disiplin melakukannya.
Ahlak utama Mukmin-Muslim adalah patuh/taat kepada Allah swt dan RasulNya tanpa pertimbangan untung rugi, tanpa banyak bertanya. Kalau perintaah kita kerjakan sesuai kemampuan maksimal, kalau larangan harus kita tinggalkan secara total. Sesuai Sabda Nabi saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ . [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata : Saya mendengar Rasulullah e bersabda : Apa yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka. (Bukhori dan Muslim)
Tarbiyah Ramadhan harus dapat menghadirkan sifat dan sikap sami’na wa atha’na, (tunduk dan patuh) kepada Allah swt dan RasulNya, juga patuh/taat pada seseorang karena Allah swt dan RasulNya memerintahkan taat pada mereka, misalnya orang tua, ulil amri dsb. Firman Allah swt.
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [النور: 51]
Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh” dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS al-Nûr [24]: 51).
Mampukah ibadah Ramadhan yang telah kita jalani mengantarkan kita menjadi insan yang patuh di tengah godaan dan tantangan semakain berat. Gemerlapnya kehidupan dunia dan semakin kuatnya materialisme, hedonisme telah banyak memakan korban, baik dari kalangan awam maupun agamawan. Demi mengejar harta dan jabatan mereka rela mengingkari norma agama dan norma hukum. Kapatuhan dan ketundukan kepada nafsu bukan kepada perintah Allah swt dan rasulNya. Semoga Ramadhan kita dapat membentengi kita dari kepatuhan terhadap nafsu setan seraya menghadirkan kepptuhan hanya kepada Allah swt.
2. E = EMPATI
Empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Pelajaran yang paling minimal yang dapat kita petik dari Ramadhan adalah lapar dan dahaga. Pelajaran lapar dan dahaga dimaksudkan untuk melahirkan rasa empati..Empati pada saudara-saudara kita yang hidup dalam kekurangan atau yang ditimpa musibah. Empati pada gilirannya akan melahirkan kedermawanan dan kesetiakawanan. Tumbuh semangat gotong royong, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya menyantuni yang papa dsb. Rasul saw. bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم- « مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ الله ُعَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله ُفِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ ... صحيح مسلم - (8 / 71)
“ Barang siapa yang meringankan kesulitan seorang mukmin dari kesulitanya di dunia, maka Allah swt akan menghilangkan kesulitanya di hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan orang yang mengalami kesulitan, Allah akan memudahkanya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang melindungi orang Islam Allah akan melindunginya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hambanya, selama hamba tersebut menolong saudaranya...”
Solidaritas sosial dan kedermawanan dalam Islam adalah nilai utama yang harus ditegakkan. Banyak instrument kedermawanan yang disediakan oleh Islam, mulai yang wajib seperti: zakat, kafarat sumpah, fidyah maupun yang sunah seperti : wakaf, infak, sedekah dsb. Semua instrument itu memiliki nilai tambah jika dilakukan di bulan Ramadhan bila dibanding bulan yang lain. Olehnya, Nabi saw. member contoh kepada kita sebagaimana hadits berikut ini:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم- أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ- صلى الله عليه وسلم - أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ- صحيح البخارى - (1 / 13)
Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah saw. adalah orang yang paling suka berderma, dan paling berdermanya beliau adalah pada bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpai beliau. Ia menjumpai beliau pada setiap malam daribulan Ramadhan [sampai habis bulan itu], lalu Jibril bertadarus Al-Qur'an dengan beliau. Sungguh Rasulullah saw. adalah lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang dilepas."
Empati dikalangan umat dan para pemimpin sudah mulai memudar, sementara individualisme mulai tumbuh subur. Hidup sudah nafsi-nafsi, terkadang dengan tetangga tidak saling kenal, dengan saudara jarang saling bertatap muka karena gadget mengambil alih peran silaturahmi mereka. Di perkotaan atau kawasan perumahan individualisme semakin kentara, yang kaya semakin kaya yang miskin tambah melarat. Mayoritas kita juga mendahulukan kesolehan ritual dan mengerdilkan kesalehan social. Orang bisa umrah dan haji berkali-kali walaupun tetangga dan keluarganya tidak mampu menyekolahkan anaknya, berobat ke rumah sakit dan memenuhi kebutuhan primernya. Semoga Ramadhan yang kita jalani membuka hati kita untuk lebih dekat kepada orang lemah dan yang dilemahkan sebagaimana yang dicontohkan rasulullah saw.
3. R = RAJIN
Rajin adalah perilaku sungguh-sungguh dan giat dalam beraktivitas dan dilakukan secara kontinu/terus-menerus. Dalam bahasa Arab bisa berarti istiqomah atau mujahadah. Rajin bekerja, ibadah, belajar dsb, artinya bersungguh-sungguh tanpa putus dalam bekerja, beribadah dan belajar. Jika dalam belajar terkenal ungkapan rajin pangkal pandai.
Ibadah Ramadhan mentarbiyah kita rajin beribadah: shalat lima waktu berjamaah, shalat tarweh tiap malam, tadarus al Qur’an, iktikaf sepuluh malam terakhir dst. Pendek kata, kita semua lebih rajin beribadah dan beramal di bulan Ramadhan bila dibanding bulan-bulan yang lain. Rasulullahpun demikian, khususnya di malam sepuluh terkhir:
وعن عائشة رضي الله عنها ، قالت : كَانَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - إِذَا دَخَلَ العَشْرُ الأَوَاخِرُ مِنْ رَمَضَانَ ، أحْيَا اللَّيْلَ ، وَأيْقَظَ أهْلَهُ ، وَجَدَّ وَشَدَّ المِئزَرَ . متفقٌ عَلَيْهِ .
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila telah masuk sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka beliau menghidup-hidupkan malamnya - yakni melakukan ibadat pada malam harinya itu, juga membangunkan isterinya, bersungguh-sungguh - dalam ibadat - dan mengeraskan ikat pinggangnya." (Muttafaq 'alaih)
Seyokyanya nilai-nilai ini harus kita pertahankan sepanjang hidup kita meskipun di luar Ramadhan karena agama kita meniscayakan berprilaku rajin dalam kebaikan dan taqwa dan melarang pemeluknya untuk menjadi pemalas.
وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ [آل عمران : 114]
….dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. Sementara kebaikan yang kita kerjakan harus ajek atau terus menerus/rutin, jangan hangat-hangat tahu ayam, sesekali aja dikerjakan dengan jumlah yang banyak, setelah itu berhenti. Tarweh sampai 23 rakaat di bulan Ramadhan, setelah itu tidak sama sekali.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَعِنْدِى امْرَأَةٌ فَقَالَ « مَنْ هَذِهِ ». فَقُلْتُ امْرَأَةٌ لاَ تَنَامُ تُصَلِّى.قَالَ « عَلَيْكُمْ مِنَ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ لاَ يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا ». وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَا دَاوَمَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ .صحيح مسلم (5/ 190)
Dari Aisyah ra. Ia berkata, “ Rasulullah saw masuk ke tempatku dan bersamaku ada seorang perempuan, Belia bertanya, “siapa ini” ? Aku menjawab, “Dia seorang wanita yang tidak tidur semalam karena shalat”. Beliau bersabda,” Beramallah semampumu, demi Allah, Allah swt tidak akan bosan mencatat amalmu sehingga kamu bosan. Sebaik-baik agama (amalan) yang dikerjakan berkelanjutan/rutin oleh pelakunya”.
Semoga puasa yang kita kerjakan dapat member bekas amalan yang kita rutinkan sehingga berlanjut di bulan-bulan berikutnya.
4. K = KOMPAK
Selama Ramadhan kita di-tarbiyah/di-edukasi oleh Allah untuk menjalani hidup secara berjamaah. Shalat berjamaah, tadarus al Qur’an bersama, iktikaf bersama, bahkan buka bersama. Kebersamaan selama Ramadhan diharapkan dapat mempererat silaturrahim/silaturahmi: kekompakan, kegotongroyongan dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ditambah lagi setelah Ramadhan kita punya budaya halal-bihalal, yaitu saling menghalalkan, saling melepas ikatan, meluruskan yang kusut dan memaaafkan. Hal ini sesuai pesan Rasulullah saw:
قَالَ « أَفْضَلُ الْفَضَائِلِ أَنْ تَصِلَ مَنْ قَطَعَكَ وَتُعْطِىَ مَنْ مَنَعَكَ وَتَصْفَحَ عَمَّنْ شَتَمَكَ » مسند أحمد - (33 / 158)
Keutamaan yang paling utama adalah: Sambunglah orang yang memutus hubungan dengan kamu, berilah (sesuatu) kepada orang yang enggan memberimu dan berlapang dadalah (memaafkan orang yang menzalimi kamu. (HR. Ahmad).
Harapan kita semua, setelah Ramadhan dan Idul Fitri hubungan kita menjadi lebih erat, lebih hangat dan harmonis.
5. A = ARIF
Arif maknanya bertindak dengan bijak, penuh pertimbangan dari berbagai aspek dengan matang dan tidak gegabah. Bila kita mampu menahan diri, tidak cepat emosi, bertindak gegabah dsb,itu pertanda kita telah dewasa.. “Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan”, demikian salah satu bunyi iklan rokok. Sejalan dengan sabda Nabi saw :
وعنأبيهريرةرضياللهعنهأنرسولاللهصلىاللهعليهوسلمقال : "ليسالشديدبالصرعة،إنماالشديدالذىيملكنفسهعندالغضب - متفقعليه .
Bukanlah orang kuat itu orang yang mempunyai kompetensi kecepatan penyerangan dalam peperangan, tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan diri.
Puasa yang dalam bahasa Arab disebut siam bermakna menahan diri. Menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu. Dalam berpuasa, kita menahan diri dari makan dan minum dan berkumpul suami-istri, mulai terbit fajar hingga terbenam Matahari selama satu bulan, meskipun ada makanan dan minuman yang kita miliki dan pasangan disamping kita. Menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu amat sangat penting dalam kehidupan bersama. Apalagi menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang akan merusak diri sendiri dan orang lain, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, manipulasi, dan lain-lain.
Akhir-akhir ini kita dikatakan bangsa yang suka bertengkar/konflik, termasuk umat Islam dengan umat Islam sendiri. Karena hal-hal sepele terjadi tawuran massal, antar kampung, antar pelajar, antar mahasiswa yang notabene–nya kelompok intelektual , bahkan, yang ironis terjadi di lembaga DPR-RI, hanya karena rebutan ketua komisi terjadi baku pukul.. Padahal Allah telah memberikan warning dalam Al Anfal ayat 46:
وَأَطِيعُوا الله َ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ الله َ مَعَ الصَّابِرِين
Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Kita berharap dengan ibadah Ramadhan yang baru saja berlaku membuat kita semakin arif , dewasa dan bijak.
6. S = SABAR
Sabar merupakan potensi diri untuk mengapai kesuksesan demi kesuksesan. Oleh karenanya dalam banyak ayat dan hadist, Allah dan rasul-Nya mengharuskan adanya kesabaran dalam menjalani kehidupan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ [البقرة : 153]
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
وَقالَ تَعَالَى : إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب [ الزمر :10 ]
Bahwasanya Allah swt menyempurnakan pahala orang yang sabar tanpa batas”.
Ibadah puasa memberikan pelajaran yang berharga agar kita sabar meniti tahapan kehidupan , dengan berlapar-lapar, berdahaga mulai terbit fajar hingga terbenam matahari.. Intinya kita dilatih sabar menjalani ketaatan meskipun aral melintang.
Fakta di lapangan sering memperlihatkan betapa kita sebagai orang yang tidak sabar dan suka jalan pintas atau hal-hal yang instan. Indikasinya: korupsi merajalela, bahkan dilakukan dengan berjamaah dan terstruktur, baik di lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif bahkan di lembaga NGO/LSM. Pemalsuan tidak kalah marak, mulai pemalsuan uang, ijazah, obat-obatan, bahkan gigi palsupun ikut dipalsu pula. Demikian pula pembajakan hak cipta/hak kekayaan intelektual: pembajakan buku, VCD dan karya seni yang lain. Yang ironis CD/VCD bajakan dijual dihadapan aparat penegak hukum. Belum lagi soal penyelundupan, illegal logging, illegal fishing dsb, telah merambah carut-marutnya negara kita.
Kita berharap puasa yang kita lakukan menambah kesabaran kita dalam menghadapi musibah, menjalankan ketaatan dan menjahui larangaNya.
7. A = AMANAH
Amanah adalah sesuatu yang dititipka kepada orang lain, baik berupa harta maupun non harta dan yang dititipi wajib menjaga kepercayaan saudaranya. Misalnya jabatan yang dititipkan oleh rakyat kepada seseorang maka ia wajib melaksanakan tugas dan tanggungjawab jabatan itu sebagaimana seharusnya. Firman Allah swt:
{إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا } [النساء: 58]
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Puasa Ramdhan mendidik kita agar tetap amanah dalam melaksanakan tugas jabatan, meskipun kita punya kesempatan untuk menyelewang dan menyalah gunakaan jabatan tersebut. Ingat cirri-ciri orang munafik salah satunya adalah tidak menunaikan manat dengan benar.
عن أَبي هريرة - رضي الله عنه - : أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : آيةُالمُنافقِ ثلاثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعدَ أخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,” Tanda orang munafik ada tiga: bila bekata bohong, bila berjanjitidak ditepati dan bila diberi amanat berkhianat”. Insya Allah Shoimin/shoimat menjadi orang yang amanah yang member keuntungan kepada dirinya dan orang lain.
Demikian akronim PERKASA yang menggambarkan ‘keperkasaan’ orang yang telah menjalani ibadah Ramadhan. Akan hadir menjadi insan yang berkarakter mulia: patuh kepada ketentuan agamanya, empati terhadap sesama, rajin dalam menjalankan amal kebajikan, kompak dalam kerjasama untuk kebaikan dan ketaqwaan, arif dan bijak dalam bertindak, sabar dalam menghadapi ujian dan amanah jika menerima kepercayaan. Itulah gambaran manusia taqwa, insan kamil yang senantiasa didambakan oleh Allah swt dan sesama manusia. Semoga kita tergolong hamba-hambanya yang bertaqwa . Amin Ya Rabal Alamin.