logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on . Dilihat: 5470

MENEMUKAN KEMBALI JATI DIRI

OLEH: MASALAN BAINON,S.Ag.,MH

HAKIM PENGADILAN AGAMA MANNA

Di tengah kehidupan yang senantiasa bergulir, seiring waktu yang terus berganti terkadang kesadaran pada diri manusia muncul dengan tekad untuk menjadi hamba yang Allah yang taat. Namun kadangkala dengan rutinitas yang kembali mengisi hari-hari kita kesadaran itu kembali tumpul bahkan luntur. Oleh sebab itulah marilah kita berupaya secara sungguh-sungguh memperbaharui keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, memperbaharui kembali komitmen kita kepada Allah yang sering kita ulang-ulang namun jarang diresapi, sebuah komitmen yang mestinya menyertai setiap langkah kita:

إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأنا من الْمُسْلِمِينَ

 Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah termasuk orang orang yang menyerahkan diri”

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman, yang tafsirannya sebagai berikut: Bagaikan seorang Petani yang kehilangan onta, berhari-hari dan berminggu ia mencarinya, namun usahanya itu sia-sia, ontanya hilang tak tentu rimbanya, tengah ia berputus asa, tiba-tiba ontanya pulang ke kandangnya sendiri dengan selamat, bayangkan, betapa senangnya hati Petani tadi tatkala menerima kepulangan ontanya itu, ”AKU” kata Allah,lebih senang lagi,seketika menerima kedatangan hambaKu yang sejak lama menghilang, tiba-tiba ia pulang kembali lagi dan kini ia telah bersujud berada di sisiKu.

Dalam riwayat Muslim disebutkan, yang tejemahannya sebagai berikut: “Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang berada di atas kendaraannya dan berada di suatu tanah yang luas (padang pasir), kemudian hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya. Padahal di hewan tunggangannya itu ada perbekalan makan dan minumnya. Sehingga ia pun menjadi putus asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur berbaring di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah berputus asa. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Karena sangat gembiranya, maka ia berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.’ Ia telah salah mengucapkan karena sangat gembiranya.” (HR. Muslim no. 2747).

Dalam FirmanNya pula Allah SWT menegaskan:

¨bÎ)©!$#=Ïtä†tûüÎ/º§q­G9$#=Ïtä†urúï̍ÎdgsÜtFßJø9$#  

“sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan dirinya”(QS. Al-Baqarah: 222).

            Sering kita mendengar..para ahli ibadah mengatakan, betapa lezatnya berzikir, mengenang dan menyebut-nyebut nama Allah dan sejak lama pula kita mendambakan berada di sisi hadirat Allah SWT. Cobalah, mari kita coba dan memulai praktek dan sama-sama membuktikan, ditengah malam..sekitar jam 2 malam, kita bangun dan membersihkan diri, dilanjutkan kita berwhuduk, kemudian kita menggunakan pakaian kita yg bersih dan terbagus, ditambah dgn wewangia, kemudian kita bentangkan sajadah yg bersih dan tempat yg bersih menghadap kiblat..kita tegakkan sembahyang malam, minimal 2 rakaat, yang kita tutup dengan witir 3 rakaat, selanjutnya kita berwirid, sambil membanjiri hati kita dengan kalimah Tauhid ‘Laa ilaaha illAllah’ dan mengisi setiap dengusan nafas, dengan zikir yang yang tulus ikhlas, dilanjutkan dgn memperbanyak istighfar dan berdoa meminta semua yg kita hajatkan kepada Alloh yang menguasai seluruh alam, kemudian mungkin selepas itu, kita sempatkan istirahat sejenak sambil menghirup secangkir kopi panas dan kita lanjutkan menuju masjid untuk berjamaah sholat subuh, maka yakinlah..yg kita dapati adalah, Toto tentrem,kerto raharjo, yang ada hanyalah kesejukan hati, kesegaran jiwa dan ketentraman bathin.

Pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang yang melakukan meditasi dan relaksasi. jika kita pernah mendengar lirik lagu tombo ati yang didendangkan budayawan kondang Emha Ainun Nadjib bersama kelompok musik kiai kanjeng, tahajud disebut sebagai salah satu pengobat hati. sebab shalat sunah yang ditunaikan di keheningan malam itu, mengantarkan orang yang menunaikannya menjadi lebih dekat dengan Allah Robbul ‘alamin, gerakan ibadah di sepertiga malam terakhir ini juga memberikan pengaruh tertentu pada tubuh. setidaknya, pada saat berdiri tegak dan mengangkat takbir secara tidak langsung akan membuat rongga toraks dalam paru-paru membesar. ini akan menyebabkan banyak oksigen yang masuk ke dalamnya. ada kesegaran yang dirasakan ketika seseorang dapat menghirup udara segar ke dalam paru-parunya di keheningan malam itu. pada saat sujud, seluruh berat dan daya badan dipindahkan sepenuhnya pada otot tangan, kaki, dada, perut, leher, dan jari kaki. proses ini dilakukan berulang-ulang sesuai jumlah rakaat shalat tahajud yang kita lakukan. setelah oksigen masuk ke dalam paru-paru, oksigen diedarkan ke seluruh tubuh dengan lancar karena adanya pergerakan otot selama ruku’ dan sujud. selain itu, dalam shalat seseorang juga melakukan gerakan duduk di antara dua sujud dan tahiyat yang menyebabkan adanya gerakan tumit, pangkal paha, jari tangan, jari kaki, dan lainnya. tentu peredaran oksigen akan menjadi lancar. Sungguh benar Sabda Baginda Rosululloh SAW yang disebutkan dalam hadits riwayat Thabrani : "Kerjakanlah sholat malam (sholat tahajud), karena sesungguhnya ia akan mengusir penyakit dari dalam tubuh".

Kemudian Dalam Riwayat Tarmizi dan Hakim, Rasulullah SAW Bersabda: "Kerjakanlah sholat malam (sholat tahajud), karena ia merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan bentuk pendekatan diri kepada Robb kalian, penghapus dosa-dosa serta pencegah perbuatan dosa."(H.R Tirmidzi (3549) dan Hakim (I/308).

Setiap orang beriman pasti akan menyadari bahwa ketika ia hidup di dunia ini, ia akan hidup dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh penciptanya, Allah SWT. Usia manusia berbeda satu sama lainnya, begitu juga amal dan bekalnya. Setiap orang yang berimanpun amat menyadari bahwa mereka tidak mungkin selamanya tinggal di dunia ini. Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui perjalanan menuju kepada kehidupan yang kekal abadi. Sungguh sangat berbeda dan berlawanan sekali dengan kehidupan orang-orang yang tidak beriman. Allah berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا .  وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

"Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi.Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17).

Sayangnya, kesadaran ini seringkali terlupakan oleh diri kita sendiri. Padahal, bukan tidak mungkin, hari ini, esok, atau lusa, perjalanan itu harus kita lalui, bahkan dengan sangat tiba-tiba. Jiwa manusia yang selalu digoda oleh setan, diuji dengan hawa nafsu, kemalasan bahkan lupa, kemudian menjadi lemah semangat dalam mengumpulkan bekal dan beribadah, membuat kita menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah manusia yang selalu membutuhkan siraman-siraman suci berupa Al-Quran, mutiara-mutiara sabda Rasulullah, ucapan hikmah para ulama, bahkan saling menasehati dengan penuh keikhlasan sesama saudara seiman. Sehingga kita tetap berada pada jalan yang benar, istiqomah melalui sebuah proses perjalanan menuju Allah SWT.

Allah swt mengingatkan kita dengan firmannya:

 وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS. Al-Baqoroh: 197).

Dengan mendekatkan diri kepada Allah dan berzikir,menyebut-nyebut namaNya,akan merekahlah benang-benang merah di lubuk hati,yang mengikatkan cinta kasih kepada Allah.pada saat itulah kita mulai berkenalan dengan Allah Robbul Alamin, disinilah kita dapat merasakan betapa indahnya kehidupan ini.    Namun sayangnya, kelezatan berzikir dan kenikmatan berada di sisi Allah seperti itu,baru dalam taraf perasaan dan cita rasa saja,padahal diri kita sendiri belum pernah mengalami dan merasakan, sejauh mana kenikmatan zikir itu yang sebenarnya, sebab kita sendiri belum siap melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Mengapa demikian…? Tiada lain, karena kita masih tenggelam dalam samudra rayuan dan kenikmatan kehidupan duniawi, justru,rupanya disamping kita punya iman,kita juga telah mempunyai kedudukan, nama, harta dan pangkat serta kemasyhuran yang menjadi kebanggaan kita. Allah SWT mengingatkan dalam firmanNya:

$pkš‰r'¯»tƒtûïÏ%©!$#(#qãZtB#uäŸwö/ä3Îgù=è?öNä3ä9ºuqøBr&IwuröNà2߉»s9÷rr&`tã̍ò2ό«!$#4`tBurö@yèøÿtƒy7Ï9ºsŒy7Í´¯»s9'ré'sùãNèdtbrçŽÅ£»y‚ø9$#  

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munafiqun: 9).

