logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on . Dilihat: 18353

 

 

 

 

Khutbah Pertama Idul Fitri 1436.H / 2015.M

MENUJU JALAN KEFITRAHAN  

Oleh: Al Fitri, S.Ag., S.H., M.H.I.

(Hakim Pratama Utama Pengadilan Agama Manna)

الســــــــــــــــلا م عليـــــــكم ورحمــة الله وبركاته

اللهُ اَكْبَرْاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده. لااله الا الله ولانعبد الا اياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون لااله الا الله و الله اكبر الله اكبر ولله الحمد.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. اللهُ اَكْبَرْ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Segala puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah swt., atas perkenan-Nyalah kita bisa berkumpul di tempat ini untuk menunaikan shalat Idul Fitri sembari mengumandangkan lafaz takbir, tahmid dan tahlil sebagai ungkapan pengakuan kita akan keagungan-Nya. Idul Fitri merupakan hari raya berbuka, setelah sebulan penuh kita berpuasa, menahan lapar dan dahaga serta nafsu syahwat di siang hari Ramadhan mulai terbit fajar sampai terbenam matahari, kini tiba saatnya hari berbuka.

Shalawat dan salam mari kita kirimkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw., Nabi yang telah mengajarkan kepada kita pentingnya memelihara sifat-sifat terpuji. Keselamatan dan kesejahteraan semoga tercurah kepada beliau, keluarganya, sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya jejak langkahnya sampai akhir zaman.

Selanjutnya, sebagai khatib pada kesempatan Idul Fitri ini, perkenankan khatib mengingatkan diri pribadi dan segenap jamaah sekalian agar senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah swt. Peningkatan taqwa ini, marilah kita jadikan sebagai agenda hidup yang utama, agar kita menjadi manusia yang mulia dan terhormat, serta diampuni segala dosa dan kesalahan kita sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا, يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ  وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Wahai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar. Dengan begitu, niscaya semua yang kalian lakukan hasilnya akan menjadi baik dan dosa-dosa kalian akan diampuni Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia memperoleh kemenangan yang sangat besar.” (QS. Al Ahzaab ayat 70-71)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ

Alhamdulillah ibadah selama Ramadhan telah kita sempurnakan, mulai dari puasa, shalat tarawih, tilawatil Qur’an, ‘itikaf, membayar zakat fitrah dan zakat harta serta amalan sunnah lainnya, hingga hari ini telah kita tuntaskan dengan melaksanakan shalat Idul Fitri. Semuanya itu kita yakini sebagai bentuk aktualisasi kembali pada kefitrahan kita sebagai manusia.  Semoga bagi kita yang telah menunaikan puasa Ramadhan dan melaksanakan shalat Idul Fitri pada hari ini, mendapatkan rahmat, maghfirah Allah dan terbebas dari api neraka. Dengan begitu kita dapat menjalani kehidupan di hari-hari mendatang sebagai hamba Allah yang shalih dan shalihah.

Pada kesempatan ini, khatib kembalii mengingatkan bahwa saat kita masih berada di alam rahim  Allah swt., telah mengambil perjanjian suci atas kesiapan tulus dari manusia untuk menyembah hanya kepada-Nya sebelum lahir ke muka bumi ini, ruh ditanya tentang kesiapan mengakui Allah swt. sebagai Tuhannya dengan semua konsekuensinya, lalu ruh tersebut menjawab dengan lantang dan tegas dengan tulus iklas bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, sebagaimana firman Allah swt:

أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap (ketauhidan) ini” (QS. Al A’raf ayat 172).

Dalam rangka menjaga komitmen kehambaan yang diikrarkan saat berada di alam rahim tersebut, maka Allah swt. memerintahkan manusia setelah lahir sampai akhir hayatnya, agar menghadapkan wajahnya kepada agama yang lurus sebagai fitrah kehambaannya, sebagaimana firman-Nya:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum ayat 30)

Ma’asyiral Muslimin dan Muslimat yang Terhormat.

اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ

Fitrah merupakan wujud kesucian jiwa senantiasa tunduk dan patuh hanya kepada Allah swt. semata. Namun sayang keadaan manusia sekitarnya yang telah mempengaruhi prilaku, sikap dan pemikirannya sehingga tanpa diduga telah menodai kesucian itu. Maka tanpa terasa lambat atau cepat telah berubah dari ketauhidan menjadi kemusyrikan, dari keimanan menjadi kekafiran, dari yang lurus menjadi bengkok, dari kemulian menjadi kehinaan, beradab menjadi biadap, demikian gambaran sabda Rasulullah saw:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)

Hakikat kembali kepada fitrah sesungguhnya sama kembali kepada jadiri diri sendiri, yaitu suasana jiwa yang suci yang menjelma dalam pemeliharaan kembali ke tauhid (ideologi), kembali kepada ketundukan dan penghambaan (pengabdian), serta pemeliharaan kesucian diri sebagai hamba Tuhan yang Maha Pengasih. Jika sekiranya di akhir bulan Ramadhan kita merayakan Idul Fitri, tentu maknanya kesiapan untuk menjadikan momentum Ramadhan yang telah berlalu sebagai proses pembersihan diri dan kesadaran akan urgensi kembali kepada fitrah manusia. Tidaklah berlebihan hakikat kembali kepada fitrah itu diwujudkan dalam bentuk mengokohkan tauhid, mempunyai komitmen kesucian ibadah dan pengabdian terhadap bangsa, dan memiliki sifat yang terpuji.

Saat di bulan Ramadhan merupakan momentum yang tepat mengokohkan nilai-nilai tauhid, dan mendidik jiwa-jiwa yang menjauhi-Nya untuk kembali kepada-Nya, Ramadhan telah mengajarkan kita agar berpuasa semata-mata hanya ingin mengharapkan balasan Allah swt., sebab bagaimana pun hanya Allah-lah yang akan membalas ibadah puasa yang kita laksanakan, sehingga puasa yang dilakoni tanpa ada tendius selain mengharap balasan dari Allah. Allah swt. dalam hadis Qudsi berfirman sebagaimana dikuatkan dari periwayatan Muslim dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

"Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya."

Momentum Idul Fitri ini, mari kita mengokohkan tauhid, yang dengannya akan senantiasa terjaga fitrah kehambaan (hanif) yang lurus, kita akan dijauhkan dari sikap menghinakan diri kepada makhluk. Dengan kekuatan tauhid, orang yang kaya akan menjaga fitrah dirinya sehingga tidak sombong dan angkuh, dengannya pula orang miskin akan tegar mengarungi ujian hidupnya dan tidak berputus asa. Denganya orang yang berilmu tidak merasa hebat dan pintar, dengannya orang yang bodoh harus tidak harus tetap dalam bingkai ketidak tahuannya. Dengannya seorang pemimpin akan melayani dan mengayomi rakyatnya, dengannya rakyat harus taat kepada pemimpinnya.

Semua kita harus menyadari begitu banyak kekurangan yang telah kita lakukan. karena sibuk berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun bahkan seumur hidup bekerja keras dan banting tulang hanya untuk menyenangkan hati orang-orang yang kita cintai, kita senantiasa menghabiskan hampir waktu siang dan malam hingga meninggalkan shalat dan puasa. Keadaan ini telah menjadikan kita seolah lemah keimanan hingga boleh jadi sampai pada titik taraf tauhid yang sangat lemah bahkan sampai menjurus ke perbuatan musyrik. Andaikan suasana seperti ini terus berlanjut dan hanya berlalu tanpa harus bertobat, sudah dapat dipastikan kita akan semakin jauh dari fitrah kita.

Hadirin wal hadirat yang Berbahagia.

اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ

Oleh karena manusia awalnya suci maka sangat wajar sikap dan sifat manusia pun seharusnya menunjukkan sikap dan sifat yang suci, terutama terhadap sesama manusia.  Bukan kah ada ungkapan mengatakan manusia itu suci dan berbuat suci kepada sesamanya berbentuk amal saleh. Fitrah terkait dengan hanif artinya suatu sifat dalam diri kita yang cenderung memihak kepada kebaikan dan kebenaran. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda:

البرمااطمان إليه القلب واطمأنت إليه النفس وا لإثم ما حاك قي القلب و ترددفي الصدر

 “Kebajikan ialah sesuatu yang membuat hati dan jiwa tenang. Dan dosa ialah sesuatu yang terasa tak karuan dalam hati dan terasa bimbang di dada” (HR  Ahmad).

Maksud dosa dalam hadis ini adalah, sesuatu yang dirasakan bertentangan dengan hati nurani. Oleh karena itu hidup harus digunakan untuk mencari dan menegakkan kebenaran dengan tulus dan ikhlas, tanpa  semangat golongan atau kelompok, diiringi dengan musliman yaitu pasrah kepada Allah swt. Dalam firman Allah sebagaimana yang disebutkan dalam Surat Ar Rum ayat 30 di atas bahwa agama yang benar tidak lain adalah asal kesucian manusia itu sendiri yaitu fitrah.

Zaman boleh berubah, tahun boleh berganti, milenium boleh bertukar, tetapi manusia tetap sama selama-lamanya, sesuai dengan desain Allah swt. Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kebenaran dan akan merasa tentram hidupnya apabila mendapatkan kebenaran itu. Sebaliknya kalau tidak mendapatkan sudah sewajarnya resah dan gelisah. Tepat sekali ayat mengatakan  bahwa diin (agama) yang benar ialah kemanusian primordial artinya sesuatu yang asli, yang berasal dari pokok atau pangkal diciptakan. Idul Fitri adalah hari raya untuk merayakan kembalinya fitrah, setelah hilang dan diketemukan kembali atau berhasil diketemukan. Hal itu karena adanya ibadah puasa yang berintikan latihan menahan diri dari godaan-godaan, seperti dilambangkan dengan makan dan minum serta hubungan biologis.

Adanya balasan pahala dari puasa  tentunya tidak tergantung seberapa jauh kita lapar dan haus. Melainkan tergantung pada, apakah kita menjalankannya dengan rasa iman dan penuh perhitungan atau adanya instrospeksi diri atau tidak. Bukti lebih jauh bahwa pahala puasa  tidak tergantung pada seberapa jauh kita lapar dan haus adalah disunahkan berbuka puasa sesegera mungkin yang dalam istilah agama disebut ta’jil. Jadi mensegerakan buka puasa, makin besar pahalanya. Sedangkan sahur disunatkan mentakhirkannya, karena semakin akhir sahur kita semakin besar pula pahalanya.

Hal ini suatu bukti ternyata Allah tidak menghendaki kita tersiksa, tetapi Dia menghendaki agar kita melatih menahan diri dari godaan-godaan yang terkadang menjerumuskan kepada kesesatan. Maka pahala ibadah puasa tergantung kepada seberapa jauh kita bersungguh-sungguh melatih menahan diri, melatih untuk tidak tergoda, sebab salah satu kelemahan manusia memang terkadang tidak bisa menahan diri. Al Qur’an menyebutkan di antara kelemahan manusia  cara pandangannya yang pendek, sebagaimana firman-Nya:

كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ ,وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ 

 “Sekali-kali janganlah demikian, sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat.” (QS. Al Qiyamah ayat 20-21)

Sudah dapat dipastikan manusia gampang tergoda, menganggap sesuatu yang sepintas lalu adalah menyenangkan dan menarik, kemudian mengambilnya, padahal nanti dibelakang hari akan membawa malapetaka. Jadi sesungguhnya dosa tidak lain adalah sesuatu yang dalam jangka pendek membawa kesenanngan tetapi dalam jangka panjang membawa kehancuran dan kesengsaraan. Ini hanya contoh sederhana efek kelemahan manusia yang tidak sanggup melihat akibat perbuatannya dalam jangka panjang, lebih tertarik pada akibat-akibat jangka pendek. Ingin kaya tetapi harus cepat, maka jalan pintas pun diambil, korupsi, kolusi, nepotisme, mencuri, menipu, berjudi, membunuh, merampok, menjalankan bisnis narkoba, prostitusi dan lain sebagainya.

Ma’asyiral Muslimin dan Muslimat yang Mulia.

اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ

Manusia lahir dalam fitrah dengan demikian berarti wajib hidup dalam kesucian dan harus istiqomah dalam kefitrahan itu. Akan tetapi karena kelemahannya terlalu mudah tergoda dan tergiur, sedikit demi sedikit menumpuk debu-debu dosa dan menutup hati kita sehingga menjadi gelaplah hati. Padahal semula hati kita itu terang di bawah cahaya nur Ilahi mampu memantulkan sinar kebaikan. Itulah sebabnya hati disebut nurani  yang berarti cahaya. Tapi lama kelamaan menjadi gelap gulita karena selalu dikotori debu dan dosa, akibatnya hati menjadi zhulmanialias gelap tidak bisa menerima yang hak.

Untuk itu Allah telah menyediakan bulan Ramadhan untuk berpuasa, supaya kita dapat mensucikan diri, sehingga dapat dikatakan hakikat Ramadhan adalah kembali menjadi suci. Oleh karena itu puasa bukan saja bulan suci tetapi bulan pensucian. Kalau kita berhasil menjalankan ibadah puasa dengan iman yaitu  percaya kepada Allah swt. dan ihtisab yang berarti mawas diri, menghitung diri sendiri atau instrospeksi, kesempatan bertanya dengan jujur siapa kita ini sebenarnya, apakah betul kita ini sudah banyak berbuat baik, maka Allah akan mengampuni dosa dan kesalahan kita yang telah berlalu, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:

من صام رمضان إيمانا واحتساباغفر له ماتقدم من دنبه

“Barang siapa berpuasa ramadhan karena iman dan ihtisab, niscaya Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu”

Andaikan kita berhasil berpuasa dengan dasar iman dan ihtisab, maka seluruh dosa kita yang lalu akan diampuni oleh Allah swt. Dan konsekwensinya pada waktu kita selesai berpuasa yaitu pada tanggal 1 Syawal hari ini, kita ibarat dilahirkan kembali dari rahim ibu kita. Itulah yang kita rayakan kembali suci, kembalinya fitrah kepada kita, dan kita pun harus tampil sebagai manusia suci dan baik, sebaik-baiknya kepada sesama manusia, juga sebaik-baiknya kepada sesama makhluk. Tidaklah berlebihan semangat Idul Fitri yang kemudian kita ucapkan minal aidin wal faizin, semoga kita semuanya termasuk orang yang kembali ke fitrahnya dan sukses serta memperoleh kebahagiaan. Idul Fitri wujud hari kembalinya manusia kepada Allah swt. dengan kesucian. Kita senantiasa harus berusaha kembali kepada-Nya dengan kesucian, karena setiap yang bernafas pasti akan kembali kepada-Nya.

Pasca ditinggal bulan Ramadhan jangan membuat kita gembira, karena tidak ada jaminanya kita mendapatinya di tahun yang akan datang. Padahal boleh jadi kita adalah orang-orang yang gagal dalam mempergunakan kesempatan di bulan Ramadhan ini. Hal itu bisa dilihat dengan semakin bertambah buruknya prilaku dan akhlak kita, semakin lemahnya kita dalam beribadah, semakin lemahnya dalam menahan amarah, semakin lemahnya menahan diri dari menyakiti orang lain, semakin lemahnya dalam menghargai orang lain, semakin lemahnya sikap menghargai orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, semakin lemahnya kita dari memperbaiki silaturahim baik dengan saudara maupun dengan tetangga. Hanya karena merasa diri lebih baik dari orang lain maka tidak pantas kiranya kita bertegur sapa dengan orang-orang yang levelnya (mugkin) kita anggap lebih rendah dari kita. Padahal kemulian dan level seseorang bukan dilihat dari sesuatu yang bersifat fisik saja, melainkan sejauh mana hatinya tertambat kepada Allah swt.

Kegagalan demi kegagalan dalam mempergunakan kesempatan setiap bulan Ramadhan, harusnya membuat kita menyadari betapa bergelimangnya diri ini dari dosa dan kedurhakaan kepada Allah swt. Bagaimana kita tak akan sedih seandainya Allah swt. membukakan catatan amaliyah kita selama Ramadhan dari tahun ke tahun ternyata tidak beranjak dari angka standar puasa, yaitu senilai lapar dan hausnya saja, dan pahala yang lainnya tak lebih dari sekedar menggugurkan kewajiban saja.

