logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on . Dilihat: 4220

MENULIS ADALAH IBADAH.

Erlan Naofal

(Pengadilan Agama Teluk Kuantan)

“Nun, Demi Pena dan apa yang mereka tuliskan”.( QS. al-Qalam-1)

Dalam ayat di atas Allah bersumpah dengan alat tulis yaitu pena dan apa-apa yang mereka tuliskan. Ini mengindikasikan betapa mulia dan agungnya pena dan hasil tulisan di sisi Allah selama semuanya bermanfaat dan dilandasi dengan ibadah karena-Nya.

Imam al—Ghzali menyebutkan: "Setetes tinta Ulama lebih berat timbangannya di sisi Allah daripada ribuan darah syuhada' yang meninggal di medan perang". Dalam kesempatan lainnya, Al-Ghazali mengatakan: "Kalau Engkau bukan anak raja, dan engkau bukan anak ulama' besar, maka jadilah penulis"

Sedangkan Qatadah mengatakan: “Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah....."

As-Syahid Sayyid Qutb sang penulis kitab Tafsir Fi Dzilal al-Qur`an menegaskan:”Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala,”

Di sebuah cover dalam buku berjudul “Kritik Hadits” karya Musthafa Ali Ya`qub (rahimahullah) disebutkan:

الخط يبقى زمانا بعد صاحبه #

                                               وكاتب الخط تحت الارض مدفون #

“Tulisan akan lestari berabad-abad lamanya. Padahal sang penulis itu sendiri telah sudah meninggal terbenam di bawah tanah”.

Oleh karena itu, para ulama menjadikan menulis sebagai sebuah tradisi yang istimewa dan mulia. Dengan tradisi ini, ilmu-ilmu Islam bisa lestari dan terjaga sehingga bisa diwariskan pada generasi setelahnya. Ratusan bahkan ribuan ulama yang telah meninggal dunia puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, namun nama dan karyanya harum semerbak dan tetap lestari sampai sekarang. Secuil di antara nama-nama tersebut adalah Imam al-Syafi’I, Imam Al-Ghazali, Imam an-Nawawi, Sayyid Qutb dan Hamka.

Sejatinya, menulis merupakan sebuah keterampilan unik yang hanya dimiliki oleh manusia karena ternyata makhluk lain selain manusia tidak ada yang Allah berikan kemampuan istimewa tersebut. Namun, banyak orang bisa menulis namun ternyata sedikit sekali yang mampu menulis dan menjadikannya dalam bentuk sebuah buku yang merupakan sebuah karya tulis yang bisa dibaca dan dinikmati setiap orang lintas negara, budaya, generasi dan zaman.

Menulis bagaikan merangkai bunga agar bunga menjadi indah mempesona menarik setiap orang untuk memetiknya. Demikian pula halnya dengan menulis adalah merangkai kata agar nampak terasa indah, renyah, berisi dan makna yang terkandung di dalamnya bisa bermanfaat.  

Menulis bagaikan menuangkan air dari ceret/teko ke dalam gelas-gelas kosong. Teko yang bisa menuangkan air tentulah ceret yang terisi sedangkan ceret yang kosong tidak mungkin bisa mengisi gelas-gelas yang kosong. Menulis merupakan sebuah keahlian yang terus menerus harus diasah dan dilatih. Menulis juga bisa menjadi sebuah profesi yang menguntungkan ketika tulisan yang dibuat kemudian dijadikan sebuah buku yang kemudian buku tersebut best seller dan laku dipasaran.

Banyak alasan yang mendorong seseorang untuk menulis, diantaranya mencari materi, mencari popularitas, mendapatkan pengakuan atas keluasan ilmu dan wawasan dan alasan ibadah.

Kalaulah tidak ada alasan-alasan lain yang cukup mendorong kita untuk menulis. Maka cukupkanlah ibadah sebagai satu-satunya alasan yang mendorong kita untuk menulis. Menulis karena Allah akan melahirkan energi luar biasa dan dahsyat.

Menulis karena Allah akan melahirkan keberanian dan menyingkirkan rasa takut celaan ataupun hinaan. Menulislah dengan niat ibadah karena sesederhana apapun tulisan, Allahlah yang akan memberi bobot dan nilai lebih atas karya tulisan kita.

Menulislah dengan niat ibadah karena hal itu membuat kita telah membuka keran ilmu dari Sang Maha Sumber ilmu yang takkan pernah habis.

Menulislah karena menulis adalah ibadah special. Ia adalah ibadah jariah tiada bedanya dengan amal ibadah jariah seperti membangun mesjid, membangun madrasah, sekolah, pesantren dan lain-lain.

Menulislah karena menulis adalah sebuah amal jari`ah yang terus menerus mengalir pahalanya bagi sang penulis selama tulisannya didasari niat karena Allah dan bermanfaat bagi generasi setelahnya.

Ahmad Rifa`i Rif`an- seorang penulis muda yang sangat produktif, di usianya baru berkepala dua sudah bisa menghasilkan lebih kurang 100 judul. Diantara buku-buku karangannya banyak yang menjadi buku best seller dalam bukunya yang berjudul “Generasi Emas: 100 Cara Menjadi Generasi Unggul, Berprestasi dan Berkontribusi” menuliskan sebuah judul “Tulis Minimal Satu Buku Seumur Hidupmu”.Ia mengatakan: ”Tulislah sesederhana apa pun pengalaman, wawasan, ilmu, serta impian kita. Apapun profesi dan bidang yang kita tekuni, usahakan untuk menulis buku, minimal satu buku seumur hidupmu”.

Memang benar untuk menulis perlu adanya modal dan ternyata modal yang paling utama adalah niat, keberanian, banyak membaca serta bergaul dengan orang-orang berilmu dan bijaksana. Dan untuk mendapatkan semua modal tersebut di atas, setiap orang punya kesempatan yang sama. Tinggal kita pandai mengoleksi dan mengumpulkan modal-modal tersebut. Setelah itu, menulislah.

Menulislah ……kalau tidak sekarang kapan lagi. Menulislah selagi ada kesempatan untuk menulis. Menulislah dengan niat ibadah… mudah2an tulisan-tulisan yang kita buat bernilai dan ditimbang dengan darahnya para syuhada. Teluk Kuantan, 01 Juli 2019.

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice