Generasi yang Terasing, Generasi yang Beruntung
Oleh : Asep Parhanil Ibad
“Jika kamu menaati kebanyakan manusia di bumi niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” |
Menjelang Sayyidul Ayyam (Hari Jum’at) pekan ini, penulis mengajak untuk bermuhasabah terhadap amaliyah yang telah kita kerjakan paling tidak sepekan yang lalu sebagai bahan evaluasi agar hari esok, lusa dan kemuadian menjadi lebih baik, sesuai dengan penegasan Allah SWT. dalam al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 18 :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Sebagai bahan muhasabah kali ini, penulis mengajak marilah sejenak kita fahami dan kita renungkan salahsatu sabda Rasulullah SAW. berikut ini :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ. رواه مسلم
“Dari Abi Hurairah dia berkata, "Rasulullah S.A.W. bersabda : "Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasing." (H.R. Muslim)
Ketika Islam datang ke dunia pertama kali dianggap asing, bahkan masyarakat arab ketika itu menganggapnya Islam sebagai agama yang tidak masuk akal, karena Islam membawa ajaran yang sangat berbeda bahkan bertentangan dengan apa yang telah masyarakat arab lakukan pada waktu itu. Islam membawa kebenaran dan akan memberantas penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan. Benar-benar saat itu Islam dianggap asing karena membawa kebenaran dan yang ada pada diri mereka adalah kebathilan. Apabila kita analogikan; kita pergi ke suatu desa atau pemukiman yang primitif/terbelakang dan kita membawa sesuatu yang baru dan mereka tidak mengenal itu sebelumnya, maka bagi mereka apa yang kita bawa itu amatlah asing, dan akan ada penolakan dari mereka.
Begitu pula Islam pada saat pertamakali datang pada masyarakat arab. Islam membawa kebenaran (al-haq) dari rabb semesta alam, mengajak mereka kepada Tauhid (pengesaan) yakni menyembah Allah SWT sebagai tuhan yang ESA, dan memberantas semua penyimpangan, penyelewengan dan keburukan-keburukan yang telah mendarah daging pada diri mereka.
Selanjutnya kata Nabi, وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ “Dan Islam akan kembali dalam keadaan asing sebagaimana mulanya ia datang”.
Di abad modern ini lebih parah daripada zaman jahiliyah dulu. Kalau dulu Islam dianggap asing oleh orang-orang kafir quraisy, sekarang ini Ajaran Islam yang sesungguhnya justru dianggap asing oleh pemeluknya sendiri, oleh orang-orang yang telah mengaku sebagai muslim, bahkan telah berlabel muslim sejak lahir karena orang tuanya, nenek moyangnya telah terlebih dahulu memeluk Islam. Sekarang ini pemeluk Islam (Muslim) kadang merasa asing akan kebenaran ajarannya, asing dalam mengamalkan ajaran dan tuntunannya. Ajaran Islam dianggap sebagai penghalang untuk meraih apa yang diinginkan, sehingga tidak segan-segan aturan atau ajaran Islam yang sudah jelas dan tegas mengajak dan akan membawa kepada keselamatan-pun dilanggar, ditinggalkan dan bahkan dibuang jauh-jauh. Kalaupun ada orang yang teguh pendiriannya untuk menegakkan tuntunan Islam, menentang perbuatan atau kebijakan yang tidak sesuai prinsip-prinsip dan ajaran Islam dianggap sebagai orang aneh atau orang asing. Hal tersebut sudah ditegaskan oleh Rasulullah S.A.W. فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ “maka beruntunglah orang-orang yang terasing”.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari ‘Abdurrahman ibn Mas’ud R.A. Rasulullah S.A.W. menjelaskan atas pertanyaan para shabat : “siapakah mereka yang beruntung itu ?
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ الْغُرَبَاءُ قَالَ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُحَازَنَّ الْإِيمَانُ إِلَى الْمَدِينَةِ كَمَا يَحُوزُ السَّيْلُ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيَأْرِزَنَّ الْإِسْلَامُ إِلَى مَا بَيْنَ الْمَسْجِدَيْنِ كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ إِلَى جُحْرِهَا .رواه احمد
“………… Ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang asing itu ?" Beliau menjawab, "Orang-orang yang berbuat baik jika manusia telah rusak. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh iman itu akan masuk ke Madinah sebagaimana masuknya cairan. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh Islam akan bersatu ke tempat antara dua masjid ini sebagaimana kembalinya ular ke lubangnya."(H.R. Ahmad).
Dalam hadits lain Rasulullah S.A.W. lebih tegas menjawab pertanyaan shahabat yang bertanya tentang siapa orang yang dianggap asing itu dalam sabdanya :
قَالَ قِيلَ وَمَنْ الْغُرَبَاءُ قَالَ النُّزَّاعُ مِنْ الْقَبَائِلِ .رواه ابن ماجه
“…………… "Siapakah orang-orang yang terasing itu ?" Rasulullah S.A.W. menjawab : "Orang-orang yang memisahkan diri dari kabilah-kabilah (yang sesat)." (H.R. Ibnu Majah)
Dari beberapa penafsiran para ahli tafsir, kata الْغُرَبَاءُ dapat disimpulkan yaitu ”orang-orang yang istiqomah di jalan Allah, yang tetap berbuat baik ketika manusia telah rusak, orang teguh pendiriannya akan kebenaran, yang tidak ikut rusak di tengah-tengah lingkungan masyarakat yang rusak. Merekalah manusia yang dijanjikan surga dan kebahagiaan.
Orang-orang yang berpegang teguh dengan agama Islam, teguh pendidirian dalam keterasingannya, mereka tidak akan mendapatkan kejelekan sedikitpun, sebanyak apapun orang mencela dan mengasingkannya.
Rasulullah S.A.W. bersabda :
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Tidak akan pernah sirna (akan selalu ada) sekelompok ummatku yang dimenangkan atas kebenaran, tidak akan membahayakannya orang yang memusuhinya hingga hari kiamat sedangkan mereka tetap seperti itu.” (H.R. Muslim)
Rasulullah S.A.W. bersabda :
فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ. قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْهُمْ قَالَ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ
“Diakhir kemudian ada hari-hari (yang kalian wajib) bersabar. Bersabar pada saat itu seperti seseorang yang memegang bara api, dan orang yang beramal pada saat itu pahalanya sebanding dengan lima puluh kali amalan orang yang beramal seperti amalnya.” Abu Tsa’labah bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti pahala lima puluh orang dari mereka ?” Beliau menjawab, “(Bahkan) seperti pahala lima puluh orang dari kalian.” (H.R. Abu Daud)
Dari hadits tersebut kita bisa melihat bagaimana besarnya keutamaan pengikut sunnah dan keistimewaan mereka dibandingkan selain mereka.
Walaupun mereka berada dalam keterasingan, akan tetapi pada hakikatnya merekalah orang-orang yang dikenal oleh Allah Ta’ala, sehingga keterasingan tersebut sama sekali tidak membuat mereka risih. Keterasingan mereka hanya diantara kebanyakan manusia, sementara kebanyakan manusia itu sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan:
وإن تطع أكثر من في الأرض يضلوك عن سبيل الله
“Jika kamu menaati kebanyakan manusia di bumi niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.”
Mereka yang menyelisihi sunnah dan membenci orang-orang yang berpegang teguh dengannya, hakikatnya mereka yang berada dalam keterasingan. Mereka asing dihadapan Allah dan rasul-Nya serta dimata agama-Nya. Sehingga keterasingan ini akan sangat mengganggu mereka walaupun di dunia mereka adalah orang-orang yang terkenal, orang-orang yang disegani dan dihormati.
Generasi terasing yang beruntung, yaitu mereka yang tetap istiqomah (konsisten) mengamalkan dan mengajarkan Islam dan membebaskan diri dari pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka menjadi asing karena kebaikan dan kebajikan yang dilakukan dan Rabb telah mencatat mereka sebagai orang yang beruntung, dan akan mendapatkan tempat yang mulia di sisinya yaitu Jannah.
Semoga kita semua termasuk golongan yang beruntung, terasingkan karena Kebenaran.
Wallahu'alam