KONTROVERSIAL MENYAMBUT TAHUN BARU MASEHI 2015
(Sebuah renungan)
Oleh Drs.H.Tarsi, S.H.,M.H.I / Wakil Ketua PA. Stabat
Sekarang kita berada di penghujung tahun 2014 M, dan sebentar lagi kita memasuki tahun baru 2015 M. Di antara kebiasaan orang-orang dalam memasuki tahun baru di berbagai belahan dunia, adalah dengan merayakannya seperti begadang semalam suntuk, panggung musik, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru, dan lain-lain.
Kalau kita mau memperhatikan sejarah, di mana tahun baru masehi itu dipakai secara internasional pertama kalinya oleh kalangan gereja yang dinamakan Anno Domini dan dirayakan mulai tanggal 1 Januari 45 Sebelum Masehi (SM), tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma. Ia memutuskan untuk mengganti peninggalan tradisional romawi dengan mengeluarkan maklumat penting dan berpengaruh hingga kini, yakni menggunakan sistem peredaran matahari dalam sistem penanggalan. Di mana umur 1 tahun berjumlah 365 hari, dan setiap 4 tahun berubah menjadi 366 hari, yang disebut tahun kabisat.
Dari sejarah tahun baru masehi tersebut di atas, jelaslah bagi kita , bahwa perayaan tahun baru masehi, berawal dari orang-orang non muslim dan sama sekali bukan dari ajaran Islam. Mengapa orang-orang Islam menyambutnya antusias sekali, bahkan seringkali menimbulkan kontroversial, jika dibandingkan dengan penyambutan Tahun Baru Hijrah ?
Perayaan tahun baru masehi, meskipun tidak ada perintah dan larangan yang jelas menurut agama Islam, tetapi perlu diwasp.adai dan penuh kehati-hatian bagi umat Islam, apalagi bagi generasi muda yang seakan-akan tidak ngetrend jika tidak merayakannya.
Ada beberapa indikasi kerusakan bagi kaum muslimin yang ikut serta merayakan tahun baru yaitu :
- Meninggalkan perkara wajib shalat lima waktu
Betapa banyak kita saksikan karena begadang semalam suntuk untuk menunggu detik-detik pergantian tahun hingga pagi hari, kebanyakan orang begadang seperti ini luput dari shalat shubuh, karena kelelahan dan tertidur hingga siang hari, ada pula karena tertidur lelap, sehingga mengerjakan shalat shubuh kesiangan. Bahkan ada pula karena ingin merayakan tahun baru di kota-kota besar, sejak pagi-pagi sudah berangkat dan hingga begadang semalam suntuk, membuat ia lupa dan lalai mengerjakan shalat lima waktu. Orang yang tidak mengerjakan shalat wajib ini dengan sengaja, menurut Ibnu Qayyim adalah termasuk “dosa besar” dan nanti akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta kehinaan di dunia dan di akhirat.
Orang-orang yang begadang tanpa hajat dan tanpa kepentingan syar’i adalah perbuatan yang dibenci Nabi. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah berbunyi:
اَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ: كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيْثَ بَعْدَهَا.
Artinya: Bahwa Rasulullah saw membenci orang yang tidur sebelum shalat Isya dan ngobrol-ngobrol begadang setelahnya.
Menurut Ibnu Bathol menjelaskan, bahwa Nabi tidak suka begadang setelah shalat isya, karena beliau berkeinginan melaksanakan shalat malam dan khawatir luput dari shalat shubuh berjamaah. Bahkan Umar bin Khatab sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat isya, beliau mengatakan, apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap, apalagi begadang ini sampai melalaikan shalat shubuh.
- Melakukan pemborosan
Perayaan tahun baru merupakan pemborosan besar-besaran dalam waktu hanya satu malam. Jika kita perkirakan setiap orang menghabiskan Rp.1.000,- untuk membeli petasan/mercon/terompet dan segala hal yang memeriahkan perayaan tersebut, atau mungkin pula ada yang ratusan ribu bahkan jutaan rupiah, lalu yang memeriahkan tahun baru itu sekitar 10 juta penduduk Indonesia, maka hitunglah berapa jumlah uang yang dihambur-hamburkan dalam waktu semalam.
Tidak sedikit jumlah uang yang terbuang dengan percuma. Harta yang dihamburkan dengan sia-sia dalam waktu semalam untuk hura-hura, termasuk perbuatan pemborosan. Allah swt berfirman dalam surah Al Isra’ di penghujung ayat 26-27:
Artinya: Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan, pemboros-pemboros adalah saudara syaitan, karena orang yang bersikap boros itu menyerupai perbuatan yang disukai syaitan. Sedangkan Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas mengatakan “tabdzir”, pemborosan itu adalah menginfaqkan sesuatu harta bukan pada jalan yang benar atau membelanjakan harta di jalan yang keliru atau untuk berbuat kerusakan menjurus kepada perbuatan maksiat.
- Terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Jika kita perhatikan tingkah laku muda-mudi saat perayaan tahun baru, mereka tidaklah lepas dari ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita) dan juga berkhalwat (berdua-duaan) di tepi pantai, di taman, di hotel, dan di tempat-tempat hiburan/tempat tertentu yang luput dari pengawasan. Bahkan mungkin lebih parah dari itu sampai mereka terjerumus kepada perbuatan tercela, menyabu dan minum-minuman keras. Inilah yang sering terjadi di malam pergantian tahun. Perbuatan semacam ini sungguh seharusnya tidak boleh terjadi, apalagi dilakukan oleh kalangan remaja muslim yang merupakan harapan bangsa di masa depan.
Kehadiran tahun baru 2015 masehi, sepertinya mampu menyadarkan kita bahwa usia kita sudah semakin tua dan semakin mendekat kepada pintu kubur. Oleh karena itu kita harus segera berubah dari kebiasaan hura-hura dan moralitas tercela, berubah kepada akhlak terpuji, dari kebiasaan melanggar hukum Allah berubah menjadi kebiasaan mematuhi perintahNya.
Suatu penyakit yang sangat berbahaya bagi manusia dalam kehidupan ialah suka mengulur-ulur waktu melakukan amal kebajikan. Mereka lupa bahwa umur yang dimiliki cukup terbatas dan suatu saat pasti mati.
Makanya Allah memperingatkan pada setiap orang, agar mempersiapkan untuk akhirat sebelum tiba kematian, sebagaimana firman Allah surah Al Hasyr ayat 18:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Perayaan tahun baru yang sudah menjadi tradisi tiap tahun, tidaklah mungkin dapat dihindari, apalagi hal tersebut sudah membudaya. Maka bagi kita hanya dapat berupaya memberikan pemahaman kepada umat Islam agar tidak ikut-ikutan sebagai wujud amar ma’ruf nahi munkar , atau setidak-tidaknya mengurangi dampak kerusakan, dengan memberi saran dan nasihat, terutama pada anak-anak kita, keluarga kita, bahkan diri kita sekalipun agar tidak terjebak dan meninggalkan shalat lima waktu, tidak melakukan pemborosan, dan tidak terjerumus kepada perbuatan maksiat, melainkan dengan kedatangan tahun baru 2015 M ini, mampu menyadarkan kita untuk mempersiapkan hari esok yang jauh lebih baik dari hari-hari yang sudah kita lewati. Amiin.