BERCERMIN DARI MANAGEMEN HIJRAH UNTUK SUKSESKAN AGENDA REFORMASI
Oleh:Kusnoto, SHI, MH
(Hakim pada Pengadilan Agama Natuna, Kepulauan Riau.)
Mengkaji sejarah hijrah Rasulullah dan para sahabatnya ternyata mengandung keteladanan yang patut diaplikasikan dimasa sekarang, baik sebagai umat islam maupun bangsa Indonesia. Hal tersebut dikarenakan spirit hijrah tidak hanya mengandung spirit pindah tempat dari daerah “bahaya” menuju daerah “aman”, namun sekaligus memuat sprit perpindahan nilai atau budaya dari kejahiliyahan menuju keberadaban.
Peristiwa hijrah yang fenomenal dan monumental itu sukses dilaksanakan berkat pertolongan Allah serta didukung managemen yang rapi meliputi planning, organizing, actuating, dan controlling. Dimulai dari penguatan visi misi serta arah tujuan. Dilanjutkan dengan menggandeng mitra yang loyal dan sepaham serta berpengaruh. Koalisi orang-orang ikhas dan bermental kokoh berhasil mendongkrak optimistis akan menemukan daerah baru yang islami. Nama-nama besar seperti Abu Bakar , Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab serta sahabat lainnya memperkuat barisan Nabi meskipun pihak lawan jauh lebih banyak dan garang tak kenal kompomi (tersirat dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 95-100 dan al-Anfal ayat 72). Oleh karenanya kemudian dipilih strategi hijrah berupa bergerak diam-diam secara bertahap sedapat mungkin menghindari jatuhnya korban.
Berlanjut pada penguatan sektor riil pendukung agenda hijrah meliputi kesiapan perbekalan logistik, jaringan informasi dan komunikasi, maupun kesiapan kota tujuan. Ali bin Abi Thalib mengihklaskan diri menjadi perisai bagi Nabi dengan cara memakai jubah Nabi dan menggantikannya tidur di kasur beliau. Sedangkan Nabi Muhammad didampingi Abu Bakar keluar rumah pada larut malam, hingga mampu mengelabuhi “pasukan elit” kafir Makkah yang telah mengepung rumah Nabi SAW dan jalan yang biasa dilalui menuju Yastrib (tersirat dalam al-Qur’an surat Yasin ayat 9).
Dengan menempuh jalur yang tidak biasanya dilalui ke Yasrib (Madinah) meskipun harus memutar arah dan jaraknya lebih jauh ternyata berhasil menghilangkan jejak hingga bertahan di tempat yang sempit dan asing yaitu gua Tsur. Disitu pasukan kafir Quraisy masih mengejar dan menyisir setiap jengkal tanah semua arah menuju Madinah, hingga tak tersisa sedikitpun seluruh penjuru kecuali dalam gua Tsur yang disamarkan dengan sarang laba-laba dan burung merpati mengerami telurnya. Sebagai pemimpin, saat itulah Nabi menenangkan mitranya (Abu Bakar) yang sempat galau bahkan putus asa. Nabi menegaskan :”Jangan sedih jangan khawatir karena Allah bersama kita.” (tergambar dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 40).
Meski dengan jumlah yang minim dalam penyamaran, pengamanan dan pengawalan disusun rapi guna dapat meloloskan diri dari gangguan dan hambatan pihak musuh. Ditugaskan anak Abu Bakar bernama Abdullah untuk mengabarkan informasi di sekitar gua, dan ditugaskan Amir bin Fuhairah untuk menghapus jejak kaki nabi dan Abu Bakar di padang pasir dengan tapak kaki kambing gembalaaannya di sekitar gua Tsur, serta ditugaskan Asma’ mengantar makanan untuk Nabi SAW dan Abu Bakar selama perjalanan. Kerjasama yang baik menjalankan pekerjaan berat penuh resiko itu demi suksesnya agenda besar tahap pertama (first goal), yaitu pindah dari negeri Mekah yang penuh intimidasi menuju negeri Yasrib yang aman dan kondusif.
Setelah 3 hari di gua terlihat kondisi aman terkontrol, barulah nabi dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan hingga sampai di Yasrib. Disana Nabi memantapkan pembangunan fisik yakni infrastruktur untuk kepentingan publik diantaranya adalah mendirikan masjid pertama di Kuba dan selanjutnya bangunan lain (tersirat dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 108). Tak kalah pentingnya adalah pembangunan mental diantaranya mempersaudarakan muhajirin dan ansar (tergambar dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 100-103 dan 108) serta kerjasama kedua kelompok tersebut. Kemudian dan mendirikan negara dengan tatanan yang berdasarkan islam penuh rahmat bagi seluruh penduduk (baik muslim maupun non muslim), serta merubah nama Yasrib menjadi Madinah dengan harapan menjadi spirit untuk tercipta masyarakat kota yang berperadaban tinggi. Nabi juga membangun karakter umat dan semangat menggapai khaira ummah. Membangun masyarakat madani yang tidak sukuisme, dimana Nabi menjamin hak dan kewajiban secara adil. Kemudian Nabi tidak segan terjun langsung mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan negara Madinah. Dan sukseslah agenda jangka panjang berikutnya (next goal) yaitu pindah dari kejahiliyahan menuju peradaban islami.
Mengambil keteladanan manajemen hijrah.
Keberhasilan hijrah dari keterjajahanan menuju kemerdekaan pada tahun 1945 menjadi first goal yang perlu dilanjutkan pada next goal yaitu hijrah dari ketertinggalan menuju kemajuan dan mewujudkan tujuan bernegara. Untuk bisa hijrah dari kondisi keterbelakangan menuju peradaban yang maju perlu manajemen yang mantap. Sosok pepimpin harus mampu memilih pembantu kerjanya yang berani dan bersih. Pemimpin harus mampu menenangkan warganya ketika ditimpa kegalauan sambil terus berupa mencari jalan keluar dari masalah. Legeslatif sebisa mungkin dirangkul agar berperan sebagai chek and balances yang sebenarnya. Tak kalah pentingnya adalah menjaring dukungan dan kerjasama masyarakat demi kepentingan bangsa.
Bangsa ini harus mampu mempersaudarakan suku bangsa serta penduduk pribumi maupun warga pendatang, mengharmoniskan pengusaha dan buruh. Sebagai bangsa yang besar, sudah selayaknya berjiwa besar pula untuk memakmurkan rakyatnya. Meningkatkan etos kerja dan memperkuat daya saing SDM maupun produk di pasar tingkat regional maupun internasional. Dari segi penguatan moral/karakter bangsa perlu merevitalisasi peran agama dalam mengikis penyakit masyarakat. Diperlukan juga langkah kongkrit menciptakan suasana saling percaya antara pemimpin dan aparatur negara serta rakyaknya, meredam provokasi dan konflik, serta berbagi kesejahteraan secara seimbang. Peningkatan profesionalisme aparat penegak hukum serta penguatan perangkat pemberantasan korupsi. Tak kalah pentingnya adalah pengawasan, mengingat besarnya godaan dan rayuan sering menghampiri aparat penyelenggara negara maupun warganya untuk menyeleweng dan menjerumuskan diri dalam praktek KKN yang merendahkan martabat bangsa. Bila bangsa atau umat ini mampu bercermin merefleksikan perjuangan Rasulullah tersebut, pastilah akan tumbuh menjadi bangsa madani dan khaira ummah. Selamat tahun baru 1436 hijriyah