MEMBANGUN KARAKTERISTIK BANGSA MELALUI RAMADHAN
Oleh : Al Fitri J Chaniago, S.Ag., S.H., M.H.I
(Hakim Pratama Utama PA Manna)
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر.
إنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ ونَستَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أنفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنا مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ ومن يُضْلِلْ فَلا هَادِي لَهُ، أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى ألِ إِبْرَاهِيْمَ ِفي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون.
أَمَّا بَعْدُ:
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.
Puji dan syukur hanya milik Allah Yang Maha Perkasa, yang telah menyediakan Ramadhan sebagai bulan ibadah (syahru ibadah) dan pelaksanaan sholat Id yang baru saja berlalu, karenanya kita berharap semoga semua itu dapat mengokohkan ketaqwaan dan iman kita kepada-Nya, dan mulia di hadapan-Nya. Shalawat dan salam teruntuk kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para penerus ajarannya sampai akhir zaman kelak. Ramadhan telah berlalu, berarti telah mengurangi jatah umur kita, boleh jadi kita masih bisa berjumpa dengan bulan ini pada tahun yang akan datang, dan barangkali juga merupakan terakhir berjumpa dengan Ramadhan.
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin dan Muslimat yang Berbahagia.
Nuansa pagi ini diselimuti rasa suka cita dan gembira karena kembali kefitrahan atau kesucian jiwa seperti baru lahir dari kandung ibu, kebersihan hati pasca melaksanakan amaliyah Ramadhan, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ وَسَنَنْتُ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِحْتِسَابًا خَرَجَ مِنَ الذُّنُوْبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
“Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunnahkan shalat malam harinya. Barangsiapa puasa Ramadhan dan shalat malam dengan mengharap ridha Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang dilahirkan ibunya.” (HR. Ahmad).
Pantas kita juga merasa sedih dan berduka jika momentum Ramadhan yang telah usai belum dimamfaatkan sebaik-baiknya, berpuasa hanya sekedar meninggalkan makan dan minum di siang hari Ramadhan, bertarawih mengejar jumlah rakaat tanpa kekhusyukan, Tilawatil Qur’an hanya mengejar target khatam, bersedekah hanya sekedar ingin dikatakan dermawan. Para sahabat Rasul menangis jika di akhir Ramadhan karena merasa kwatir tidak akan berjumpa dengan Ramadhan yang akan datang dan bersedih kalau-kalau Ramadhan yang telah berlalu merasa amalnya sedikit meskipun mereka sesungguhnya benar-benar telah memamfaatkan momentum Ramadhan dengan sempurna.
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin dan Muslimat yang Terhormat.
Ramadhan merupakan sarana pendidikan kepribadian dan pembinaan umat manusia untuk memperbaiki sikap mentalnya. Di dalamnya kita digembleng, dididik, dilatih dan dibina secara ketat dan terprogram, sehingga kelak pasca Ramadhan menjadi manusia yang mumpuni, berprestasi dan unggul serta berdaya guna. Sehingga diharapkan menjadi sosok manusia memberikan maslahat dan bermanfaat untuk negara dan agamanya.
Indonesia sesungguhnya negara yang memiliki kondisi unik dilihat dari perkembangannya, keunikannya tidak hanya dilihat dari kebhinekaan komponen dan kekayaan yang dimiliki, tetapi juga dilihat dari kondisi yang dialami bangsa Indonesia saat ini. Komponen bangsa Indonesia terdiri dari beragam konteks sosial kemasyarakatan dan budaya bangsa yang terus berkembang dari kurun waktu ke waktu. Dilihat dari kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat dikategorikan sangat melimpah ruah disertai dengan letak geografisnya, kepulauan yang berada dilintasan jamrut khatulistiwa, tanah air yang subur, air yang melimpah, udara yang segar, kekayaan sumber energy dan mineral yang melimpah di dalam tanah dan laut, semuanya memberikan keunikan terhadap bangsa ini yang merupakan karunia Allah SWT tanpa terhingga sehingga dapat dikatakan: “Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan”.
Namun, sayang kenapa bangsa ini masih saja dilanda kemiskinan, ketidakadilan, ketidakpastian hukum, ketidakstabilan, korupsi merajalela dan lain sebagainya. Sejenak mari sama-sama kita renungan dan pikirkan beberapa indikasi tentang apa yang salah dengan bangsa ini? Tentu salah satu jawabannya adalah rapuh dan rusaknya moral anak bangsa yang menjadi akut, korupsi, asusila, kejahatan, tindakan kriminalitas hampir sampai pada titik nadir dan pada semua sektor pembangunan. Oleh karenanya pendidikan karakter melalui Ramadhan merupakan suatu kebutuhan mutlak untuk mencerdaskan anak bangsa untuk membangun moralitas, kepribadian, mental dan akhlakulkarimah guna menjadi tiang penyangga bagi bangsa dan Negara ke depannya.
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin dan Muslimat yang Berbahagia.
Karakteristik merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang diyakini dapat berubah dari yang baik menjadi buruk atau sebaliknya dari yang buruk bisa saja menjadi baik. Itulah sebabnya kenapa pembangunan karakter menjadi urgen dalam kehidupan manusia itu sendiri baik dalam skala individu maupun skala besar bermasyarakat dan berbangsa. Dalam konsep Islam, umat disuruh meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW, yaitu shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (terbuka) dan fathanah (cerdas). Sifat jujur diperlukan dalam kehidupan kita, jika orang tidak jujur akan berimplikasi menjadi koruptor, pencuri, pezina, pemabuk, bandar narkoba, pecundang, teroris, makelar kasus dan lain sebagainya. Pengembangan karakter dapat dilakukan melalui pendidikan Ramadhan yang telah usai kemudian diaplikasikan dan diimplementasikan sebelas bulan yang akan datang.
Jika dililihat kondisi saat ini yang sarat krisis multi dimensi melibatkan berbagai sisi kehidupan baik pada sisi sosial, budaya, ekonomi, politik, agama, maupun pertahanan dan keamanan. Oleh sebab itu nilai-nilai atsar Ramadhan perlu diperkuat untuk pembangunan bangsa saat ini ke depan, di antaranya ada 3 sifat dasar yang harus dipegang terus-menerus dari buah manisnya bulan Ramadhan, yaitu:
Pertama, Sifat jujur.
Makna jujur merupakan karakter yang dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari bahaya latin prilaku korupsi, kolusi dan nepotisme, serta premanisme. Kejujuran (ash shiddiq) merupakan salah satu sifat utama yang harus dimiliki orang-orang bertaqwa. Begitu pentingnya sifat mulia itu, sehingga tidak kurang dari 145 kali disebut dalam Al Quran. Ibadah puasa yang kita laksanakan pada bulan Ramadhan merupakan sarana untuk melatih kita berbuat jujur. Sebab hanya kita sendiri dan Allah SWT yang mengetahui bahwa kita benar-benar berpuasa atau tidak. Sebagaimana yang difirmankan Allah Taala dalam Hadis Qudsi:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
"Setiap amalan anak cucu Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik Muslim).
Hadis ini juga boleh dibaca secara majhul dengan tafsirannya “Akulah (Allah) balasannya”, ini bermakna Allah telah menjanjikan bahawa Dialah (Allah) menjadi balasan bagi orang yang berjaya dalam puasanya. Allah adalah tuan syurga, apabila tuan syurga sudah diperolehi oleh seseorang, maka secara automatiknya ia mendapat syurga. Tidak sedikit di antara umat Islam yang di hadapan orang lain terlihat berpuasa, ikut makan sahur, dan turut berbuka puasa dan ikut lemes, namun secara diam-diam dia sebenarnya tidak berpuasa. Selain itu, orang yang benar-benar berpuasa dilatih kejujurannya. Memang secara hukum puasanya tidak batal ketika seseorang berbuat tidak jujur, namun ibadah puasanya telah rusak, artinya tidak mendapatkan pahala, malahan dosa yang diperolehnya, meskipun telah merasakan haus dan lapar. Rasulullah SAW bersabda:
“Banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan haus.” (HR Bukhari).
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin dan Muslimat yang Mulia Allah.
Mari jadikan puasa Ramadhan yang telah ditunaikan sebagai sarana meraih derajat taqwa, yang salah satu kriterianya senantiasa berlaku jujur. Jaga setiap amanah (termasuk amanah jabatan dan kekuasaan) yang dipercayakan kepundak kita. Ciptakan suasana aman dan ketenangan hidup bermasyarakat dengan berlaku jujur. Sebab Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits: “Kejujuran itu menciptakan ketenangan”.
Pemimpin dibutuhkan kejujuran agar dapat mewujudkan keadilan, kenyamanan dan ketenteraman hidup bawahannya. Pejabat publik yang jujur, dambaan rakyatnya, dengannya dapat memberikan kemaslahatan besar untuk rakyatnya, sekalipun kondisi dirundung masalah. Penegak hukum yang jujur, harapan pencari keadilan, sehingga dapat mengeluarkan putusan hukum yang adil, tidak memihak kepada yang kuat atau punya kepentingan. Rusaknya tatanan sistem kenegaraan bangsa adalah tidak ada kejujuran.
Kedua, Kerja keras.
Kerja keras sebuah istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya sampai tuntas tanpa harus putus asa. Puasa selain menjadikan orang bertakwa juga sebagai bentuk latihan rohani, mendidik jiwa agar dapat menguasai diri sendiri, mendidik hawa nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti kehendaknya, mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebaik-baiknya, mendidik kesabaran dan ketabahan serta untuk perbaikan pergaulan. Puasa Ramadhan adalah arena pematangan intelektual, emosional dan spiritual. Efek ibadah puasa mendorong kita matang berkomunikasi secara horizontal dan vertikal. Makanya puasa dapat memotivasi kita untuk melakukan keshalehan sosial, berperilaku produktif, berlatih sabar, dan memberi maaf sesama makhluk Tuhan. Ramadhan juga menjadi gelanggang berlatih sabar sebulan penuh. Energi ini kelak menjadi modal sebelas bulan ke depan guna menghadapi cobaan dan tantangan hidup.
Salah satu prinsip masyarakat modern yang menonjol biasanya hidup dalam tergesa-gesa. Waktu menjadi ukuran dominan masyarakat modern, bagaimana mencapai produksi dengan tepat dan cepat sehingga pertumbuhan kemakmuran mencapai taraf tinggi. Sabar mendorong orang fokus melakukan pekerjaan, sesuai nilai kerja universal, yaitu fokus atau bersungguh-sungguh dalam mencari karunia Allah SWT, hingga mencapai hasil maksimal. Implikasi sabar dalam kehidupan sangat perlu, seperti sabar dalam menerima cobaan, mengendalikan hawa nafsu, sabar dalam melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, sabar dalam tugas kerja, sabar dalam menegakkan perjuangan di jalan Allah Taala, dan sabar dalam hubungan antar sesama umat manusia.
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin dan Muslimat yang Terhormat.
Islam menganggap perilaku produktif sebagai amal shaleh manusia, sebagai khalifah di muka bumi. Keshalehan bukan fungsi positif dari ketidakproduktifan ekonomi. Semakin shaleh, seseorang seharusnya semakin produktif. Bahwa dalam menjalankan ibadah puasa, umat Muslim tidak hanya mengutamakan ritual ibadah tetapi juga harus dapat menginternalisasikan makna ibadah puasa. Dalam arti luas, bulan pauasa Ramadan akan membentuk perubahan yang signifikan pribadi menjadi lebih baik yaitu menjadi pekerja keras tanpa menyerah. Makna yang lebih penting dalam menjalankan puasa adalah dengan menginternalisasikan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan, tentu, akan ada perubahan karakter pribadi yang lebih baik bagi pribadi yang menjalankannya.
Tampaknya, tidak ada alasan yang masuk akal untuk mengatakan bahwa puasa akan membuat konsentrasi kerja terganggu dan menjadi tidak disiplin. Justru bagi orang yang berpuasa kedisiplinan dan semangat kerja keras harus menjadi dasar moral untuk meraih kerja sukses menggapai kesejahteraan dalam frame ibadah kepada Allah SWT. Dengan demikian puasa dan kerja keras menjadi kesatuan yang mendorong orang yang berpuasa menjadi insan muttaqien.
Ketiga, Ikhlas.
Ikhlas dalam bahasa arab memiliki arti murni, suci, tidak bercampur, atau pengabdian yang tulus. Ikhlas adalah setiap kegiatan yang kita kerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan ridha Allah SWT. Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar ra:
أن الصوم لا يقع فيه الرياء كما يقع في غيره حكاه المازري ونقله عياض عن أبي عبيد
“Bahwa puasa tidak terjadi di dalamnya riya’ sebagaimana terjadi pada selainnya, diceritakan oleh al Maziry dan dinukilkan oleh ‘yadh dari Abu ‘Ubaid.
قال القرطبي : لما كانت الأعمال يدخلها الرياء ، والصوم لا يطلع عليه بمجرد فعله إلا الله فأضافه الله إلى نفسه ولهذا قال في الحديث : (يدع شهوته من أجلي) .
“Berkata Al Qurthuby rahimahullah: “Ketika amalan-amalan (lain) dimasuki oleh riya’, sedangkan puasa tidak dapat dilihat dengan hanya melakukannya, kecuali Allah, maka Allah gandengkan puasa itu kepada diri-Nya, oleh sebab inilah Allah berfirman di dalam hadits: “Ia meninggalkan syahwatnya karena Aku.”
Ikhlas merupakan suasana hati seorang muslim yang kosong dari keinginan-keinginan duniawi seperti ingin mendapatkan pujian, memperoleh penghargaan (reward), supaya tampak baik di mata orang lain, ikhlas adalah hati yang menggerakkan badan agar melakukan perbuatan baik dengan niat murni lillahi ta’ala hanya mengharap keridho’an Allah ‘Azza wa Jalla. Bukanlah perbuatan ikhlas kalau kita beribadah supaya dilihat mertua, juga bukan ikhlas kalau kita bekerja dengan baik agar bos senang, bercakap manis agar atasan suka, ini berarti masih menggantungkan harapan kepada selain Allah SWT. Orang yang ikhlas hanya bergantung pada Allah, bekerja untuk mencari nafkah keluarga dengan niatan hanya karena Allah SWT. Beribadah ikhlas walaupun tidak dilihat manusia bahkan di tempat tersembunyi sekalipun, hanya semata-mata mengharap keridho’an Allah SWT.
Allahu Akbar 3x wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin dan Muslimat yang Terhormat.
Hati yang bersih akan mampu merubah dirinya sendiri yang selanjutnya menjadi pribadi yang bertaqwa sebagai danpak pelaksanaan Ramadhan yang sesungguhnya. Untuk mencapai kualitas derajat taqwa tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, tingkat taqwa membutuhkan proses yang sangat panjang yang harus ditempuh oleh setiap muslim, selain harus melandasi dengan basic keimanan yang benar, namun juga menempuh proses berat sehingga mampu memberikan output yang baik dan mulia. Menjadi amat penting bagi kita untuk memperlakukan hati dengan sebaik-baiknya sehingga perbaikan (reformasi) diri, keluarga, masyarakat dan bangsa pasca Ramadhan berakhir dapat kita realisasikan.
Mari kita akhiri rangkaian ibadah Idul Fitri pagi ini dengan berdoa kehadirat Allah SWT dengan menadahkan kedua tangan dan hati yang khusuk semoga doa kita diijabah-Nya:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اَلْحَمْد ُلِلَّهِ رَبِّ اْلعَالمِيْنَ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ حَمْدًا يُوَافِىْ نِعَامَهُ وَيُكَافِىْ مَزِيْدَه يَارَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ لاَ نُحْصىْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ وَلَكَ اْلحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى. اَللَّهُمَّ صَلِّ وسلم عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْن.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ.
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا.
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمِ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَسْبَعُ وَمِنْ دُعَاءِ لاَيُسْمَعُ.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari doa yang tak didengar (Ahmad, Muslim, Nasa’I).
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
KLIK DISINI untuk versi PDF