logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on . Dilihat: 1819

Oleh-oleh KPTA Banjarmasin Kepada PA Rantau

St. Zubaidah

(Hakim PA. Rantau)

 

            Tulisan ini adalah sebagian dari nasihat, motivasi dan pembinaan Ketua PTA Banjarmasin Drs. H. M. Said Munji, S.H., M.H. bersama Panitera/Sekretaris H. Ma'sum Umar, S.H., M.H. dalam acara silaturrahmi dan pembinaan di PA. Rantau pada hari Rabu 29 April 2015 lalu, yang kemudian saya tulis kembali dan sebagian saya tambahkan dari beberapa literatur terkait. Banyak sekali pesan moral dari apa yang disampaikan oleh beliau, sehingga patut dan selayaknya menjadi renungan bagi kita semua, khususnya bagi warga Peradilan Agama.

            Ketua PTA membaca satu ayat Surah Ali Imran yaitu ayat 110 yang berbunyi:

öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3......  

Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” 

 

Dari ayat tersebut, beliau menjelaskan bahwa kalimat Khairu Ummat = sebaik-baik umat, mengandung 5 (lima) nilai dasar (Mabadi’), yaitu Siddiq (jujur), adil (proporsional), amanah (dapat dipercaya), istiqamah (konsisten) dan Al-Ikhwah Wa Ta’awun (solidaritas). Berikut akan dijelaskan satu persatu.

A.  Shiddiq (jujur)

Shiddiq atau jujur diartikan dengan tidak berbohong, tidak curang, tulus dan ikhlas. Menurut beliau seorang muslim apalagi warga peradilan agama  dituntut untuk selalu berada dalam keadaan yang benar baik lahiriyah dan bathiniyah, benar dalam hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Rasulullah saw telah memerintahkan setiap muslim untuk selalu shiddiq (jujur), karena sikap shiddiq (jujur) membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga.

Imam Ghazali menjabarkan ada 6 jenis shiddiq yang perlu direalisasikan dalam diri seorang mukmin agar menjadi mukmin yang sebenarnya, yaitu :

1.  Shidqul Lisan (Benar dalam ucapan)

Ucapan manusia adalah ekspressi yang ada di hatinya. Hati yang baik melahirkan ucapan yang baik. Sebaliknya hati yang buruk mengeluarkan ucapan yang buruk. Apabila hati baik, ucapan yang keluar menjadi baik dan selanjutnya akan mengikuti oleh prilaku yang baik.

2.  Shidqul Niyah dan Irodah (Benar dalam keyakinan dan motivasi)

Nilai perbuatan seseorang tergantung motivasi dan niatnya. Perbuatan yang baik dilandasi dengan niat yang baik dan mengharap ridha Allah maka nilai perbuatan itu menjadi baik, sebaliknya manakala motivasi dan niatnya buruk sekaligus tampak lahiriahnya kelihatan baik, seperti itulah yang  dilakukan oleh orang munafik.  

3. Shidqul ‘Azmi (Benar dalam Tekad)

Untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar tidak cukup dengan adanya keinginan dan motivasi, tetapi harus ditopang dengan tekad yang kuat untuk merealisasikan perbuatan tersebut banyak rintangan, tantangan dan kendalanya.

4.  Shidqul Wafa’ (Benar dalam kesetiaan)

Wafa (setia) adalah sifat ulul albab, orang-orang suci, orang-orang mukmin dan muttaqin yang dipuji didalam Al Qur’an. Ulul albab adalah “orang-orang yang setia memenuhi janjinya kepada Allah dan tidak merusak janji” orang-orang Abror (suci) adalah yang setia menunaikan nazarnya dan takut akan sesuatu hari (kiamat) yang azabnya tersebar dimana-mana .

5.  Shidqul Amal (Benar dalam Perbuatan)

Risalah manusia adalah untuk beramal, berbuat yang shaleh dan positif. “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat amal perbuatannya. (QS. At-Taubah : 105). Amal perbuatan yang benar yang akan menjadi bekal yang membahagiakan manusia kelak di akhirat.” Barang siapa yang lebih berat timbangan amal baiknya maka dia akan mendapatkan kehidupan yang menyenangkan” (101 :7)

 

6.  Shiddiq dalam merealisir tingkatan-tingkatan terpuji.

Mu’min sejati adalah yang dapat mengembangkan seluruh pontensi dan sifat-sifatnya.

Oleh karena itu dalam bekerja seseorang harus jujur dalam berkata ataupun dalam menyelesaikan tugasnya, apapun itu profesi dan bidang tugas kita. Namun saat ini banyak sekali kita lihat orang yang tidak lagi dapat bersikap jujur. Maraknya korupsi, yang dilakukan dilakukan para koruptor yang tak lain adalah pegawai atau pejabat pemerintah. Mereka menggunakan jabatannya untuk dapat mencuri uang negara dalam jumlah miliaran bahkan triliyunan rupiah. Banyak sekali dana (uang) dari pemerintah yang seharusnya diberikan kepada rakyat dan untuk pembangunan negara, malah disalahgunakan untuk kepentingan diri sendiri yaitu untuk memperkaya diri sendiri.

B.Adil (proporsional)

Pengertian adil adalah semua orang mendapat hak dan kewajibannya. Sebagian besar orang mendefinisikan kata ADIL adalah sebagai suatu sikap yang tidak memihak atau sama rata, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang, tidak ada pilih kasih dan masih banyak lagi persepsi yang lainnya.

