Khutbah Idul Adha 2015 M / 1436 H
Merindukan Sosok Pemimpin Masa Lalu
Oleh: Al Fitri, S.Ag., S.H., M.H.I.
(Hakim Pratama Utama Pengadilan Agama Manna)
Khutbah Pertama:
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
الله أكبر ×9 لا إله إلا الله، والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
الْحَمْدُ للهِ الذي صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ،اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ ومن تبع دين محمد. وسلم تسليما كثيرا. فياايها المسلمون الكرام. اوصيكم ونفسى بتقوى الله. واعلموا أن هذا الشهر شهر عظيم. وأن هذاليوم يوم عيد المؤمين. يوم خليل الله إبراهيم أبو ألانبياء والمرسلين. اَمَّا بَعْدُ. فَيَاعِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah.
Alhamdulillah, pagi ini kita kembali berkumpul menikmati indahnya matahari, sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir mengagungkan Ilahi Rabbi, dirangkai dengan dua raka’at sholat ‘ied sebagai upaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Agung. Marilah kita bersama-sama meningkatkan taqwa kepada Allah swt dengan sepenuh hati, kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam keta’atan dan ketabahan Nabi Ibrahim as menjalani cobaan dari Allah Yang Maha Kuasa.
Idul Adha tahun ini merupakan sekian kalinya pasca reformasi digulirkan sejak Medio 1998, saat dimana kita merayakan Idul Adha dalam kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara mengalami danpak krisis ekonomi global yang membawa danpak pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah, nilai tukar rupiah anjlok, harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan, kegaduhan politik masih terasa, dekadensi moral telah mewarnai kehidupan masyarakat dengan merajalelanya prostitusi secara terang-terangan, tersembunyi bahkan secara online, aksi begal disertai kekerasan, perampokan dan pembunuhan sadis sudah menjadi hal biasa, dan kecanduan narkoba telah menjadi rutinitas. Demikian juga musibah silih berganti bencana kabut asap akibat pembakaran hutan, jumlah daerah mengalami kekeringan akibat musim kemarau, kebakaran, kecelakaan lalu lintas darat, air dan udara, tertundanya keberangkatan calon jemaah haji karena visa, musibah jatuhnya crane di Makkah, belum lagi semakin masifnya permasalahan perilaku korupsi, menjamurnya mafia hukum, anarkisme, terorisme, kekerasan yang mengatasnamakan agama dan lain sebagainya, semua itu merupakan sebagai ujian keimanan umat dan pemimpinnya.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Idul Adha atau Idul Qurban ini merupakan hari penuh berkah, dan bersejarah bagi umat Islam di penjuru dunia, karena merupakan hari kemenangan seorang Nabi penemu konsep ke-tauhidan dalam berketuhanan, sekaligus model ideal pemimpin umat manusia yang telah diberikan Allah swt kepada Nabi Ibrahim as setelah melewati berbagai ujian dalam bentuk perintah dan larangan, dalam QS. Al Baqarah ayat 124 disebutkan:
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ.
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim as diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim".
Menurut sebagian ulama, beberapa kalimat di dalam ayat ini, berhubungan dengan perintah dan larangan Allah swt dalam konteks ritual haji (manasik) dan pensucian diri (thaharah). Kebersihan di sini berarti kebersihan lahiriah mencakup kebersihan dan kesucian lima bagian kepala dan badan. Secara implisit, kebersihan lahiriah adalah cermin dari kebersihan jiwa dan pikiran dari seseorang calon pemimpin. Secara umum kebersihan dan kesucian berakar pada aqidah yang bersih dan lurus.
Penjelasan di atas, dapat diambil pelajaran kebersihan adalah syarat pertama bagi seorang pemimpin. Dalam konteks lebih luas, ujian kepemimpinan Nabi Ibrahim as, sebagaimana dapat dipahami dari pendapat Ibnu Abbas ra, meliputi ujian intelektual, spiritual (keimanan), dan emosional (keberanian dan kesabaran). Kematangan akal dan pikiran Nabi Ibrahim as telah teruji dalam perjalanannya mencari Tuhan serta caranya berwacana dan beradu argumentasi. Keimanan Nabi Ibrahim as adalah keimanan yang bulat dan utuh, yaitu aqidah yang lurus lagi bersih. Semuanya dicapai dengan mata telinga, akal sehat, dan hati jujur. Puncak keimanannya telah terbukti dalam bentuk penyerahan diri secara menyeluruh serta kepatuhannya terhadap (perintah dan larangan) Allah Tuhan Semesta Alam, QS Al Baqarah ayat 131 menerangkan:
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ.
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
Keberanian Nabi Ibrahim as telah terbukti dan teruji dari sikapnya terhadap kemapanan atau status quo. Dengan tegas ditolaknya ajakan orangtua, kaum, bahkan penguasa untuk mempersekutukan Allah swt. Semua itu dilakukannya dengan cara yang cerdas dan elegan, sebagaimana diabadikan Al Qur’an.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin dan Muslimat Yang Berbahagia.
Kesabaran Nabi Ibrahim as teruji saat dilemparkan ke dalam api yang berkobar. Ujian selanjutnya saat Nabi Ibrahim as harus berhijrah meninggalkan tanah kelahirannya. Kesabarannya kembali diuji saat harus meninggalkan anak dan isterinya di tengah lembah yang sepi dan tandus, tanpa dukungan logistik yang memadai. Ujian lainnya kesabaran dalam menjamu tamu-tamu, di tengah-tengah keterbatasannya secara finansial dan material. Puncak tertinggi ujian kesabaran saat diperintahkan untuk mengorbankan puteranya Ismail as. Kesabaran Nabi Ibrahim as adalah kesabaran individu dengan dukungan solid dari keluarganya. Itu tercermin dari sikap Siti Hajar saat wanita mulia itu dan bayinya akan ditinggalkan di tengah lembah yang tidak berpenduduk dan belum ada tanda-tanda kehidupan di situ. Dukungan solid yang sama tercermin dari sikap Ismail saat diminta pendapat tentang mimpi sang ayahnya.
Belajar dari ujian kepemimpinan Nabi Ibrahim as, jelas bahwa kebersihan adalah pra-sayarat bagi seorang pemimpin. Selanjutnya, kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional (keberanian dan kesabaran) adalah syarat penting bagi pemimpin umat. Semuanya harus terbukti dari perkataan, sikap, dan perbuatan harus menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus teruji oleh waktu. Nabi Ibrahim as seorang pemimpin memiliki visi masa depan, sebagaimana tercermin dalam lantunan do’a dan harapannya, tentang negeri Makkah dan Ka’bah yang dibangunya bersama Ismail, tentang kiprah anak keturunannya di masa depan. Semua itu dalam bingkai dakwah dan kepemimpinan yang berkelanjutan dan berkesenambungan, bukan karena nafsu melanggengkan kekuasaan apalagi politik tirani. Harapannya, saat Allah swt mengangkatnya sebagai kalifah seluruh manusia, maka anak ketururannya akan terlahir pula pemimpin umat.
Do’a Nabi Ibrahim as dijawab langsung oleh Allah swt, dengan syarat mereka tidak berlaku zalim yaitu mempersekutukan Allah swt dan/atau berbuat tidak adil terhadap manusia. Sejarah mencatat dari anak keturunannya telah lahir para nabi dan rasul yang juga adalah pemimpin umat di kemudian hari. Di antaranya Nabi Muhammad saw, pemimpin umat manusia hingga akhir zaman, dan di tengah-tengah kita saat ini, hidup pula para ulama pewaris nabi.
Kita membutuhkan tipelogi pemimpin seperti kepemimpinan Nabi Ibrahim as hadir di tengah-tengah kita dalam kondisi saat ini tapi bukan rindu terhadap pemimpin masa lalu yang kepemimpinannya masih kontraversial. Fenomena kerinduan sosok pemimpin masa lalu tentu dilatarbelkangi tentang bagaimana enaknya hidup di zaman kepemimpinannya, masa dimana rakyat bisa merasakan murahnya biaya hidup di negeri ini, fenomena itu bisa dilihat dari tulisan-tulisan enak zamanku, padahal fenomena seperti demikian merupakan kemunduran pola pikir demokratisasi dalam menatap masa depan yang lebih baik, pola pikir yang terbentuk atas dasar keputusasaan.
Memang tidak ada yang salah jika rakyat merindukan suatu masa ketika segala sesuatu bisa diperoleh dengan cara mudah, tidak ada yang salah jika rakyat merindukan bagaimana nyamannya tinggal di negeri yang terkenal gemah ripah loh jinawi ini, mungkin sebagian rakyat memang sudah sangat tersiksa dengan keadaan dan kondisi yang terjadi saat ini, melemahnya ekonomi bangsa ini ke depan membawa rakyat berandai-andai dengan hal yang bertolak belakang. Memunculkan fenomena rindu terhadap kepemimpinan politik tertentu bukan hal yang baik, apalagi sampai memanfaatkan masa kelabilan perekonomian bangsa dalam mencari sosok pemimpin merupakan bentuk pembodohan yang dilakukan dengan sengaja yang arahanya sudah bisa dipastikan demi keuntungan pihak tertentu semata.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin dan Muslimat Yang Terhormat.
Tentu kita harus bertanya tidak ada baiknyakah pemimpin negeri saat ini? sampai kita harus merindukan kepemimpinan masa lalu. Apakah ini sebuah kenyataan bahwa kita tak berdaya menjalani perubahan zaman? sehingga kita rindu akan masa lalu. Jangan jadikan pemikiran ini menjadi pemikiran yang kontra produktif, terhadap upaya dan kerja yang sedang kita lakukan, ketidakyakinan dan pesimisme pada nasib negeri ini, tidak boleh dibiarkan membebani perjalanan kehidupan kita. Perubahan terbesar harus dimulai dari diri bagaimana kita bisa merubah diri kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Kita tidak bisa selalu harus mencari seseorang untuk merubah negeri ini, kita mulailah dari hal terkecil dalam diri kita agar negeri ini bisa lebih baik, kerinduan-kerinduan terhadap pemimpin masa lalu itu harus jadi semangat untuk kita mewujudkan harapan-harapan pada negeri dalam bakti kita kepada ibu pertiwi.
Rasa rindu kita hanya ada pada sosok pemimpin yang benar-benar berjiwa pemimpin dan terbaik dikalangan di mata umat, yang berhasil mensejahterakan umat. Sisi baik dari kepemimpinan ingin kembali dimunculkan untuk mengatasi banyakknya permasalahan yang tak kunjung usai, hal ini tentu dikarenakan masyarakat sedang dalam krisis kepercayaan terhadap para pemimpinnya. Sesungguhnya kerinduan terhadap pemimpin masa lalu juga dapat dimaknai sebagai sebuah kritik terhadap pemimpin saat ini. Barangkali mayoritas pemimpin saat ini adalah orang-orang yang vokal pada saat reformasi. Mereka yang dulu mengkritik pemimpin sebelumnya dan menawarkan janji-janji baru yang menggiurkan bagi rakyat untuk memilih mereka sebagai pemimpin. Tapi tak sedikit pula janji hanya sekedar janji menjelang pemilu, menawarkan janji-janji sudah menjadi sebuah tradisi, namun setelah benar-benar dipilih oleh rakyat janji itu hanyalah isapan jempol belaka.
Kita butuh sosok pemimpin seperti Nabi Ibrahim as yang tidak banyak bicara dan lebih suka bekerja, beliau sangat berambisi menghasilkan sesuatu yang nyata dan terbaik bagi negerinya. Kerinduan akan sosok pemimpin seperti sosok Ibrahim as juga bermakna sebagai harapan terhadap pemimpin bangsa ini agar segera bisa mengatasi permasalahan bangsa yang semakin banyak, pemimpin yang tegas, berani, banyak bekerja, pro rakyat dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, kerinduan terhadap masa lalu bukan harus diartikan sebuah kerinduan yang tidak tahu diri dan tidak mengerti seluk beluk sejarahnya. Kerinduan akan sosok pemimpin yang bisa mensejahterakan rakyatnya, apalagi rakyat kecil banyak yang tidak tahu tentang politik, mereka hanya ingin hidup makmur dan sejahtera.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin dan Muslimat Yang Mulia.
Pemimpin ideal merupakan dambaan setiap rakyat, tidak terkecuali penduduk Indonesia. Jika menapak-tilas sejarah hidup Nabi Ibrahim as, tentu kita akan menemukan akhlak pemimpin umat yang kompleks dalam diri Nabi Ibrahim as, Quran menyebutnya sebagai sosok pemimpin ideal karena kepribadiannya yang paripurna. Dalam QS An Nahl ayat 120-122 Allah swt berfirman:
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ,شَاكِرًا لأنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ,وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ .
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh.”
Sosok pemimpin seperti yang disebutkan dalam kriteria ayat itu dapat dijamin akan jauh dari sifat zalim, korup, arogan dan semena-mena. Perilaku yang taat kepada Allah swt tentu mendatangkan keberkahan bagi negeri yang dipimpinnya, perbuatan yang lurus akan menjadikan rakyat nyaman, sementara pribadi syukur senatiasa melipatgandakan anugerah-anugerah Allah yang telah diterimanya. Dengan kata lain, tiga kriteria tersebut adalah pondasi bagi sosok pemimpin yang berkarakter kuat, lurus dalam aqidah dan ibadah, serta teguh memegang amanah.
Keistimewaan dan semangat yang dimiliki Nabi Ibrahim as tidak diperoleh dengan mudah dan murah. Begitu banyak ujian dan cobaan yang harus dilalui sebelum akhirnya tampil sebagai pemimpin alami yang Islami. Hal ini yang harus diteladani bagi setiap umat dan pemimpin. Kisah perseteruan Ibrahim as dengan Raja Namrud, sebuah keberanian dalam mengungkap kesalahan serta kegigihannya mengutarakan kebenaran kepada sang penguasa zalim, harus dibayar mahal dengan hukuman dibakar di tengah api unggun. Semangat Nabi Ibrahim as inilah yang harus diwarisi oleh setiap umat dalam berhadapan dengan para pemimpin yang zalim, arogan dan sering berbohong. Berani mengemukan yang benar harus diikuti dan bathil harus disingkirkan. Dengan meneladani keberanian Nabi Ibrahim as, akan tercipta iklim politik dan bernegara yang bersih terhindar dari dusta dan keculasan. Pemimpin dan pemangku jabatan politik, pasti akan berpikir dua kali untuk melakukan kezaliman apabila ada umat menjelma seperti kepribadian Ibrahim as.
Jika demokrasi yang berjalan saat ini belum bisa mewujudkan cita-cita reformasi, semua orang berpeluang menduduki jabatan publik, ternyata menciptakan iklim politik yang kurang sehat, sehingga banyak yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan, termasuk menggunakan politik uang (money politic). Kondisi inilah yang membuat umat merindukan pemimpin yang berjiwa negarawan. Pemimpin aspiratif yang peka terhadap kondisi akan kebutuhan rakyatnya. Figur yang tampil membina hubungan dengan masyarakat seperti dicontohkan Rasullullah saw dan khulafaur Rasyidin. Kriteria pemimpin kreatif adalah pribadi teguh pendirian, aspiratif, dan vokal dalam menyuarakan aspirasi umat, gigih dalam memperjuangkan kepentingan daerahnya di pentas nasional maupun internasional serta cerdas dalam berkomunikasi dan bernegosiasi dengan pihak lain. Islam memberikan kriteria yang spesifik mengenai pemimpin karena kepemimpinan sebagai sesuatu hal vital dan fundamental, Islam memandang pemimpin menempati hirarki tertinggi dalam struktur bangunan sosial.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Hadirin kaum muslimin dan muslimat sidang Idul Adha yang berbahagia.
Akhirnya kita harus banyak berharap, berusaha dan berdo’a, mudah-mudahan kita semua, para pemimpin, dan elit-elit dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi, kelompok, dan partai pengusung tetapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwalah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya. Mudah-mudahan khutbah yang singkat ini dan perayaan Idul Adha ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara. Demikian khatib yang dapat sampaikan mohon maaf atas segala kesalahan dan khilafan, selamat Idul Adha.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اللهُ اَكْبَرْ7× اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ, اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ العفو الغفور, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ نَالَ مِنْ رَبِّهِ مَالَمْ يَنَلْهُ مَالِكٌ مُقَرَّبٌ وَلاَرَسُوْلٌ مُطَهَّرٌ مَبْرُوْرٌ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍالنبي الأمي وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثيْرًا. اَمَّا بَعْدُفَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ, وَاعْلَمُوْا ياَاِخْوَانِيْ رَحمَكُمُ اللهُ اِنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ يَتَجَلىَ الله فِيْهِ عَلَى عِبَادِهِ مِنْ كُلِّ مُقِيْمٍ وَمُسَافِرٍ فَيُبَاهِيْ لَكُمْ مَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَىسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ وَبَرِكْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ فِي اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, اَللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Akhirnya marilah kita tutup khutbah Idul Adha pagi ini dengan berdo’a kepada Allah swt:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا.
Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahiim, berikanlah kekuatan kepada kami untuk selalu berbakti dan menjadi anak yang shaleh dan sholehah untuk kedua orangtua kami. Jika mereka masih hidup, izinkanlah kami berkhidmat dan melayani mereka dengan sebaik-baiknya, jika keduanya telah tiada, izinkanlah kami untuk menjadikan kebaikan mereka menjadi ladang kebaikan penerang alam kubur mereka. Ya Allah, ampuni kesalahan, kelalaian dan kedurhakaan kami kepada mereka.
Ya Allah, Ya Kudus Ya Salam, berikan kami kekuatan dan kemampuan untuk menjadi orangtua yang terbaik untuk putra-putri kami, hanya Engkau yang dapat memberikan kekuatan untuk mendidik mereka dengan sebaik-baiknya. Ya Allah, jadikan anak-anak kami sebagai penyejuk hati kami, yang selalu mendo’akan kami saat kami sendiri dalam kegelapan alam kubur. Ya Allah, karuniakan kepada kami anak-anak yang mencintai Qur’an dan Sunnah Nabi-Mu, jadikanlah mereka sebagai pemimpin bagi orang-orang beriman setelah dewasa mereka.
Ya Allah, Ya Malikulhakulmubin, selamatkan negeri ini dari pemimpin yang zalim dan pembohong, selamatkan negeri ini dari kerakusan koruptor yang tidak bertanggung jawab yang merampok kekayaan negeri ini. Karuniakanlah untuk kami pemimpin yang adil, bekerja dan mencintai syariat-Mu, izinkan kami untuk menikmati indahnya negeri ini di bawah naungan syariat-Mu yang Maha Adil dan Bijaksana.
Ya Allah, Ya Mujub, perkenan dan kabulkanlah do’a kami, penuhilah permintaan kami, kamilah hamba-Mu yang lemah tiada daya dan upaya kecuali hanya pertolongan-Mu, harapan kami hanya bergantung kepada-Mu, Engkaulah Dzat Yang Maha Mendengar, Penguasa satu-satunya Yang Haq, Engkaulah sebaik-baik Pemberi yang diharap. Amin Ya Rabbalamin.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Download Versi PDF DISINI