Kadang-kadang, Iman yang bermukim di dalam dada kita,sempat juga memperingatkan diri kita, Katanya: “Hai hamba Allah, hentikan mimpimu, niatmu kian berobah, dulu engkau ingin berdampingan dengan Tuhan, sambil mensyukuri kemewahanmu, namun engkau sekarang berobah haluan, dan kini sudah berada di ambang pintu kemurkaan Tuhan, engkau telah melupakan Allah”, demikian peringatan dari iman kita..

            Tetapi,dengan tangkas Iblis laknatullah menangkap suara iman kita dan merayu dengan bujukannya: “Ah, itu pikiran keliru, engkau telah mendapatkan nama, pangkat, harta dan kedudukan,sayang sekali kalau engkau tinggalkan. Kalau engkau sudah sia-siakan, bakal sulit merebutnya kembali, bukankah orang lain banyak yang menginginkan kebahagiaanmu ini, urusan akhirat nanti-nanti sajalah,masih banyak waktu dan kesempatan untuk melaksanakannya”. Demikianlah rayuan iblis yang menjadikan kita selalu karam dalam kelalayan dan kemalasan untuk beribadah.

            Usaha iblis untuk menghancurkan kita, tidak hanya sampai disitu saja, malah ia mau menyeret kita ke arah kekufuran total, dibentangkannya jalan raya hidup baru,yang kelihatannya mulus, lurus dan bagus, namun di ujung sana dipasangnya jembatan lapuk, untuk menjerumuskan kita ke jurang yang lebih dalam.

            Beruntung,iman yang masih ada, sempat berseru: “Duhai Allah Tuhanku, tolonglah aku, limpahkanlah Nur dan HidayahMU untukku”, pada satu saat, iman yang dikawal oleh malaikat, berpapasan dan berhadap-hadapan dengan pasukan nafsu yang dipimpin oleh iblis dan syaithon, maka terjadilah peperangan yang dahsyat antara pasukan yang haq dengan yang bathil.        Rupanya, sudah menjadi ketetapan hukum Allah SWT:

ö@è%uruä!%y`‘,ysø9$#t,ydy—urã@ÏÜ»t6ø9$#4¨bÎ)Ÿ@ÏÜ»t7ø9$#tb%x.$]%qèdy—  

“Dan Katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”.

            Demikianlah pengalaman rohani kita, tadinya ketika lama sekali terombang ambing oleh kenikmatan dan kesibukan duniawi serta tekanan nafsu yang didalangi oleh iblis dan syaithon.

            Dengan berkat rahmat Allah jua, sedikit demi sedikit, iman kita mulai bangkit kembali, merangkak melawan kelemahan,kedunguan,kemalasan untuk beribadah, setelah sekian lama kita kehilangan jejak.

            Kemudian kita berusaha melakukan Riadhoh, berlatih mendekatkan diri kepada Allah, mencoba membanjiri hati dengan ibadah dan zikir mengingat Allah.

Betapa senangnya Allah menerima kepulangan hambaNya, yang sejak lama menghilang dari sisiNya, kedatangan kita kembali, taubat kita, disambut Allah dalam FirmanNya pada suatu hadis Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Allah 'Azza wa Jalla berfirman, “Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku selalu bersamanya di mana saja ia mengingat-Ku”. (Nabi SAW bersabda), “Demi Allah, sesungguhnya Allah lebih senang terhadap taubat hamba-Nya daripada seseorang dari kalian mendapatkan kembali barang-barangnya yang hilang di padang pasir”. (Allah berfirman), “Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Dan apabila dia mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari”. [HR. Muslim dan Bukhari seperti itu].

            Alangkah indahnya nuansa-nuansa kehidupan ini, bila pertemuan dengan Allah, dapat kita lakukan 5 kali sehari dalam sholat-sholat wajib kita, ditambah kita lakukan riyadhoh bermesraan dengan Alloh di kala sepi di atas tikar tahajud waktu kita sembahyang malam, tanpa melupakan tugas-tugas duniawi dan tanggung jawab terhadap keluarga. Sebab puncak dari kelezatan ibadah dan kenikmatan zikir, hati kita harus tetap berkiblat pada firman Allah SWT:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77).

SEMOGA APA YANG KITA MAKAN AKAN MENJADI DARAH DAGING, APA YANG KITA MINUM, AKAN MENJADI PELUH YANG WANGI, SEHINGGA AKAN MENJADIKAN KEKUATAN UNTUK KITA SENANTIASA TUNDUK IKHLAS MENJALANKAN SYARIAT ALLAH SWT. AAMIIN.

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice