Khutbah Idul Adha 1434.H
MENUJU KE ARAH KEPEMIMPINAN NABI IBARHIM AS
Oleh: Al Fitri Johar, S.Ag., S.H., M.H.I
(Hakim Pratama Utama PA Manna)
Khutbah Pertama:
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. الحمد لله الذي جعل عيد الأضحى ضيافة لعباده الصالحين وجعل في قلوب المسلمين بهجة وسرورا. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمد عبده ورسوله اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين. أما بعد فيا أيها الناس اتقوا الله فقد أفلح من تزكى وذكر اسم ربه فصلى. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (١)فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (٢)إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ (٣)
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.
Segenap puji dan syukur bagi Allah, Tuhan Maha Kuasa, Pemilik alam semesta, yang telah menciptakan manusia dan makhluk lainnya. Dia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada sekutu bagi-Nya dengan sesuatu apapun. Shalawat dan salam semoga tercurah untuk junjungan kita, pemimpin ummah, penghulu segala nabi, nabi akhirruzaman, idaman bagi setiap orang yang beriman, dia adalah Nabi Muhammad saw, yang tidak ada lagi nabi setelahnya. Salam sejahtera juga kita sampaikan untuk isteri, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia dengan ajaran Islam dan bingkai iman.
Lantunan takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh penjuru mata angin sekaligus menyertai saudara-saudara kita yang sedang menunaikan panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan rangkaian menasik ibadah haji. Bersamaan pula di sini kita pun melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah mereka, di sini kita melaksanakan puasa Tarwiyah dan Arafah, pemotongan hewan kurban setelah prosesi shalat Idul Adha dan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid selama hari tasyrik. Apa yang dilakukan itu maksudnya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah haji dan kurban tidak bisa dilepaskan dari sejarah kehidupan Nabi Ibrahim as, karenanya sebagai teladan para Nabi, termasuk Nabi Muhammad saw, Nabi Ibrahim as harus kita pahami untuk selanjutnya kita teladani dalam kehidupan sekarang dan masa yang akan datang.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Terhormat.
Salah satu nabi dan rasul yang mendapat porsi cerita dari kitab samawi, adalah Nabi Ibrahim al-Khalil as, ia adalah model ideal seorang pemimpin umat. Kepemimpinan umat manusia diberikan Allah SWT kepadanya setelah melewati serangkaian ujian dalam bentuk perintah dan larangan. Saatnya kita mengambil momentum untuk membicarakan nabi yang agung ini di pagi hari ini, agar kita mengetahui sejarah perjuangannya, kita ambil keteladanannya, dan menapak sepak terjangnya guna mendapatkan sosok pemimpin yang mirip sifat dan prilakunya dengan Nabi Irahim as. Sangat pantas Allah mengabadikanya dalam Alquran sebagaimana firman-Nya:
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١٢٣)
Artinya: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.” (QS: 16: 123).
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Mulia.
Nabi Ibrahim as telah memperoleh mahkota kepemimpinan dengan sangat tangguh, pasca melewati rentetan ujian demi ujian dari Allah SWT. Allah menegaskan dalam Alquran bahwa Nabi Ibrahim as dijadikan pemimpin yang ideal karena telah melewati beberapa rangkaian fit and proper test, dalam bahasa Alquran disebut, “Wa izbtala Ibrahima rabbuhu bikalimaatin fa atammahu” (dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna). Dia diperintahkan dengan berbagai kewajiban yang harus dijalankannya, maka dia pun melaksanakannya dengan sebaik-baiknya dan menyempurnakannya. Sungguhnya ujian-ujian itu dapat kita tiru dalam kehidupan ini khususnya bagi seorang pemimpin umat, ujian itu dapat kita lihat sebagai berikut.
Pertama sekali Allah SWT mencoba mengujinya dengan jalan menghadapi raja Namruz dan menantang kebijakannya, raja Namruz tergolong penguasa super power, otoriter, dan keras serta zalim, penguasa yang sangat kuat, pemerintahannya dijalankan dengan kekuatan bala tentara dan pendukung-pendukunya yang setia, sehingga Nabi Ibrahim as menantangnya dan memberinya petunjuk ke jalan yang benar. Tentu saja Namruz dengan sombong dan arogansinya menolak dan menghukumnya, ia menyalakan api unggun untuk melemparkan Nabi Ibrahim as ke dalamnya. Para penghuni langit pun geger atas peristiwa yang menegangkan ini, maka turunlah Malaikat Jibril as menawarkan pertolongan, tetapi Nabi Ibrahim as menjawabnya “kalau pertolongan itu hanya dari kamu maka tidak perlu, tetapi kalau itu dari Allah maka sesungguhnya Dia lebih mengetahui keadaanku tanpa aku harus meminta-Nya”. Nabi Ibrahim pun dilemparkan ke dalam kobaran api yang menyala dan dia bersabar serta kokoh, maka atas pertolongan Allah SWT api berubah menjadi dingin di luar perkiraan manusia. Allah berfirman kepada api:
يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (٦٩)
Artinya: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS: 21: 69);
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.
Selanjutnya Allah SWT kembali mengujinya, Dia memerintahkan Nabi Ibrahim berseberangan dengan kaumnya, dan meninggalkan tanah airnya berhijrah menuju ke negeri Syam.
Tidak berhenti disitu saja Allah SWT mengujinya dengan ujian yang sangat berat, yaitu diperintahkan menyembelih buah hatinya Ismail dengan tangannya sendiri, anak semata wayangnya yang diperolehnya di usia senjanya, maka dia pun tidak gentar dan melaksanakan perintah Allah tersebut, dia tidak terpengaruh oleh rasa sayang dan cintanya yang sangat mendalam kepada putranya yang selama ini dipingitnya, meskipun Iblis mengoda mereka. Kisahnya kemudian diabadikan di dalam Alquran, Allah berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (١٠٢)
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
Setelah berhasil dengan ujian ini selanjutnya Allah SWT juga memerintahkan Nabi Ibrahim as, agar berkorban dengan harta dan tenaga ketika bersama anaknya Ismail bahu-membahu untuk membangun Ka’bah, tempat beribadah dan kiblat umat Islam sedunia saat ini.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Mulia.
Nabi Ibrahim as juga dikisahkan dalam Alquran sebagai pemimpin bagi segenap umat manusia, “Inni ja’iluka linnasi imaman” (Aku akan menjadikanmu pemimpin bagi seluruh umat manusia). Lalu Nabi Ibrahim as berdo’a supaya kelak keturunannya juga bisa diangkat menjadi pemimpin, namun Allah memberi syarat bahwa yang berhak menjadi pemimpin dari umat dan keturunanmu kelak hanyalah mereka yang tidak zalim ‘La yanalu ‘ahdi az Zhalimin’. (QS. [2]: 124).
Alquran membahasakan pemimpin dengan sebutan imam yang berasal dari kata amam atau di depan. Begitu urgennya imamah atau kepemimpinan sehingga Rasulullah saw mewajibkan mengangkat pemimpin kapan dan dimana pun berada bahkan dalam perjalanan sekalipun. Kata khalifah juga kerap digunakan dalam Alquran sebagai pemimpin, sebagaimana Allah menjadikan Nabi Adam as sebagai khalifah fil ardhi, pemimpin di muka bumi. Begitu pentingnya peranan kepemimpinan sehingga setiap kita adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Nabi akan dimintai tanggungjawab mengenai umatnya, presiden dan raja akan disoal tentang segala tetek-bengek rakyatnya, menteri, gubernur, bupati, camat, lurah hingga kepala rumah tangga akan dimintai pertanggung-jawaban kelak.
Bahwa ujian yang ditimpakan kepada Nabi Ibrahim as sebelum diangkat menjadi pemimpin seluruh umat manusia adalah Allah mengujinya dengan taharah atau bersuci, lima di kepala dan lima di badan. Di kepalanya mencukur kumis, berkumur-kumur, menghirup air ke hidung, menggosok gigi, dan bersisir rambut. Di badan memotong kuku, mencukur bulu kemaluan, khitan, mencabut bulu ketiak, dan mencuci bekas buang air (istinja), inilah salah satu ujian bagi Nabi Ibrahim as. Berangkat dari sini, kita bisa belajar bahwa seorang pemimpin haruslah manusia yang bersih secara lahiriah, karena merupakan penilaian pertama bagi orang lain. Belajar dari ujian kepemimpinan ini jelas bahwa kebersihan adalah pra-sayarat bagi seorang pemimpin. Selanjutnya, kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional (keberanian dan kesabaran) adalah syarat penting bagi calon pemimpin umat. Semuanya harus dibuktikan dalam perkataan, sikap, dan perbuatan dan teruji oleh zaman dan waktu.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dirahmati Allah.
Bahwa salah satu keterpurukan yang melanda umat Islam di seluruh penjuru dunia saat ini adalah tidak adanya kepemimpinan yang ideal sebagaimana Nabi Ibrahim as. Pemimpin tidak lahir dari proses instan atau hanya pencitraan semata, pemimpin itu harus melalui tahap demi tahap sehingga dapat menumbuhkan karakter yang kuat pada diri sang pemimpin. Begitulah yang terjadi kepada para nabi dan rasul. Mulai dari Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw melalui beberapa proses yang sangat panjang.
Di bulan Zulhijjah atau bulan Hajji ini, dimana di dalamnya terdapat dua syariat agung yang bersumber dari Nabi Ibrahim as, yakni ibadah Haji dan kurban, ada baiknya kita semua bersama-sama menelaah kembali makna kepemimpanan imamah yang telah diemban oleh Nabi Ibrahim as. Ada beberapa prasyarat menjadi pemimpin pada umat dan keturunan Nabi Ibrahim as adalah berlaku adil, tidak zalim, demokratis, selalu mengedepankan prinsip musyawarah dan mufakat dalam mengeluarkan kebijakan, dan harus menjadi contoh dalam ketaatan menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. Inilah pemimpin dambaan umat setiap masa dan tempat.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Terhormat.
Lihat tidak banyak orang yang sukses melahirkan orang yang sukses pula, sungguh jauh berbeda dengan Nabi Ibrahim as yang melahirkan dua orang nabi sekaligus menjadi pemimpin umat, yakni Nabi Ismail as dan Nabi Ishaq as. Dari jalur dua nabi ini, dari nasab Ismail terlahir Nabi Muhammad saw, sementara dari jalur Ishaq terlahir Nabi Ya’qub as dan dari Nabi Ya’qub as terlahir semua nabi yang berasal dari Bani Israil. Lebih jauh lagi, Nabi Ibrahim as adalah seorang pemimpin yang memiliki misi dan visi masa depan, sebagaimana tercermin dalam do’a dan harapannya, tentang negeri Mekah dan Ka’bah yang dibangunya bersama Ismail, tentang kiprah anak keturunannya di masa depan. Semua itu di dalam bingkai “dakwah yang berkelanjutan”, bukan karena ambisu syahwat politik dan nafsu melanggengkan kekuasaan. Harapannya, saat Allah SWT mengangkatnya sebagai khalifah umat manusia, maka anak ketururannya akan terlahir pula pemimpin umat. Hal ini terekam dalam firman Allah dalam Alquran:
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ ﴿العنكبوت ٢٧﴾
Artinya: Dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Ya`qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya.
Tidak kala penting keberanian Nabi Ibrahim as terbukti dan teruji dari sikapnya terhadap kemapanan atau status quo. Dengan tegas ditolaknya ajakan orangtua, dan kaumnya, bahkan ajakan penguasa sekalipun untuk mempersekutukan Allah SWT. Semua itu dilakukannya dengan cara-cara yang cerdas dan elegan, sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an.
Prosesi pelaksanaan ibadah qurban tentu diharapkan mendidik setiap pemimpin untuk memaknai ibadah yang dilakukan kepada Allah haruslah disertai dengan sikap rela berkorban (tadhhiyyah). Dengan sikap tersebut, seorang pemimpin tentu akan mengerahkan seluruh potensi dan kemampuan yang dimilikinya dalam merealisasikan janji-janjinya, tidak seperti pemimpin yang munafik beribadah dengan penuh rasa malas dan lesu. Kalau pun mereka semangat, itu hanyalah untuk pamer dan riya di hadapan manusia. Mereka tidak memiliki apa yang disebut dengan jiwa pengorbanan (Ruhul Tadhhiyyah). Olehnya itu, sebagai pemimpin berkewajiban untuk menjaga semangat pengorbanan tersebut dalam kehidupan rakyatnya.
Demikian, khutbah yang singkat ini semoga ada mamfaatnya untuk kita bersama dalam rangka menyongsong suksesi kepemimpinan nasional dan daerah ke depannya, agar umat ini terayomi dan tearah di bawah redha Allah SWT, amien.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلاَهُ وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ: أَيــُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأيــُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَآأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ وَحِّدِ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ لَنَا فِيْ أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوْبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مَحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.