DOA PERLINDUNGAN BAGI WARGA PERADILAN AGAMA
Oleh : H. Muhammad Muhibbuddin (H.M.M)
Hakim pada Pengadilan Agama Karangasem Bali
A. Prolog
Sudah menjadi kebiasaan umum-setidaknya di tempat-tempat penulis bertugas- perbincangan tentang hal-hal yang terkait dengan dunia “ghaib”, supranatural, klenik, perdukunan, santet, sihir dan sejenisnya. Penulis menduga bahwa hal itu terjadi disebabkan karena di masyarakat Indonesia pada umumnya masih tersebar luas praktek perdukunan, praktek orang pintar, praktek paranormal yang bisa saja tidak sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Sebagai imbasnya tidak sedikit yang membekali dirinya dengan berbagai macam “piranti” baik berupa bacaan maupun benda agar terselamatkan dari kemungkinan terkena sihir dan sejenisanya di tempat tugasnya tersebut.
Persiapan membentengi diri agar terhindar dari segala jenis keburukan yang bisa saja dijumpai di tempat tugas tidak dilarang namun yang menjadi persoalannya adalah sudahkan hal tersebut sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan maksud untuk mengingatkan diri penulis sendiri dan siapapun yang membaca tulisan ini, penulis ingin sedikit mencatat beberapa doa dan bacaan perlindungan dari semua jenis keburukan yang mungkin saja dijumpai di tempat tugas dimanapun kita berada. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menginspirasi, amin.
B. Pertahanan Hidup Manusia
Manusia dalam mempertahankan hidupnya atau dalam persaingannya membutuhkan jaminan dan dukungan keamanan, kekuatan, perlindungan, jaminan ekonomi, kesehatan, kepandaian, kewibawaan, daya pengaruh dan sebagainya. Segala cara dan upaya dilakukan untuk memperoleh hal itu. Terlebih jika sedang membutuhkan solusi mendesak, maka apapun dapat dilakukannya demi mempertahankan dan memenangkan persaingannya tersebut.
Diantara cara yang ditempuh oleh manusia untuk memperoleh jaminan dan dukungan itu adalah dengan mengandalkan “jalan ghaib” baik dalam bentuk sesuatu yang dibaca, dituliskan, berupa benda yang dibawa,dipakai, disimpan, laku ritual tertentu, yang dimakan, diminum, olah nafas, gerak tertentu dan sebagainya. Semua itu terkait erat dengan bentuk-bentuk pengembangan berikutnya dari aktivitas yang berhubungan dengan ruqyah.
Ruqyah atau mantera (jawa : suwuk, jopa-japu) sudah ada sejak sebelum Rasulullah saw diutus. Keberadaannya dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Hannya saja Islam melarang setiap hal yang mendatangkan kerugian dan kesesatan, sekalipun hal itu dibutuhkan. Islam menggantikan setiap kebutuhan yang dilarang itu dengan sesuatu yang halal yang lebih baik dan menjamin kebahagiaan hidup selamanya. Mantera-mantera (ruqyah) untuk perlindungan atau penyembuhan-baik yang jelas ke-syirik-annya maupun yang samar-samar- adalah suatu yang dilarang, sekalipun seolah-olah mendatangkan hasil. Dalam sebuah riwayat shahih diberitakan:
Dari sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : Kami dahulu meruqyah di masa Jahiliyyah, maka kami bertanya : “Ya Rosulullah, bagaimana menurut pendapatmu ?” Beliau menjawab : “Tunjukkan padaku ruqyah (mantera) kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak mengandung kesyirikan” (HR. Muslim).
Meruqyah dengan cara yang sesuai dengan kaidah syari’at tidak hanya dikhususkan terhadap permasalahan yang berhubungan dengan jin atau sihir saja. Terbukti dari beberapa do’a ruqyah yang diajarkan Nabi Muhammad saw banyak yang berhubungan dengan penyakit-penyakit pada umumnya, termasuk luka-luka, keracunan dan sebagainya. Allah swt menurunkan Al-Quran yang diantara fungsinya adalah sebagai syifaa’ (obat, penyembuh) terhadap penyakit serta gangguan secara umum.
Praktek ruqyah dapat dilakukan baik secara individul atau secara massal yang disetarakan dengan pengobatan massal. Beberapa ulama dalam kitab-kitab hadits mereka (seperti Imam Al-Bukhari, At-Tirmidzi dan Abu Dawud) memberi penjelasan tentang ruqyah dalam Bab At-Thibb (Pengobatan). Dalam praktek ruqyah syar’iyyah (individual atau secara massal) inilah nilai-nilai dakwah dengan menanamkan kebersihan aqidah dan keshahihan ibadah secara hikmah dapat disampaikan dan mau’izhah hasanah secara efektif bisa di ungkapkan.
Meruqyah juga tidak dikhususkan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Bagaimanapun juga ruqyah adalah salah satu warisan Rasulullah SAW kepada semua umatnya sebagaimana ajaran-ajaran beliau yang lain. Selama syarat-syarat sebagai muslim yang baik secara minimal dapat penuhi, insya Allah semua dapat meruqyah. Syarat-syarat (minimal) tersebut adalah bersih aqidah dan benar ibadahnya sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Ruqyah secara bahasa berarti jampi, mantera, suwuk, rapal. Adapun secara istilah berarti segala ungkapan yang digunakan sebagai mantera untuk kesembuhan, perlindungan/penjagaan, penguatan, kelancaran, kemudahan dan sebagainya. Ada tiga jenis ruqyah yaitu (1) Ruqyah syirkiyyah/jahiliyyah yaitu ruqyah/mantera yang keseluruhan atau sebagiannya mengandung kesyirikan/kejahiliyahan atau tidak sesuai dengan syari’at Islam. (2) Ruqyah syar’iyyah yaitu ruqyah/mantera yang diperbolehkan dan sesuai dengan kaidah syari’at Islam.
Dari sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : Kami dahulu meruqyah di masa Jahiliyyah, maka kami bertanya : “Ya Rasulullah, bagaimana menurut pendapatmu ?” Beliau menjawab : “Tunjukkan padaku Ruqyah (mantera) kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak mengandung kesyirikan” (HR. Muslim).
(3) Ruqyah da’wiyyah yaitu ruqyah/mantera syar’iyyah yang pelaksanaannya lebih mengutamakan aspek-aspek dan kaidah-kaidah serta target-target dakwah disamping berfungsi sebagai terapi itu sendiri.
Dalam pelaksanaan ruqyah harus dipegangi perkataan Ibnu Hajar yang dikutip dari Imam Nawawi rahimahullah yaitu “ijma’ Ulama sepakat bahwa boleh melakukan ruqyah dengan memenuhi 3 syarat” yaitu (1) hendaklah dilakukakan dengan kalamullah atau Asmaa dan SifatNya (2) hendaklah dengan bahasa arab atau bahasa lain yang dimengerti (yang tidak mengandung kesyirikan), (3) berkeyakinan bahwa bukanlah pelaksanaan ruqyah itu yang memberi pengaruh tetapi Allah swt yang memberikannya.[1]
C. Beberapa Doa Perlindungan Dan Kesembuhan
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam meruqyah dirinya sendiri tatkala mau tidur dengan membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas lalu beliau tiupkan pada kedua telapak tangannya, kemudian mengusapkan ke seluruh tubuh yang terjangkau oleh kedua tangannya. (HR. Al-Bukhari).
Dari Abdullah bin Hubabib Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Suatu ketika kami keluar pada malam yang gelap gulita dan sedang hujan. Kami meminta kepada Rasulullah SAW agar berkenan mendoakan kami. Maka kamipun menjumpai beliau, lalu beliau bersabda, “Katakanlah!” Saya tidak mengatakan apa-apa. Kemudian beliau bersabda, “Katakanlah!” Saya tidak mengatakan apa-apa. Kemudian saya bertanya, “Apa yang harus saya katakan wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Qulhuwallahu ahad dan dua surat perlindungan (Al-Falaq dan An-Nas) tatkala sore dan pagi hari masing-masing tiga kali, niscaya ia sudah mencukupi dari segala sesuatu.” (HR. Abu Dawud, At-Turmuzi, dan An-Nasa’i).
Utsman bin Abil ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengadukan rasa sakit pada tubuhnya yang dia rasakan semenjak masuk Islam, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Letakkan tanganmu pada tempat yang terasa sakit, kemudian bacalah “Bismillaahi” (dengan menyebut nama Allah) tiga kali, dan bacalah “ A’uuzubillaahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru (aku berlindung dengan Allah dan dengan qudrat-Nya dari kejahatan yang aku dapati dan yang aku hindari) tujuh kali.” (HR. Muslim).
Allohumma innii a'udzubika minashshomami wal bukmi wal junuuni wal judzaami wal baroshi wa sayyiil asqoom (Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari tuli, bisu, gila, kusta/lepra, sopak, dan penyakit-penyakit yang ganas lainnya. " (HR. Hakim).
Allohumma robbannaas azhibil ba’sa isyfi antasysyafii laa syifaa a illa syifaauka syifaa an laa yughoodiru saqomaa (“Ya Allah Tuhan manusia, hilangkanlah sakitku, sembuhkanlah. Sesungguhnya hannya Engkaulah yang dapat menyembuhkannya, tiada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu. kesembuhan yang tidak meninggalkan bekas. (HR. Bukhari dan Muslim).
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ، وَالْحَرَقِ، وَالْهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِىي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mati tertimpa reruntuhan, mati terjatuh dari tempat yang tinggi, dari kepikunan, mati tenggelam, mati terbakar. Dan aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan menjelang ajal, atau mati terbunuh dalam keadaan melarikan diri dari medan pertempuran atau mati karena disengat binatang berbisa”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa`i, dan al-Hakim).
Mohon perlindungan kepada Allah dengan membaca ta’awwuz, antara lain:
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم
أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق
أعوذ بكلمات الله التامات من كل شيطان وهامة ومن كل عين لامة
أعوذ بكلمات الله التامات من غضبه وعقابه ومن شر عباده ومن همزات الشيا طين وان يحضرون
Demikian beberapa doa dan bacaan perlindungan yang dapat penulis catat di sini, tentu masih banyak lagi doa dan bacaan dalam al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW yang harus kita pahami dan dipraktekkan agar Allah memberikan kepada kita keselamatan hidup di dunia dan di akhirat dengan semata mata untuk mengharap ridho Allah SWT, diantara doa dan perlindungan ( ruqyah) yang mashyur dalam Al-Quran adalah surat Al-Fatihah dan surat Al-Baqarah ayat 255 (ayat Kursi).
D. Epilog
Berdasarkan firman Allah dalam al-Quran Surat al-Ahzab ayat 21 yang terjemahannya (tafsiriyah) sebagai berikut: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”, maka sudah seharusnya Rasulullah Muhammad SAW kita jadikan teladan dalam segala ucapan, perbuatan dan tingkah laku beliau, dan salah satu hal yang harus diteladani adalah sunnah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam memohon perlindungan kepada Allah dari semua keburukan dan mohon kesembuhan kepada Allah dari semua jenis penyakit. Jika ingin mempraktekkan ruqyah secara mandiri bisa dilakukan dengan cara (1) berniat ruqyah semata mata karena Allah, mohon kepada Allah disembuhkan dari suatu penyakit, dibebaskan dari gangguan baik gangguan jin maupun manusia atau mohon perlindungan kepada Allah dari segala keburukan, penyakit, sihir dan lain-lain (2) ta’awwuz (3) Basmallah (4) Istighfar (5) Shalawat Nabi (6) mohon kekuatan kepada Allah (hauqolah) (7) membaca Surat Al-Fatihah, Ayat Kursi, Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq, dan Surat An-Nas. Wallahua’lam bishshowab. Semoga bermanfaat. Salam.
Amlapura Karangasem Bali
11 Jumadil Akhir 1436 H/1 April 2015
H.M.M
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.. id