Rangkain ibadah Ramadhan seyogyanya membuat kita meraih kesucian fitrahnya itu. Karena berbagai amaliyah kebaikan dapat membimbing dan mengarahkan para pelakunya memperoleh hasil yang positif dam kegembiraan. Ingatkah kita bahwa apapun ibadah yang dilakukan, sekecil apapun amaliyah tersebut  membuat kita semakin memiliki nilai-nilai terbaik dalam prilaku dan akhlak. Lalu seandainya amaliyah tersebut tidak menjadikan kita semakin bertambah baik dalam prilaku dan akhlak maka sesungguhnya hal itu semakin membuat kita semakin bertambah  jauh dari Allah swt. Karena itu agar memperoleh kesucian fitrah tersebut, maka beberapa hal yang bisa kita lakukan, yaitu dengan cara memperbaiki kembali hubungan kita dengan Allah, dengan orang tua, dengan tetangga, dan dengan saudara, baik saudara sedarah atau saudara seagama.

Demikian khutbah yang singkat ini semoga ada mamfaatnya, tiada hari yang paling indah selain hari Ramadhan, jadikanlah diri kita pemenang saat takbir berkumandang sambut kemenangan dengan hati yang bersih minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir bathin. Andai jemari tak sempat berjabat, andai raga tak sempat bertatap, seiring beduk yang menggema dan seruan takbir yang berkumandang kita haturkan salam menyambut Hari Raya Idul Fitri.

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Pertama Idul Fitri 1436.H / 2015.M

اللهُ اَكْبَرْاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Akhirnya marilah kita berdoa, menundukkan kepala, memohon kepada Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim untuk kebaikan kita dan umat Islam dimana saja berada:

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ وَنَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَهْدِيْكَ وَنَعُوْذُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ نَشْكُرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ.

Ya Allah, sesungguhnya kami memuji-Mu, meminta tolong kepada-Mu, dan memohon petunjuk dari-Mu, kami berlindung dan bertawakal kepada-Mu, kami memuji-Mu dengan segala kebaikan, kami bersyukur atas semua nikmat-Mu, kami tidak mengingkari-Mu, kami berlepas diri dari siapa pun yang durhaka kepada-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya untuk-Mu shalat dan sujud kami, dan hanya kepada-Mu kami berusaha dan bergegas, kami sangat mengharapkan rahmat-Mu dan takut akan siksa-Mu, sesungguhnya azab-Mu benar-benar ditimpakan kepada orang-orang kafir.

اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ بِالإِسْلاَمِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالإِيْمِانِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْقُرْآنِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِشَهْرِ رَمَضَانَ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْمُعَافَاةِ لَكَ الْحَمْدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيْنَا.

Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu atas nikmat Islam, nikmat Iman, nikmat Al-Qur’an, nikmat bulan Ramadhan, nikmat keluarga, harta dan kesehatan. Segala puji bagi-Mu atas semua nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ ونَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

Ya Allah, sampaikanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada hamba, nabi dan rasul-Mu Muhammad saw beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.

Ya Allah, ampunilah kami dan ampuni pula kedua orang tua kami dan sayangilah mereka seperti kasih sayang mereka saat mendidik kami di waktu kecil.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.

Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنـَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau jadikan di hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman, ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

 

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu ridha dan surga-Mu serta semua ucapan maupun perbuatan yang dapat mendekatkan kami kepadanya, dan kami berlindung kepada-Mu dari murka dan neraka-Mu serta semua ucapan maupun perbuatan yang dapat mendekatkan kami kepadanya.

اَللَّهُمَّ أَفْرِغْ عَلَيْهِمْ صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ

Ya Allah, berikan kesabaran kepada mereka, teguhkan pendirian mereka, dan tolonglah mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka.

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, dan kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

 

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ . سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ . وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ . وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Download Versi PDF


 

 

 

 

 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice