MENGAJAR : BELAJAR TERBAIK
Kang Erlan Naofal (Dzikri Fi Rabbani)
Dulu sewaktu masih mondok di Pesantren Sukahideng, Tasikmalaya, Jawa Barat[1]. Saya pernah mendengar dari seorang santri senior yang selalu menjadi asisten sang kiai[2] saat sang kiai berhalangan hadir baik karena kesehatannya terganggu atau karena ada kegiatan di luar pondok. Santri tersebut bernama Emuh Muhaimin yang sering kami panggil “Kang Emuh”. Kang Emuh dari jenjang akademik satu tahun di atas saya. Bedanya, Ia mulai nyantri dari Mts Sukamanah sekitar tahun 1988 sedangkan saya mesantren sejak masuk MAN Sukamanah sekitar tahun 1992. Jadi dari belajar ilmu kepesantrenan, ia lebih dulu empat tahun. Santri tersebut sering menggantikan sang kiai mengajarkan Ilmu Nahwu, ilmu balaghah. Di pondok kami, kitab Ilmu Nahwu yang menjadi primadona adalah kitab Alfiyah Ibn Malik. Sedangkan kitab ilmu Balgahah yang dikaji berjenjang mulai dari kitab Balaghah Wadhihah serta Jauhar Maknun. Selain ilmu Balaghah, ia juga sering menjadi asisten sang kiai dalam memimpin diskusi mengkaji kitab Jam`ul Jawami karya Imam Syubki (sebuah kitab tentang Ushul Fiqh).
[1] Penulis mondok di Pesantren Sukahideng Tasikmalaya, Jawa Barat. sejak tahun 1992 s/d 2000.
[2] Sang Kiai tersebut adalah K.H I. Abdul Basith sekarang menjadi pimpinan Pondok Pesantren Sukahideng sekaligus menjadi Ketua MUI Kabupaten Tasikmalaya. Beliau memimpin pesantren tersebut bersama kakaknya yang bernama Prof. Dr. T. Fuad Wahab (Guru Besar Bahasa Arab di Universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung)
Selengkapnya KLIK DISINI