logo web

Dipublikasikan oleh PA Sungai Penuh pada on . Dilihat: 573

 Mengubah Masalah Menjadi Berkah

Oleh: M. Khusnul Khuluq, S.Sy., M.H.

(Hakim Pengadilan Agama Sungai Penuh, Jambi)

Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.">Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Saya mewajibkan diri saya untuk menulis minimal 1000 kata setiap hari. Tidak ada yang salah dengan itu. Saya jadikan ini sebagai ritual harian yang penting. Ini adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis. Jadi, itu semacam komitmen pribadi untuk meningkatkan skill dalam menulis.

Menulis bisa tentang apa saja. Biasanya, saya menulis artikel bertema HAM, agama, politik, filsafat, hukum, dan tema-tema semacam ini. Ini satu lingkup.

Kemudian, lingkup yang lain adalah tulisan ringan. Yaitu tentang hal-hal sederhana dalam kehidupan ini yang bisa kita ambil pelajaran. Ini alternatif kedua. Paling gampang digarap.

Menulis bisa di mana saja. Artinya, saya tidak terikat tempat. Bisa dilakukan di kantor maupun di rumah. Di kantor tentu di selah-selah pekerjaan. Biasanya, saya melakukan saat baru sampai di kantor. Menyempatkan diri beberapa menit sebelum melakukan pekerjaan kantor. Kemudian saya sempurnakan siang harinya.  

Tapi, yang lebih sering, saya memulai menulis di rumah. Di malam hari. Ketika pekerjaan sudah rampung seluruhnya. Hanya itu waktu yang tersisa.

Tapi, justru menulis di malam hari itu godaannya luar biasa banyak. Rasa kantuk jelas. Terlebih lagi kalau menulisnya di atas tempat tidur. Sambil memasang selimut untuk menghangatkan tubuh. Godaan lebih berat. Bukan hanya mata yang menjadi berat. Tapi, badan juga menjadi berat.     

Beberapa hari terakhir, pekerjaan semakin padat. Itu berdampak pada energi yang semakin terkuras di siang hari. Apa lagi malam hari. Energi tinggal beberapa strip. Tidak cukup lagi untuk menulis. Tidak cukup lagi untuk melakukan ritual itu.

Akhirnya, komitmen itu memudar. Dikalahkan oleh empuk bantal dan hangat selimut. Walhasil, satu hari lolos tanpa menulis. Komitmen itu dikalahkan oleh kantuk dan bantal.

Ini tidak hanya terjadi sehari. Tapi, hari berikutnya juga begitu. Karena energi sudah habis untuk aktifitas kantor. Maka, malam hari tinggal sisa-sisa energi. Tidak cukup untuk melawan bantal dan selimut.

Saya tulis ini ketika 4 hari lolos tanpa tulisan. Ya, berarti saya harus mengganti 4 tulisan. Jika ditunda, hutang itu akan terus bertambah. Akan semakin berat untuk mengganti. Jadi, hari ini, mau tidak mau harus membuat 4 tulisan. Masing-masing tulisan minimal 1000 kata. Jadi total 4.000 kata.

Mengapa sampai kecolongan? Hari-hari ini aktifitas memadat. Ternyata, bukan hanya pekerjaan kantor yang semakin padat. Pekerjaan kantor semakin memadat itu bisa dimaklumi. Tapi, saya kira ada hal lain yang berpengaruh.   

Pertama, hari-hari ini adalah hari-hari di mana saya harus pindah ke tempat yang baru. Pindah rumah. Saya harus menyiapkan rumah baru. Itu satu pekerjaan tersendiri.

Terutama soal kebersihan. Saya harus pastikan semuanya bersih sebelum layak untuk ditinggali. Tiap-tiap sudut. Meskipun bisa dicicil. Paling tidak, beberapa ruang penting harus bersih.   

Kemudian, soal perabot. Saya harus mengurus beberapa perabot di rumah baru. Itu juga satu pekerjaan tersendiri. Kemudian, mengusung barang-barang dari tempat lama juga satu pekerjaan tersendiri.

Suasana hujan juga kurang mendukung untuk pindahan. Artinya, suasana hujan membuat pindahan menjadi pekerjaan ekstra.

Jadi, semua rentetan itu cukup menguras energi. Hingga pada malam hari energi sudah tidak cukup lagi untuk melakukan ritual penting itu. Ya, ritual harian. Menulis.

Kemudian, ada satu faktor yang cukup signifikan. Yaitu game. Saya menginstal satu game di hand phone saya. Mungkin sudah lebih dari seminggu yang lalu.

Saya tidak perlu sebutkan nama game itu. Tapi, itu memberi sedikit perubahan pada rutinitas saya. Saya merasa perlu untuk sedikit meluangkan waktu memainkan game itu setiap saat.

Apakah game itu memang didesain sedemikian? Supaya orang-orang lebih asik dengan game itu dan melalaikan pekerjaan lain? Mungkin tidak juga. Saya pikir, setiap game memang didesain supaya asik bagi yang memainkan. Dan kebetulan, itu juga terjadi dengan saya. Hingga akhirnya, itu mengalahkan rutinitas menulis.

Tapi, game bukan satu-satunya persoalan yang membuat saya harus bolong selama 4 hari tanpa tulisan. Game bukanlah satu-satunya yang membuat rutinitas menulis saya jadi kendur.

Lalu apa yang membuat kendur? Jadi begini. Selimut, cuaca hujan, pindahan, dan game itu, mereka saling membahu untuk mengalahkan saya. Saya sadar itu. Mereka saling bekerja sama untuk memadamkan semangat menulis saya.

Tapi, mulai hari ini, pindahan saya sudah kelar. Sudah selesai. Cuaca memang masih sama. Masih musim hujan. Apa lagi di wilayah seperti Kerinci ini. Curah hujan lebih tinggi dari tempat pada umumnya. Musim hujan sedikit lebih panjang dari tempat lain pada umumnya.

Soal game, juga masih terinstal di hand phone. Saya masih rutin memainkan. Ada cara instan memang untuk mengatasi masalah ini. Buang saja game itu. Berhenti. Jangan mainkan lagi. Supaya ritual menulis tidak terganggu. Ini cara radikal.

Tapi, apakah mungkin bernegosiasi? Yakni saya akan tetap menulis setiap hari. Dan tetap memainkan game itu. Yang artinya, game adalah aktifitas baru selain menulis dan pekerjaan kantor. Mungkin cara ini lebih tepat.

Kemudian sol hujan. Sebetulnya ada sisi baiknya. Bagi saya, hujan mengurangi aktifitas di luar rumah. Dan memperbanyak aktifitas di rumah. Dengan begitu, tentu akan membuat waktu untuk menulis semakin banyak.

Artinya, pekerjaan pindahan sudah beres. Hujan juga menjadi berkah. Game menjadi aktifitas sampingan baru. Pekerjaan masih tetap. Itu tidak bisa diralat.

Jadi, kita harus bisa mengubah hal-hal yang menurut kita adalah problem menjadi potensi. Bukan membuang mereka. Tapi mengubah mereka menjadi potensi yang justru mendukung kita. Dan itu yang saya sebut dengan adaptasi. Sebuah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru seperti apa saja.

Artinya, dengan beradaptasi, kita tetap bisa menjalankan ritual wajib setiap hari. Sambil tetap bisa melakukan hal-hal baru di waktu senggang.

Saya harus bisa beradaptasi di tempat baru. Juga dengan game baru yang melekat di hand phone saya. Juga dengan musim hujan yang akan terus mengguyur untuk beberapa bulan ke depan.

Jadi, mulai hari ini saya berupaya untuk tidak lagi meninggalkan ritual itu. Saya harus menulis minimal 1000 kata setiap hari.

Dan soal hutang tulisan untuk 4 hari terakhir, saya harus bayar hari ini. Jika tulisan ini selesai, berarti saya baru membayar 1 tulisan. Masih ada 3 tulisan lagi yang harus saya buat.

Saya sudah siapkan 3 judul tulisan yang akan saya pakai untuk membayar hutang tulisan itu. Yaitu, “Dunia Tanpa Listrik”, “Munir: Catatan Hitam Sejarah Kekuasaan”, dan “Hidup Untuk Pengalaman”. Nanti, pada praktiknya judul ini bisa saja berubah.

Dunia tanpa listrik akan membicarakan kemungkinan apa yang terjadi jika listrik secara global padam permanen. Adapun judul kedua akan berbicara tentang persoalan HAM masa lalau yang belum terselesaikan hingga sekarang. Dan itu menjadi catatan hitam bagi kekuasaan. Sementara itu, judul ketiga akan mengulas tentang bagaimana kita harus menggunakan hidup ini untuk terus menambah pengetahuan.

Tiga judul itu yang akan saya tulis hari ini. Masing-masing minimal 1000 kata. Dan semoga selesai. Sehingga, hutang tulisan saya lunas. Dan besok, kembali seperti biasa. Yaitu cukup menulis satu artikel setiap hari dengan komposisi minimal 1000 kata. []

 

 

 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice