logo web

Dipublikasikan oleh PA Sungai Penuh pada on . Dilihat: 4425

 Payung Hitam yang Menunggu Keadilan Tiba

Oleh: M. Khusnul Khuluq, S.Sy., M.H.

(Hakim Pengadilan Agama Sungai Penuh, Jambi)

Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.">Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

31 Mei 2020. Tepat pukul 02.08 dini hari pesan ini saya tulis. Sampai dini hari ini, saya belum sempat memejamkan mata karena mengerjakan sesuatu. Hujan deras juga sedang mengguyur. Mata mulai berat. Tapi, ini pesan yang penting. Hingga saya harus menyelesaikan pesan singkat ini. Sebelum saya terlelap dan lupa begitu saja besok pagi.

Ya. Payung hitam itu terus berdiri kokoh. Di sudut-sudut kota. Sore hari. Di permulaan malam keramat setiap pekan. Kadang diguyur hujan. Kadang diterpa angin lebat. Berdiri kokoh di tengah kerumunan mereka yang menunggu sesuatu. Selama hampir 13 tahun lamanya.

Para aktifis HAM akan langsung paham siapa mereka. Dan tentang apa ini. Ini adalah kerumunan masa yang menggelar aksi damai. Di sudut-sudut kota. Tepat di depan kekuasaan. Selama hampir 13 tahun terakhir. Menunggu keadilan tiba. Keadilan bagi para korban dan keluarga korban pelanggaran HAM. Keadilan bagi kemanusiaan.

Ya. Keadilan untuk semua. Itu yang mereka tunggu. Keadilan untuk kemanusiaan. Mereka dengan damai menuntut agar negara menjalankan kewajiban. Mewujudkan keadilan yang memang menjadi tugas mereka.

Saya tau persis bagaimana payung hitam itu berdiri kokoh di tengah guyuran hujan dan badai. Jika ada waktu. Sempatkan walau hanya sekali di Kamis sore. Walau hanya sekedar numpang lewat untuk melihat mereka yang berpakaian hitam itu. Membawa payung. Berdiri rapi. Sedang menunggu sesuatu.

Mengapa mereka berpakaian hitam? Itu bukan simbol belasungkawa. Itu bukan simbol duka cita. Tapi, itu simbol keteguhan hati dalam mencintai. Mencintai segalanya. Mencintai kemanusiaan dan mencintai negeri ini.

Payung hitam itu mengingatkan pada kita semua. Bahwa keadilan belum tiba di negeri ini. Entah masih di mana. Entah baru sampai di mana. Yang jelas, dia belum sampai di sini. Belum bisa kita lihat batang hidungnya.

Siapa yang mestinya mempercepat tibanya benda yang ditunggu itu? Jelas ini adalah tugas mereka yang memegang kekuasaan. Karena mereka yang mampu mempercepat atau memperlambat tibanya keadilan. Atau bahkan mencegatnya agar keadilan jangan sampai datang.

Kekuasaan memang harus mampu untuk mengerti tentang kemanusiaan dan keadilan. Jika tidak mengerti, bagaimana bisa mengundang keduanya untuk datang? Jika tidak mengerti, bagaimana bisa mewujudkan kemanusiaan yang adil. Apa lagi beradab.

Kekuasaan memang harus mampu membaca dokumen HAM. Agar mereka bisa memenuhi HAM bagi warga negara. Kekuasaan tidak boleh bodoh. Tidak boleh tidak mengerti hal-hal semacam ini.

Ini bukan soal siapa yang berkuasa. Tapi, keadilan itu melampaui kekuasaan. Kemanusiaan melampaui kekuasaan. HAM melampaui kekuasaan. Artinya, siap saja yang memegang kekuasaan, dia harus mewujudkan keadilan. Mewujudkan keadilan HAM.

Tidak penting siapa yang berkuasa. Yang penting adalah mampu atau tidak dia mewujudkan keadilan. Apakah dia mampu mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab? Dan yang paling penting, apakah dia mampu mewujudkan keadilan HAM? Jika tidak mampu, berarti kekuasaan itu bodoh dan buruk.

Payung hitam itu tetap berdiri kokoh. Orang menyebutnya dengan aksi kamisan. Atau aksi payung hitam. Karena dilakukan setiap hari Kamis. Dan mereka membawa payung berwarna hitam.

Aksi payung hitam itu melampaui persoalan politik. Itu adalah panggilan kemanusiaan. Tidak perduli dari mana kita berasal. Dan tidak perduli apa agama yang dianut. Atau dari kalangan mana kita berasal. Aksi itu memanggil warga dunia untuk datang. Bersama-sama menunggu keadilan tiba.

Di selah-selah payung hitam itu, kadang dibacakan rintihan hati semua orang. Betapa pedih menunggu sesuatu yang tidak pasti. Betapa pedih menunggu kedatangan benda yang masih sangat jauh. Namun, payung hitam itu tetap berdiri kokoh.

Itu adalah panggilan kemanusiaan. Panggilan kemanusiaan bagi para aktifis, akademisi, cendekiawan, para elitis, para keluarga korban pelanggaran HAM yang menunggu keadilan, para mahasiswa, dan semua warga dunia yang perduli dengan kemanusiaan. Karena semua orang butuh keadilan. Karena semua orang menunggu tibanya keadilan di sini.

Berdirinya payung hitam di tengah badai itu adalah bukti. Bahwa keadilan belum tiba. Dan selama itu, kami akan terus bersamamu. Wahai payung hitam, teruslah berdiri kokoh di situ. Sampai keadilan yang kita tunggu tiba di sini. [] 

 

 

 

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice