Ramadhan dan Pesan Kedamaian[1]
Oleh: Samsul Zakaria, S.Sy.
(Calon Hakim di PA Tanjung)
“Jika seseorang memeranginya atau mencercanya,” sabda Rasulullah SAW, “Maka hendaklah ia berkata: saya sedang berpuasa (inniy shaaim).” Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA tersebut pertama-tama mengabarkan bahwa puasa adalah perisai/tameng (junnah).Karena itulah, orang yang berpuasa (shaaim) hendaknya tidak berkata keji dan kotor. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya untuk menjaga keutamaan dari puasa tersebut.
Spirit “inniy shaaim” ini nampaknya menarik untuk terus dirayakan meskipun nantinya Ramadhan ini pasti berakhir. Pasalnya, puasa yang baik adalah puasa yang membawa dampak positif (atsar iijabiy) ketika kita sudah tidak lagi berada di bulan Ramadhan. Dengan demikian, hasil tempaan “madrasah” Ramadhan ini tetap bertahan di bulan-bulan berikutnya. Syukur-sukur senantiasa melekat sampai bertemu Ramadhan berikutnya.
[1]Artikel ini sebelumnya telah terbit di Buletin Bulanan UII News, Edisi 182, Th. 16, Volume 6, Juni 2018, Hal. 12.
Selengkapnya KLIK DISINI