logo web

Dipublikasikan oleh Iwan Kartiwan pada on . Dilihat: 2602

Mitos Papua dan Kampung Halaman

Oleh : Basirun Samlawi

( Hakim pada PA. Paniai-Papua )

 

Bagi Sebagian orang menyatakan bahwa papua adalah tempat yang jauh dari keramaian karena letak jarak  yang tidak dekat dari Jakarta dan jauh dari kota-kota besar lainnya di Indonesia. Bukan saja jarak yang tidak dekat namun juga papua dan papua barat dianggap sebagai wialayah yang sarat dengan peristiwa  peristiwa – konflik dan kerawanan sosial serta konflik politik lokal lainnya. Belum lagi ancaman penyaikit malaria yang mewabah dan menjadi endemic daerah ini.  maka dengan berbagai alasan-alasan di atas menjadikan sebagian orang yang akan  ditugaskan ke wilayah paling timur negeri  ini dan  merasa ngeri dan terpaksa untuk melaksanakan, bahkan tidak jarang ada yang menolaknya.

Stigmatisasi di atas bertambah lekat dan kuat dengan adanya mitos yang menyatakan  bahwa tenaga berprestasi akan ditugaskan di kota besar dan dekat dari kampung halamannya. Kota besar akan  diisi oleh pegawai yang telah berpengalaman. Mafhum mukhalafahnya  bagi pegawai yang kurang bermutu dan minim prestasi akan ditugaskan di kejauhan dan  nan sepi perkara. Bahkan bagi mereka yang terkena sanksi indisipliner akan dibuang-asingkan. pasalnya Jika    aspek kejauhan dan sepi dari keramaian sebagai lokasi sasaran hukuman maka papulah tempatnya. Wilayah  yang secara geografis berada nun  jauh dari Jakarta dan kurang ramai dari hingar-bingar  kota-kota besar luar papua.

Pelabelan pada papua yang serba rawan konflik, sepi dari keramaian   yang selalu dilekatkan  pada  papua tidak seluruhnya benar.  Meskipun  juga  secara riil  masih ada wilayah yang kurang ramai. Kesan  kesengsaraan dan urip rekoso (hidup susah) tidaklah benar terjadi dan menimpa di bumi cendarwasih ini.  Karena secara riil pegawai (PNS, TNI POLRI) jika ditugaskan di tempat ini mendapatkan tambahan insentif berupa tunjangan papua, tunjangan terpencil dan bahkan bagi tenaga teknis yudisial, hakim, mendapatkan tambahan biaya  kemahalan. Yang semua tambahan hak-hak keuangan tersebut  tidak diperoleh pegawai lain di luar papua. Alhasil jika dihitung dari segi penghasilan, bertugas sebagai abdi negara di papua seyogyanya lebih beruntung  dibanding berdinas pada daerah  lainnya.

Persoalannya adalah dengan iming-iming besarnya penghasilan itu ternyata masih belum memberikan kenyamanan dan kepuasan untuk cukup bertahan dalam waktu tertentu di wilayah papua. Besarnya penghasilan tidak mampu  mengobati keinginan  untuk segera pindah dan mutasi ke kampung halaman asal.  Kondisi semacam itu bukan tanpa persoalan karena plus-minus berpengaruh terhadap aspek kinerja dan lebih-lebih kedisiplinan. pasalnya dengan alasan tidak kerasan sehingga  mereka sering untuk pulang kampung.

Dengana alasan papua bukan kampung halamannya juga, sehingga pada gilirannya  mereka tidak memiliki kepedulian sosial dan kurang  menjunjung prinsip dimana bumi diinjak disitu langit dijunjung. Baginya di papua hanyalah tempat persinggahan sesaat, sementara tujuan utamanya adalah mengabdihambakan tugasnya nanti di  tanah kelahiran nenek moyangnya, yang ramai nan besar kotanya. Padahal jika ditilik dari aspek normatif fungsi pemutaran dan penggerakan pegawai (mutasi) dari  daerah  satu ke daerah lainya diambil maksud sebagai penyegaran, pematangan kinerja, perluasan pengalaman dan lebih jauh lagi sebagai pemersatu kehidupan nasional. Alih-alih membawa misi  penyegaran dan sebagai penggerak pembangunan  yang terjadi malah layunya etos kerja.

Bahwa berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik  (BPS) tentang, indeks pembangunan manusia (IPM) terkini,  Papua masih menempati posisi terendah ketimbang daerah-daerah lainya di indonsesia. Karena sektor pendidikan, kesehatan,dan ekonomi dianggap masih belum maju. Membutuhkan waktu satu pekan untuk bisa sampai ke jayapura atau ke merauke dari kota Jakarta, jika ditempuh dengan moda transfortasi laut, misalnya kapal PELNI. Menghabiskan waktu satu hari penuh untuk bisa sampai ke Bandar udara (airport) utama jika menumpang pesawat  udara. Bahkan terkadang menghabiskan waktu dua hari untuk bisa sampai ke tempat yang sama karena tidak semua penerbangan ke dan dari papua bisa koneks langsung. Sehingga terkadang untuk bisa melakukan sampai tujuan harus transit satu hari. Belum lagi kisah yang konflik lokal yang secara laten  gampang  meletup.  Sehingga kemudian menjadi lumrah manakala pada sebagian orang  yang belum pernah menginjakkan kaki di tanah papua akan menyerengitkan dahi serta menggelengkan kepala.

Namun dibalik cerita dan peristiwa di atas tersusun pula  rangkaian kisah sukses para perantau dan juga kesuksesan warga peradilan yang telah menghujam akar dan menjulangkan batang pohon perannya di tanah papua, yang notabene mereka adalah pendatang  dan bahkan  jauh dari kampung halaman tempat kelahirannya. Mulai dari kisah sukses salah seorang hakim yang telah mengelola Yayasan Sosial dengan usaha penididikan dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Kisah suksesnya salah seorang hakim yang mampu mengepakkan sayap politiknya sehingga bisa terpilih menjadi  kepala daerah. Cerita nyata seorang hakim telah memiliki lahan dan mengelola budidaya pertanian. Serta deretan kesuksesan warga peradilan lainnya dalam dunia usaha. Mereka-mereka adalah para pendulang emas kemajuan yang juga tidak melalaikan  tugas pokoknya sebagai abdi Negara di daratan penghasil emas terbesar dunia ini.

Jika prestasi kerja dalam  tugas-tugas  pokok yudisial sebagai ukuran untuk menilai keberhasilan. Maka  tidak sedikit laskar dan kader potensial di bidang yudisial dan non yudisial yang berkiprah pada wilayah strategis dan ikut mewarnai forum-forum  regional dan nasional dan mereka memulainya dari papua. Di tempat ini jugalah mengawali penempaan kawah condrodimuko untuk kemudian menghasilkan stok perwira kepemimpinan di lingkungan Mahkamah Agung. Karena dari segi  kualitas dan kuantitas perkara yang dihadapi dan tangani  pengadilan  di wilayah papua hampir   sama variasinya dengan perkara yang masuk dan diputus di pengadilan agama di kota- kota besar lain. Begitu juga dari segi kuantitatif  jumlah perkara yang di tangani angkanya menembus angka lebih dari seribuan. Dan berdasarkan trend dari tahun ke tahun jumlahnya akan terus meningkat. Rekor jumlah dan variasi perkara yang begitu banyak  selayaknya papua memiliki tenaga teknis  yang piawai dalam bidang yudisial plus ketangguhan.

Hubungi Kami

Gedung Sekretariat MA (Lt. 6-8)

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 ByPass Jakarta Pusat

Telp: 021-29079177
Fax: 021-29079277

Email Redaksi : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Email Ditjen : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Lokasi Kantor

 Instagram  Twitter  Facebook

 

Responsive Voice