C.Amanah (dapat dipercaya)

Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam pengertian luas amanah mencakup beberapa hal yaitu menyimpan rahasia dan kehormatan orang lain, menjaga dirinya, menunaikan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah ataupun manusi dengan baik.

Ahmad Musthafa Al-Maraghi membagi amanah kepada 3 macam, yaitu :

1.  Amanah manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara yaitu melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua laranganNya, termasuk di dalamnya menggunakan semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal yang bermanfaat serta mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan, dan maksiat adalah perbuatan khianat kepada Allah SWT.

2.  Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang empunya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya yang merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara keseluruhan. Termasuk pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap masyarakatnya, ulama berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan memberi petunjuk kepada mereka untuk memiliki i'tikad yang benar, memberi motivasi untuk beramal yang memberi manfaat kepada mereka di dunia dan akhirat, memberikan pendidikan yang baik, menyuruh berusaha yang halal serta memberikan nasihat-nasihat yang dapat memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala kejelekan dan dosa serta mencintai kebenaran dan kebaikan.

3.  Amanah manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.

Amanah merupakan landasan etika dan moral dalam melaksanakan tupoksi kita. Dengan amanah akan tercipta kondisi lingkungan kerja yang jujur, dapat dipercaya, transparan dan berlaku adil dalam setiap kerja sama, sehingga tercipta lingkungan kerja yang kondusif, membawa keberkahan kepada pihak-pihak yang terkait dan menimbulkan kemaslahatan bagi umat manusia secara keseluruhan.

D.Istiqamah (konsisten)

  Secara etimologis, istiqomah berarti tegak lurus. Dalam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan. Ibarat berjalan  seorang yang istiqomah akan selalu berjalan kepada yang lurus yang cepat untuk mencapai tujuan yang tercermin dalam perkataan dan  perbuatannya yang benar untuk mensucikan hati dan dirinya.

Orang yang isitiqomah akan mengalami ujian dari Allah, tidak hanya  berupa kesedihan semata melainkan ujian dari Allah termasuk kesenangan. Namun orang yang istiqomah akan tetap teguh dalam mengahadapi kedua ujian terebut, tidak akan pernah mundur terhadap ancaman, kemunduran, hambatan dan lain sebagainya serta tidak terbujuk oleh harta benda, kemegahan, pujian, dan kesenangan.

 

 

E.  Al-Ikhwah Wa Ta’awun (solidaritas)

Solidaritas merupakan sebuah kebersamaan yang terjalin di dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan terhadap sesama, peka dengan lingkungan di sekitar kita, melihat saudara-saudara kita, rekan kerja kita ketika berada dalam kesusahan. Di zaman sekarang memang sangat sulit ditemui hanya segelintir orang yang mempunyai rasa solidaritas tinggi bahkan banyak dalam kehidupan kita sehari-hari banyak kita temui orang yang tidak peka terhadap lingkungan di zaman sekarang.

 

Selanjutnya Ketua PTA, menjelaskan, bahwa untuk dapat mengaplikasikan kelima Mabadi’ tersebut, paling tidak harus memliki INSTRUMEN, yang beliau sebutkan sebagai berikut :

1.  Qawiyu Al-Jasad (tubuh yang sehat)

Sehat adalah anugerah yang tiada terbeli dengan apapun, dengan tubuh yang sehat maka kita dapat melakukan banyak hal. Kita dapat melaksanakan kewajiban kita termasuk pergi ke kantor. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat (MENS SANA IN CORPORE SANO).

Dari pernyataan di atas, kesehatan tubuh dan jiwa saling memberi pengaruh satu dengan lainnya. Tubuh yang tak sehat dapat memberi pengaruh pada keadaan emosional dan kejiwaan, akibatnya kesadaran mental jadi menurun atau tak adaptif. Orang yang mempunyai jiwa kuat mampu membentuk fisik yang sehat, dan seseorang dengan tubuh sehat bisa menjaga jiwanya menjadi kuat.

2.  Qawiyu Al-Aql (akal yang cerdas)

Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar.

3.  Qawiyu Al- ‘Ilmu (mempunyai ilmu)

Orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. Bahkan syaitan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan. KPTA menegaskan janganlah sekali-kali kita bangga dengan kebodohan kita, tapi teruslah belajar dan belajar. Orang yang berilmu tidak akan dapat dibodohi orang lain.

4.  Qawiyu Ad-Din (agama yang kuat)

Agama sebagai pondasi dasar dalam pembentukan karakter seseorang. Seseorang yang memiliki pondasi agama yang kuat tidak akan mudah tergoda dan tergiur dengan kesenangan sesaat. Betapa banyak kita melihat perilaku amoral, korupsi, penyalahgunaan wewenang dll yang dilakukan oleh aparat dan pejabat publik. Kenapa mereka bisa berbuat demikian ? Tentu saja karena mereka tidak memiliki pondasi agama yang kuat.

Semoga kita warga peradilan agama dapat terbebas dari prilaku yang meruntuhkan wibawa dan derajat kita di sisi Allah maupun di mata manusia.  Kedatangan Bapak ibarat asupan energi dan nutrisi bagi bathin dan jasad kami, menambah semangat dan motivasi kami warga Pengadilan Agama Rantau dalam bekerja untuk memberikan pelayanan kepada para pencari keadilan (justiciaballen) secara transparan, akuntabel dan profesional demi terwujudnya  Peradilan Indonesia Yang Agung.

 

 

                                                                                                            Rantau, 15 Mei 2015

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice